Sinergi antara popularitas, kapabilitas, dan “isi tas” menentukan strategi kampanye yang dijalankan oleh para calon.
Calon yang memiliki popularitas tinggi tetapi minim kapabilitas mungkin dapat meraih simpati awal, namun akan kesulitan mempertahankan dukungan jika pemilih merasa ragu dengan kemampuannya memimpin.
Sebaliknya, calon dengan kemampuan tinggi namun kurang dikenal masyarakat akan berjuang keras membangun popularitasnya dalam waktu singkat.
Dimasukkannya “isi tas” menjadi faktor penyeimbang, memberikan dorongan yang diperlukan untuk memperkuat dua elemen lainnya.
Kota Depok sendiri merupakan wilayah dengan dinamika politik yang unik.
Dengan latar belakang sosial dan ekonomi yang beragam, tantangan yang dihadapi calon wali kota sangatlah kompleks.
Mulai dari urbanisasi yang cepat, kebutuhan akan pelayanan publik yang lebih baik, hingga isu lingkungan yang mendesak,Depok membutuhkan pemimpin yang tidak hanya dikenal, tetapi juga kompeten dan memiliki visi yang jelas.
Popularitas harus diiringi dengan kapabilitas,dan harus juga didukung kekuatan isi tas yang memadai.
Pemilih di Kota Depok bukan hanya tipe pemilih tradisional/loyalis, tetapi juga pemilih yang rasional dan pragmatis serta pemilih mengambang yang tidak memiliki afiliasi yang kuat terhadap partai atau orang tertentu.
Kesimpulannya,pemenang di Pilkada Kota Depok atau yang akan berhasil menjadi Walikota Depok adalah calon Walikota yang mempunyai Popularitas, Kapabilitas, dan Isi Tas yang kuat.
Oleh : Syahrul Amin Nasution, Dosen dan Pemerhati Sosial Politik