Penarikan Israel dari Gaza pada tahun 2005 memberi Hamas kesempatan untuk membangun kembali sayap militernya.
BACA JUGA:Polisi Tangkap Sipir yang Nekat Selundupkan Sabu ke LP Cipinang, Diduga Dikendalika Oleh Napi
BACA JUGA:KPK Periksa Dirut Pertamina Nicke Widyawati, Saksi Dugaan Korupsi Pengadaan LNG
Dukungan finansial, yang diduga berasal dari Iran, sehingga memungkinkan kelompok bersenjata tersebut mengembangkan kemampuan militer yang canggih.
Brigade Qassam memperoleh senjata mereka melalui penyelundupan yang diduga mendapatkan dukungan militer dari Iran serta membuat beberapa senjata sendiri.
Mereka cenderung mengandalkan serangan roket dan baru-baru ini menambahkan drone ke gudang senjata mereka.
Brigade Qassam dan kelompok bersenjata Palestina lainnya meluncurkan lebih dari 4.400 roket dalam konfrontasi dengan Israel pada tahun 2021.
Dalam 11 hari pertempuran, setidaknya 260 warga Palestina tewas dalam serangan Israel.
Tidak hanya itu, Brigade Qassam juga memiliki keahlian dalam menggunakan alat peledak improvisasi (IED) dan peluncur roket, rudal antitank dan mortar.
BACA JUGA:Adian Tak Mau Pedulikan Manuver Gibran, Katanya: Ciee!
Pasukan Brigade Qassam sangat bergantung pada strategi dan kemampuan siluman, dengan infrastruktur terowongan yang luas yang memungkinkan mereka bergerak tanpa terdeteksi.
Alasan Brigade Qassam Lakukan Serangan 7 Oktober
7 Oktober menjadi mimpi buruk bagi Israel karena Brigade Qassam hanya dalam serangan kilat mampu menmbus pertahanan hingga Tel Aviv
Hamas mengatakan serangannya merupakan respons terhadap pelanggaran Israel terhadap kompleks Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan pemukim terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka telah berhasil menangkap cukup banyak tawanan untuk melakukan tawar-menawar pembebasan tahanan Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel.