Dibandingkan dengan Vaksin, Nyamuk Wolbachia Diklaim Lebih Unggul dalam Penanggulangan DBD

Kamis 26-09-2024,09:10 WIB
Reporter : Annisa Amalia Zahro
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID -- Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD mengungkapkan bahwa pemanfaatan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia lebih unggul dibanding vaksinasi dalam penanggulangan demam berdarah dengue (DBD).

Efektivitas teknologi wolbachia sendiri komparatif dengan vaksin.

BACA JUGA:Varian Baru Covid-19 XEC Disebut Lebih Menular, Masih Efektifkah Vaksin?

"Efektivitas dari teknologi wolbachia itu komparatif atau sama dengan vaksin. Tapi yang menjadikan tambahan, bahwa teknologi ini memberikan proteksi jangka panjang karena kita hanya melakukan intervensi satu kali saja," terang Riris di Jakarta, 25 September 2024.

Sedangkan vaksinasi perlu dilakukan tidak hanya satu kali dan kepada orang baru.

BACA JUGA:Menkes Ungkap Alasan Vaksin Mpox Tak Diberikan untuk Masyarakat Umum

"Sementara dengan vaksin, kita harus dari waktu ke waktu selalu memberikan vaksin karena setiap orang ada orang baru dan seterusnya," tambahnya.

Dengan begitu, dari segi pendanaan, dana yang dikeluarkan untuk intervensi penyebaran nyamuk berwolbachia tidak sebesar pengadaan vaksin.

BACA JUGA:800 Ember Bibit Nyamuk Berwolbachia Disebar untuk Cegah DBD, Dinkes DKI: PSN 3M Masih Dilakukan

Di samping itu, menurut penelitian pihaknya yang telah dilakukan di wilayah DI Yogyakarta, dampak penyebaran nyamuk berwolbachia mampu menurunkan jumlah rawat inap pasien di rumah sakit.

Penelitian ini berlangsung pada 2017 hingga 2020 dengan menyebarkan nyamuk berwolbachia di separuh wilayah DIY dan membandingkan dampaknya dengan separuh wilayah yang tidak diintervensi.

BACA JUGA:Pasien DBD di Kendari Rasakan Layanan Optimal Berkat Program JKN

"Ada penurunan kasus dengue di wilayah yang kita beri nyamuk Wolbachia sampai 77% dibandingkan yang tidak dilepas. Juga ada penurunan kebutuhan rawat inap di rumah sakit hingga 86% dari dibandingkan yang tdak ada," paparnya.

Kategori :