Bukan Sekadar Waspada, Begini Gaya Hidup Sadar Risiko Sesuai Saran Ahli
Diskusi Publik bertema “Sadar Risiko dalam Perspektif Inovasi dan Pembangunan--Istimewa
JAKARTA, DISWAY.ID — Kesadaran risiko bukan lagi sekadar urusan bencana atau keamanan.
Para ahli menekankan pentingnya membangun gaya hidup sadar risiko sebagai bagian dari pola pikir baru masyarakat Indonesia, mulai dari cara berkendara, menjaga kesehatan, hingga melindungi data pribadi di ruang digital.
Tirto.id bersama Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) menyelenggarakan Diskusi Publik bertema “Sadar Risiko dalam Perspektif Inovasi dan Pembangunan” yang digelar di Ashley Wahid Hasyim, Jakarta.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Road to Hari Sadar Risiko Nasional 2025, yang akan diperingati pada 15 Desember 2025, dan diharapkan menjadi momentum memperkuat sinergi lintas sektor dalam membangun budaya sadar risiko di Indonesia.
BACA JUGA:Gaya Hidup Eco-Friendly Makin Seru Bareng Blibli Tiket Action dan Cinta Laura
Dalam sambutannya, Ketua MASINDO, Dimas Syailendra Ranadireksa, menyoroti urgensi perubahan pola pikir masyarakat dari sikap “bagaimana nanti” menjadi “nanti bagaimana”—dari pasif menjadi antisipatif terhadap risiko.
Menurut Dimas, pendekatan pengurangan risiko kini menjadi elemen penting di berbagai sektor. Kita melihatnya pada keselamatan transportasi, keamanan digital, mitigasi dampak perubahan iklim, hingga pengelolaan pangan dan penyakit tidak menular.
“Kalau di transportasi kita pakai helm dan sabuk pengaman, di kesehatan kita punya makanan rendah gula untuk mencegah diabetes, dan di ruang digital kita semakin sadar soal proteksi data. Semua itu contoh sederhana pendekatan pengurangan risiko dalam kehidupan sehari-hari”, tambahnya.
BACA JUGA:Langkah Membumi Ecoground 2025, Blibli Ajak Gaya Hidup Sehat dan Dorong Ekonomi Sirkular
Di dalam konteks kesehatan publik, Dimas menjelaskan bahwa strategi serupa juga mulai digunakan dalam isu penggunaan produk tembakau, seiring upaya menurunkan prevalensi merokok global.
“Untuk perokok dewasa yang belum bisa berhenti sepenuhnya, pendekatan pengurangan bahaya yakni dengan beralih dari rokok ke produk tembakau alternatif yang tidak melalui proses pembakaran, seperti rokok elektronik dan produk tembakau dipanaskan, dapat menjadi salah satu opsi transisi yang secara ilmiah terbukti dapat mengurangi faktor risiko kesehatan. Ini bukan menggantikan upaya berhenti merokok, tapi bagian dari strategi bertahap agar risiko kesehatan dapat ditekan secara lebih realistis,” jelasnya.
Menurut Dimas, diskursus tentang harm reduction perlu terus dibingkai dalam konteks kesehatan publik dan tata kelola berbasis data, agar kebijakan tetap melindungi masyarakat sekaligus memberi ruang pada pendekatan ilmiah.
BACA JUGA:Rumah Pintar, Ini 5 Solusi Teknologi Ramah Lingkungan untuk Gaya Hidup Modern
“Di dalam konteks kolaborasi, di dalam konteks sadar risiko, bagaimana kita membangun regulasi itu harus berbasis scientific evidence. Jadi lembaga kesehatan boleh berbeda pendapat, tapi letakkan permasalahannya di atas meja, kaji bersama, undang pentahelix atau hexahelix untuk mengukur apakah ini berisiko apa enggak,” tutur Dimas.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: