Darurat Fatherless, Program GEMAR Obat Bagi Psikologis Anak
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala (BKKBN), Wihaji mengungkap alasan di balik digelarnya Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR) di SDN Pondok Bambu 11 dan SMAN 61 Jakarta Timur.-Foto: Dimas Rafi/Disway.id-
JAKARTA, DISWAY.ID - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala (BKKBN), Wihaji mengungkap alasan di balik digelarnya Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR) di SDN Pondok Bambu 11 dan SMAN 61 Jakarta Timur.
Program ini disebut sebagai respons langsung atas kebutuhan psikologis anak di tengah tingginya angka fenomena peran ayah atau fatherless di Indonesia.
Wihaji menyebut bahwa berdasarkan data yang diriset oleh pihaknya, sekitar 25,8 persen anak di Indonesia mengalami kehilangan peran ayah dalam kehidupan sehari-hari, baik secara fisik maupun emosional.
Kondisi tersebut dapat berdampak besar terhadap perkembangan psikologis anak, bukan hanya soal prestasi akademik.
"GEMAR ini bagian dari jawaban atas kebutuhan psikologis anak-anak kita. Data kami menunjukkan 25,8 persen anak Indonesia mengalami fatherless. Karena itu, kehadiran ayah menjadi sangat penting," jelas Wihaji saat pelaksanaan GEMAR di Jakarta Timur dikutip Minggu, 21 Desember 2025.
Menurutnya, porgram GEMAR ini dicanangkan sebagai bentuk penguatan peran ayah dalam pendidikan anak.
"Cukup luangkan sedikit waktu saja. Ayah hadir, mengambil rapor, tahu perkembangan anaknya di sekolah," katanya.
BACA JUGA:Pemandian Air Panas Guci Tegal Kembali Buka Setelah Disapu Banjir Bandang
Wihaji menegaskan, esensi GEMAR bukan menilai angka atau peringkat prestasi anak. Sebab, lanjut Wihaji, setiap anak adalah juara, namun sering kali kebutuhan emosional dan psikologis mereka luput dari perhatian orang tua, khususnya ayah.
"Jangan lihat prestasinya. Insyaallah setiap anak itu juara. Tapi yang sering tidak ditanya adalah kebutuhan psikologinya. Anak ingin disentuh secara emosional," ungkap dia.
Ia menilai, momentum pengambilan rapor menjadi ruang strategis bagi ayah untuk berkomunikasi langsung dengan guru, sekaligus memahami kondisi anak di lingkungan sekolah.
Terlebih bagi anak usia remaja di jenjang SMA yang menghadapi tantangan perkembangan teknologi.
BACA JUGA:Prabowo Akui Tantangan Perumahan Masih Besar: 29 Juta Warga Belum Miliki Rumah
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: