Pada tanggal 5 Oktober 2010, Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi saja.
Pada saat itu, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek dengan GoKilat.
Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala itu, Nadiem Makarim mulai mendapatkan tawaran investasi.
Pada tanggal 7 Januari 2015, Gojek akhirnya meluncurkan aplikasi berbasis Android dan iOS untuk menggantikan sistem pemesanan menggunakan call center.
Salah satu hal yang mendukung perusahaan rintisan atau startup berkembang tidak lain adalah adanya pendanaan yang diberikan oleh berbagai perusahaan dan organisasi besar lainnya.
Begitu juga dengan Gojek yang memulai kisah suksesnya dengan bantuan dana dari beberapa pihak.
Sejarah Gojek dalam hal pendanaan dimulai pada tahun 2015 dan pada tahun tersebut, NSI Ventures memberikan dana yang jumlahnya tidak dipublikasikan.
Kemudian, di tahun yang sama, Sequoia Capital dan DST Global turut membantu mengucurkan dana yang jumlahnya pun dirahasiakan.
Pada Agustus 2016, Gojek secara resmi mengumumkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets dan investor-investor sebelumnya.
BACA JUGA:Mobil Damkar Terguling di Lokasi Kebakaran, Satu Petugas Tewas
Tak mau kalah dengan perusahaan lainnya, di tahun 2018, Google, melalui situs blog resminya mengumumkan bahwa mereka telah memberikan pendanaan untuk Gojek.
Ini merupakan investasi pertama Google kepada startup di Asia.
Kucuran dana tersebut merupakan bagian dari seri pendanaan yang diikuti oleh Tencent, JD, Temasek, dan Meituan-Dianping yang mencapai angka US$1,2 miliar (sekitar Rp 16 triliun).