Konektivitas Udara Ditingkatkan, Kemenpar Siapkan Strategi Baru Dongkrak Pariwisata
tiga faktor utama yang memengaruhi konektivitas udara, yakni keterbatasan kapasitas operasional maskapai, kesenjangan infrastruktur penunjang, serta siklus investasi yang belum selaras antara maskapai, pemerintah, dan dunia usaha.-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mempublikasikan kajian terbaru mengenai penguatan Pariwisata Indonesia melalui pemanfaatan konektivitas udara dalam publikasi ilmiah Tourism Snapshot Vol. 1 No. 3 Tahun 2025.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar, Martini M. Paham, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (2/12), menjelaskan kajian yang dirilis mengusung tema “Daya Saing Pariwisata Indonesia melalui Konektivitas Udara dan Performansi Pasar.”
BACA JUGA:Dorong Efisiensi Energi, AZKO Perluas Program Berbagi Cahaya ke 80 Kota
BACA JUGA:SELMA Resmi Buka di Rawalumbu Bekasi, Hadirkan Furnitur Hemat dan Stylish Masa Kini
Publikasi ini menghadirkan potret komprehensif mengenai peran konektivitas udara, pemetaan pasar internasional, serta strategi distribusi wisatawan menuju 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan tiga Destinasi Pariwisata Regeneratif (DPR).
“Data menunjukkan sebanyak 82 persen wisatawan mancanegara masuk melalui jalur udara, dengan Jakarta dan Bali menjadi dua super hub utama yang menampung lebih dari 81 persen trafik internasional. Ketimpangan ini menegaskan perlunya strategi konektivitas yang lebih merata untuk mengoptimalkan destinasi prioritas lainnya,” ujar Martini.
Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, menambahkan bahwa analisis data Amadeus menunjukkan adanya kesenjangan antara minat pencarian dan realisasi perjalanan dari pasar utama seperti Jepang, Tiongkok, India, Rusia, dan Amerika Serikat.
BACA JUGA:The Founder5 II Siap Tampil di Istora, Penonton Bisa Saksikan Live Streaming Eksklusif di Vidio
Kondisi ini berkaitan erat dengan minimnya penerbangan langsung menuju sejumlah Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) terutama di kawasan timur Indonesia.
“Di banyak destinasi prioritas, wisatawan harus menempuh waktu transit yang panjang akibat terbatasnya akses langsung. Karena itu, penguatan sistem hub dan pembukaan rute langsung menjadi faktor penting untuk persebaran wisatawan yang lebih merata,” kata Dewi.
Dewi juga menegaskan kajian ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memengaruhi konektivitas udara, yakni keterbatasan kapasitas operasional maskapai, kesenjangan infrastruktur penunjang, serta siklus investasi yang belum selaras antara maskapai, pemerintah, dan dunia usaha.
BACA JUGA:Kondisi Terkini Jalur Aceh Tamiang dari Medan, Kebut Distribusi Logistik Banjir Sumatera
BACA JUGA:Ngumpet di Kamboja! BNN Ringkus Gembong Narkoba Dewi Astuti, Aktor Utama Penyelundupan 2 Ton Sabu
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
