Kebocoran Radioaktif Cs-137 di KIM Cikande Guncang Industri Nasional, Pengamat Ungkap Dampaknya ke Sektor Manufaktur
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta -Dok: Tim Humas Kementerian Perindustrian -
JAKARTA, DISWAY.ID -- Penemuan zat radioaktif cesium-137 (Cs-137) di Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande, Serang, Banten, dalam beberapa minggu terakhir terus menjadi sorotan besar.
Temuan ini tidak hanya mengejutkan publik, tetapi juga mengguncang dunia industri Indonesia.
Hingga kini tercatat 24 perusahaan terdampak, mulai dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) hingga produsen alas kaki berskala global seperti PT Nikomas Gemilang, yang memproduksi untuk merek Nike, Adidas, dan Puma.
BACA JUGA:Revisi KUHAP Siap Disahkan! Aturan Main Polisi, Jaksa, dan Hakim Bakal Berubah Total
BACA JUGA:RUU KUHAP Sah Dibawa ke Paripurna, Keadilan Restoratif hingga Perlindungan Korban
Dengan jumlah perusahaan terdampak yang begitu besar, para pengamat menilai bahwa sektor manufaktur nasional berpotensi terkena imbas serius.
“Kawasan industri seperti Cikande adalah ruang kateterisasi, tempat aliran produksi diuji dan dipacu. Dampak paparan Cs 137 tidak berhenti di Cikande. Kasus ini mengirim gelombang getar ke industri nasional, terutama sektor yang berorientasi ekspor,” ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway, pada Kamis 13 November 2025.
Diketahui, kebocoran Cs-137 ini bukan berasal dari tambak atau kolam budidaya udang, melainkan dari udang yang tercemar lewat udara.
Imbasnya, beberapa kontainer harus ditolak, diperiksa ulang, bahkan di recall.
Bagi pasar global, yang diuji bukan hanya kadar radiasinya, tetapi juga kredibilitas sistem pengawasan di negara asal.
“Bagi Indonesia, konsekuensi ekonominya nyata. Udang adalah salah satu komoditas ekspor unggulan. Ketika satu kasus radiasi menjadi alasan pengawasan yang lebih ketat, pelaku usaha di hilir menahan pembelian, harga di petambak melemah, dan puluhan ribu rumah tangga ikut terdampak,” papar Achmad.
BACA JUGA:Menkes Budi Janji Permudah Rujukan BPJS Kesehatan: Tak Ada Lagi Proses Rumit!
Selain itu dari sisi industri alas kaki dan manufaktur non pangan, kekhawatiran mitra dagang membuat perusahaan harus menjelaskan ulang protokol keamanan mereka, sesuatu yang tidak mudah di tengah persaingan dengan negara lain di kawasan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
