Menurut Luhut permintaan dari China agar APBN menjamin pembayaran hutang tersbeut tak lepas dari maslah psikologi.
BACA JUGA:Jepang Kocar Kacir Saat Korea Utara Uji Coba Rudal Baru, Penduduk Hokkaido Minta Diungsikan
BACA JUGA:Hampir 1.000 Personel Dikerahkan Untuk Bebaskan Pilot Susi Air
"Memang masih ada masalah psikologis, di mana mereka maunya dari APBN. Tapi kita jelaskan prosedurnya akan panjang dan menyerankan agar pembayaran melaui PII," ungkap Luhut.
Hal ini mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak termasuk pengamat pemerintahan Rocky Gerung.
Menurut Rocky, proyek kereta cepat ini telah membuat Indonesia masuk jebakan hutang China.
Rocky menjelaskan jika China tidakhanya sekedar investor, namun juga berlaku sebagai tengkulak dan dept collector.
Selain itu menurut Rocky sebenarnya terlihat sebuah kecemasan yang disembunyikan oleh Luhut atas naiknya suku bungga hutang.
“Meskipun Luhut bilang kita masih biasa membayar, namun berapa BUMN laginyangakan dijual untuk membayar itu semua, menjual BUMN sama saja menjual negara ini,” tegas Rocky.
BACA JUGA:Hampir 1.000 Personel Dikerahkan Untuk Bebaskan Pilot Susi Air
Menurut Rocky, saat ini kita sudah sama-sama bisa melihat bagaimana China sudah menekan Indonesia dan kita tidak lagi berdiri dengan posisi yang setara.
Kabar ini telah beredar di publik dan terlihat bahwa China telah menekan Indonesia dan Indonesia gak mampu untuk negosiasi balik.
“Ini adalah poin utamanya, meskipun Luhut menyampaikan bahwa hal tersebut sekedar penundaan dan bukanlah kegagalan,” terang Rocky dalam akun youtube @RockyGerungOfficial.
Rocky menjelaskan bahwa dalam catatan internasional, pemerintah Indonesia sudah tidak mampu untuk duduk setara membahas dari awal perjanjian bisnis.
“Ini tidak sesederhana seperti yang diucapkan oleh Pak Luhut, kita udah kalah gampangnya begitu dan sebetulnya dipermalukan, di mana China akhirnya mendetek dengan syarat-syaratnya sendiri, padahal di dalam perjanjian selalu prinsipnya komitmen bersama,” papar Rocky.