Mendiktisaintek: Politeknik Bukan Pilihan Kedua, Lulusan Dibutuhkan Global
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan bahwa politeknik bukan pilihan kedua, melainkan institusi strategis pencetak tenaga kerja terampil yang sangat dibutuhkan di pasar kerja internasional.-doddy suryawan-
DEPOK, DISWAY.ID - Penguatan pendidikan tinggi vokasi menjadi agenda strategis pemerintah dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang kompeten dan berdaya saing global.
Di tengah kebutuhan industri internasional terhadap tenaga kerja terampil, politeknik dinilai memiliki peran penting karena model pembelajarannya berbasis praktik, sertifikasi, dan keterhubungan langsung dengan dunia kerja.
Pemerintah pun terus mendorong peningkatan kualitas lulusan vokasi agar mampu menembus pasar kerja global secara profesional dan bermartabat.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan bahwa politeknik bukan pilihan kedua, melainkan institusi strategis pencetak tenaga kerja terampil yang sangat dibutuhkan di pasar kerja internasional.
BACA JUGA:Gempa M5,8 Guncang Jailolo Maluku Utara, Terasa Hingga Manado
BACA JUGA:Jadwal Timnas Indonesia Semakin Padat, AFC Gelar Nations League Mulai Maret
Hal itu disampaikan saat menghadiri Lokakarya Nasional Peluang dan Tantangan Tenaga Kerja Terampil Indonesia di Luar Negeri,
Brian menekankan pendidikan tinggi vokasi memiliki keunggulan karena dekat dengan kebutuhan industri. Menurutnya, lulusan politeknik harus dibekali kompetensi praktik, sertifikasi kredibel, penguasaan bahasa, serta jejaring industri global.
“Politeknik mencetak skilled labor yang siap bersaing dengan talenta negara lain. Ini bukan soal keterbatasan kerja di dalam negeri, tetapi menyiapkan SDM unggul kelas dunia,” ujar Brian, di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Depok, Jawa Barat, Sabtu 20 Desember 2025.
Lokakarya yang digagas Forum Direktur Politeknik Negeri se-Indonesia (FDPNI) ini mengidentifikasi tiga tantangan utama lulusan vokasi: relevansi kurikulum dengan pasar kerja, pergeseran ke kompetensi generalist, dan masa tunggu kerja yang masih panjang.
BACA JUGA:Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
Sementara Dekan Fakultas Vokasi UMM Malang, Tulus Winarsunu, menyoroti masih tingginya mismatch antara pendidikan dan pekerjaan di Indonesia.
Ia menegaskan kurikulum vokasi harus mengikuti kebutuhan pasar global, bukan sekadar kebutuhan akademik.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: