Etnografi memaparkan upaya masyarakat lokal dalam bertahan di tengah keterbatasan sumber daya dan ketidakpastian, dengan memadukan tradisi leluhur dan strategi adaptasi kontemporer.
Narasi bencana memang sering didominasi kisah-kisah kehilangan—ruang hidup, harapan, maupun anggota keluarga.
Namun kisah solidaritas dan gotong royong kerap muncul, ditandai sinergi antar-tetangga dan komunitas untuk melakukan penyelamatan serta pemulihan pascabencana, meskipun sarana yang tersedia terbatas.
BACA JUGA:Menelusuri Mozaik Islam di Turki
BACA JUGA:Sinergi Baru Akademisi Indonesia dan Turki
Di dunia media sosial, kita menyaksikan kisah penyelamatan korban yang mengharukan, hingga penyelamatan binatang peliharaan yang menyentuh.
Strategi adaptasi masyarakat setempat tidak hanya bergantung pada teknologi modern, tetapi juga memanfaatkan pengetahuan tradisional yang diwariskan lintas generasi.
Warga belajar mengenali tanda-tanda alam, beradaptasi terhadap perubahan, dan membangun kembali kehidupan pascabencana.
Kearifan lokal seperti ini perlu terus dihidupkan, mengingat saat ini masyarakat di suatu daerah semakin beragam dan tidak selalu berasal dari etnis yang sama—yang mungkin saja tidak memahaminya.
Perspektif etnografis memberi pemahaman bahwa kelompok paling rentan terhadap bencana adalah mereka yang paling dekat dengan sumber kerusakan alam dan dampak kebijakan yang kurang inklusif.
BACA JUGA:Fondasi Baru Perdamaian Dunia
Karena itu, mitigasi bencana perlu dilihat sebagai bagian dari perjuangan menuju keadilan sosial, pelestarian lingkungan, serta pengakuan atas hak dan martabat masyarakat terdampak.
Antropologi kebencanaan menyoroti bahwa setiap peristiwa bencana menyediakan pembelajaran penting mengenai hubungan dinamis antara manusia dan lingkungan.
Keputusan terkait tata guna lahan, pembangunan permukiman di daerah rawan, serta konversi hutan menjadi perkebunan merupakan faktor-faktor yang memperbesar kerentanan masyarakat.
Selain aspek ekonomi, budaya dan tradisi lokal turut membentuk pola adaptasi serta respons komunitas terhadap risiko bencana.