Puasa Arafah Berdasarkan Zona Waktu
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, akan terjadi kerancuan jika puasa Arafah mengikuti waktu Arab Saudi.
Pasalnya, perbedaan waktu Indonesia dan Arab Saudi selisih 4 jam di Jakarta. Paling timur, di Papua berbeda 6 jam.
Maka pada kesimpulannya, Ustaz Adi Hidayat berpendapat pelaksanaan ibadah puasa Arafah mengikuti waktu lokal.
Menurutnya keliru jika ada orang yang puasa Arafah maksa ikut zona waktu di Arab Saudi jika memang terjadi perbedaan hari.
"Dalam hal tertentu, kondisi tertentu, misal saja, maka yang diikuti saat puasa Arafah itu bukan ikut ke orang wukuf, bukan waktu Saudi, tapi waktu sini (Indonesia).
"Karena zona (waktu) itu bisa berbeda. Jadi kalau kita ukur dengan Papua 6 jam, Jakarta 4 jam.
"Sekarang gini, misal, ini baru Papua, belum negara lain, bedanya cukup jauh.
"Ketika Saudi menetapkan tanggal 9 Dzulhijjah, misal, Maghrib di Saudi di jam 7, di Papua jam berapa? Sudah jam 1 sini hari, di Saudi baru Maghrib.
"Artinya ke Saudi ketika misalnya jam subuh, misal, jam 5. Di Papua sudah siang, bahkan sebagian sudah beda waktu.
"Yang jadi persoalan misalnya, Saudi duluan, Saudi sudah tanggal 9 Dzulhijjah. Di sini sebelumnya, bisa terjadi.
"Jadi begitu di sana sudah waktu Maghrib, di satu tempat baru awal tanggal 9 Dzulhijjah, baru mau subuh. Itu, kan, belum nyambung waktunya berbeda," simpulnya.
Disebutkan ulama-ulama Arab Saudi pun sudah memberikan fatwa terkait masalah jika terjadi perbedaan waktu puasa Arafah.
Mereka menyarankan untuk melaksanakan puasa Arafah sesuai zona waktu masing-masing negara.