Thailand: 36%
Swiss: 31%
Menurut Trump, tarif resiprokal ini hanyalah “setengah dari tarif dan hambatan non-tarif” yang negara-negara tersebut kenakan terhadap barang-barang AS.
Dengan kata lain, ia ingin negara-negara lain menurunkan hambatan dagangnya atau menghadapi tarif tinggi dari AS.
BACA JUGA:Perang Tarif AS-China Ancam Perekonomian Global, Apa Dampaknya ke Indonesia?
AS Bangkit atau Dunia Masuk Krisis?
Trump bersikeras bahwa kebijakan ini akan membawa AS menuju “Zaman Keemasan”, di mana industri dalam negeri akan kembali berkembang pesat, harga barang menjadi lebih kompetitif, dan ekonomi menjadi lebih kuat.
Namun, para ekonom dan pelaku pasar global melihat kebijakan ini sebagai langkah berisiko tinggi.
Jika negara-negara yang terkena tarif membalas dengan kebijakan serupa, perang dagang besar-besaran bisa terjadi, yang dapat:
Memperlambat pertumbuhan ekonomi global
Menyebabkan inflasi di AS akibat kenaikan harga barang impor
Mendorong ketidakpastian pasar dan melemahkan investasi
Kekhawatiran ini langsung tercermin di pasar saham, dengan:
S&P 500 berjangka turun 1,7%
Nasdaq 100 berjangka anjlok 2,5%
Dow Jones Industrial Average turun 0,7%
BACA JUGA:Sederet Diskon Tarif Tol 20 Persen Mudik Lebaran 2025 yang Berlaku Hari Ini, Cek Jadwal dan Rutenya!