Bersiap! Analis Sebut Gejolak Baru Perang Dagang China-AS Bakal Meledak, Damai Cuma Sementara

Bersiap! Analis Sebut Gejolak Baru Perang Dagang China-AS Bakal Meledak, Damai Cuma Sementara

Hubungan dagang China-Amerika Serikat diperkirakan kembali memasuki fase penuh gejolak meski keduanya baru saja mencapai jeda damai.--Dallas Texas TV

JAKARTA, DISWAY.ID - Hubungan dagang China-Amerika Serikat diperkirakan kembali memasuki fase penuh gejolak meski keduanya baru saja mencapai jeda damai.

Para analis menilai ketegangan hanya mereda sementara, dengan kedua raksasa ekonomi itu kini gencar berebut pengaruh di negara-negara ketiga, situasi yang disebut bakal mengguncang rantai pasok global dan memaksa banyak negara berjalan di garis tipis.

Analis mengatakan negara lain dipaksa berjalan di garis tipis, sementara satu analis menilai kepentingan bisnis membuat sulit untuk berpihak.

“Kita akan melihat siklus naik-turun. Mereka akan saling menguji,” kata Scott Kennedy, penasihat senior di lembaga think tank AS Centre for Strategic and International Studies, dalam sebuah forum di Beijing pada Kamis.

BACA JUGA:AKHIRNYA! Trump dan Xi Jinping Sepakat Turunkan Tarif Impor, Perang Dagang AS-China Cair

“Apa yang kita lihat dari waktu ke waktu adalah amplitudo siklus tersebut semakin besar sejak 2018," ujarnya dilansir dari South China morning Post. 

Dalam sesi tentang dunia multipolar di Caixin Summit 2025, Kennedy mencatat bahwa kedua negara tetap sangat saling bergantung meski memiliki alat untuk saling menyakiti secara ekonomi.

Setelah kesepakatan kecil yang dicapai saat dua presiden bertemu bulan lalu, jeda sementara yang bisa berlangsung setahun atau lebih dapat membuka ruang untuk negosiasi lebih lanjut, tambahnya.

Namun ia juga memperingatkan bahwa tekanan politik domestik dapat mendorong Presiden AS Donald Trump ke arah yang lebih keras, dengan memanfaatkan alat dan kebijakan baru yang lebih agresif.

BACA JUGA:Perang Dagang Makin Memanas, OJK Peringatkan Risikonya Meskipun Stabilitas Keuangan Tetap Terjaga

Ketika dua ekonomi terbesar dunia itu terus terkunci dalam ketegangan dan ketidakpastian, negara-negara lain juga terkena imbasnya.

Joerg Wuttke, mitra di perusahaan konsultan DGA Albright Stonebridge Group di Washington dan mantan presiden Kamar Dagang Uni Eropa di China, memperingatkan bahwa Eropa terjepit di antara dua kekuatan besar itu, menyebut situasinya “sangat mengkhawatirkan”.

Ia mencontohkan kontrol ekspor tanah jarang (rare earth) terbaru dari Beijing, kebijakan yang tidak ditujukan kepada perusahaan Eropa, namun tetap menyebabkan kerusakan tambahan.

BACA JUGA:Perang Dagang AS dan China, Kadin Terapkan Diversifikasi Pasar

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads