Dari Minahasa ke Panggung Dunia, Kolintang Semakin Bersinar Usai Diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Senin 08-12-2025,01:48 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID - Pengakuan Kolintang sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO terus memantik gebrakan baru di dunia musik tradisional Indonesia.

Dari Minahasa hingga ke panggung internasional, pesona kolintang kembali mencuri perhatian lewat Lomba Musik Kolintang PYC Piala Bergilir Lis Purnomo Yusgiantoro 2025, di mana HAPS Entertainment tampil gemilang dan berhasil keluar sebagai juara setelah memadukan musik klasik dengan kekuatan ansambel tradisional.

Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggelar lomba Kolintang PYC memperebutkan Piala Bergilir Lis Purnomo Yusgiantoro  di The Ballroom  Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu 6 Desember 2025 malam.

BACA JUGA:Fadli Zon Bakal Daftarkan Dangdut ke UNESCO, Indonesia Ingin Ciptakan 'Dangdut Wave' Dunia

Lomba  bertema “Senandung Ansambel Kolintang untuk Dunia”  diikuti lima finalis untuk mempertandingkan musik klasik dalam format  Kolintang.

Kelima finalis itu terdiri atas  Sanggar Ma’zani Sombor, Squad Kolintang Spensabaya, BeeLintang, The Fore, dan HAPS Entertainment.

HAPS Entertainment yang membawakan lagu wajib Piano Concerto No.1, lagu nasional  Indonesia Jaya, dan lagu bebas  Rondo Alla Turca "Turkish March" secara meyakinkan berhasil memukau sekitar 200-an penonton yang hadir. 

BACA JUGA:Kaldera Toba Dapat Kartu Kuning dari UNESCO, Megawati Turun Tangan Surati Masinton

Dewan Juri yang terdiri  atas Ananda Sukarlan, seorang pianis dan komposer bertaraf internasional; Simon Aloysius Mantiri yang kini menjabat Direktur Utama PT Pertamina (Persero); dan Purwa Caraka, seorang musisi, komposer, dan pendidik musik senior Indonesia sepakat untuk menetapkan HAPS Entertainment sebagai pemenang dan berhak atas hadiah berupa Piala dan uang tunai sebesar Rp 100.000.000.-  yang diserahkan langsung Lis Purnomo Yusgiantoro.

Predikat juara disandang HAPS Entertainment setelah  mengungguli empat finalis lainnya, yaitu The Forte, Sanggar Maazani, Spensabaya, dan Beelintang.

“Kami bersyukur dapat menyelenggarakan perlombaan musik Kolintang pertama, yang khusus mempertandingkan musik klasik di Indonesia. Ini adalah bentuk apresiasi kami pada alat musik tradisional Kolintang dari Minahasa, Sulawesi Utara,” kata Lis.

BACA JUGA:Indonesia Resmi Ajukan 3 Warisan Tak Benda ke UNESCO: Ada Tempe hingga Jaranan

Lis yang dikenal sebagai tokoh Kolintang nasional, berperan besar  memperjuangkan Kolintang mendapatkan pengakuan UNESCO, sebuah organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai warisan budaya tak benda dunia.

Ia juga aktif  melestarikan dan mengembangkan  alat musik tradisional itu melalui konser, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Menurut Lis, sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, Kolintang memiliki nilai historis dan musikal  sangat tinggi. Namun, lanjutnya, belum pernah ada kompetisi yang menempatkan Kolintang di panggung musik klasik era 1600–1900 secara formal. 

Kategori :