Dewa Umat

--
Dewa di kelenteng Tuban "dikalahkan" oleh mereka yang menyembahnya. Maka yang lebih terkenal dari kelenteng Tuban kini bukan lagi dewanya melainkan pertikaian antar tokoh pengurusnya.
Pernah, salah satu pihak di kelenteng itu marah: pintu gerbang kelenteng pun mereka gembok.
Pihak satunya juga marah: mereka juga menggembok kelenteng. Gemboknya lebih besar. Maka gerbang kelenteng itu tidak bisa dibuka oleh pihak siapa pun.
Sampailah tokoh-tokoh kelenteng Surabaya diminta turun tangan. Dua pihak yang bertikai akhirnya setuju: minta tiga tokoh besar Surabaya mengambil alih sementara kelenteng itu: Wei Fan, Alim Markus, dan Soedomo Mergonoto.
Soedomolah yang diminta jadi ketua sementara. Anda sudah tahu siapa Soedomo: pemilik kerajaan bisnis kopi Kapal Api.
Kelenteng pun dibuka kembali. Untuk mengurusnya sehari-hari Soedomo menempatkan orangnya di sana: urus keuangan dan manajemen.
Maka setidaknya dua tahun terakhir keadaan tenang kembali.
Waktu saya ke kelenteng itu tahun lalu terlihat begitu banyak yang sembahyang di situ. Lilin-lilin sebesar drum menyala tak kunjung padam.
Selama dipegang Soedomo, toilet dan kamar mandi dibenahi. Dibikin baru. Dipisah. Pria Dan wanita tidak lagi jadi satu. Jadilah puluhan toilet yang rapi, bersih, dan modern.
Pun tempat tidur di wisma di belakang kelenteng itu: diperbarui. Soedomo membeli 1.500 tempat tidur sisa proyek Covid-19. Pengunjung yang menginap di situ tidak lagi tidur di lantai.
"Kebanyakan tamu yang bermalam adalah orang-orang tua. Kalau tidur di lantai mereka sulit ketika ingin berdiri. Maka kami belikan 1.500 tempat tidur," ujar Soedomo lewat sambungan telepon internasional. Ia sedang di Polandia. Ia diundang temannya ke sana: pengusaha besar Polandia.
Si Polandia pernah ke Bali. Ia kagum berat dengan Bali. Maka begitu pulang ke Polandia ia bikin tempat wisata. Persis seperti di Bali. Patung-patungnya pun didatangkan dari Bali. Soedomo sendiri adalah konsul kehormatan Polandia di Surabaya.
Soedomo yang menanggung semua biaya perbaikan toilet dan wisma kelenteng. Tidak diambil dari uang kelenteng. Soedomo sendiri yang bayar –bersama donatur lain yang juga teman-temannya.
Keadaan tenang itu berlangsung sampai usai Pemilu 2024. Di Pemilu itu tokoh Tionghoa asal Tuban, Go Tjong Ping, gagal terpilih kembali sebagai anggota DPRD Jatim. Ia sudah dua periode menjadi anggota dewan. Dari PDI-Perjuangan. Namanya terkenal di Tuban.
Meski dua periode menjadi anggota DPRD, Tjong Ping tidak terlihat kaya. Ia orang jujur. Tidak mau "ngobyekkan" kursi. Orangnya mudah bergaul.
Hobi Tjong Ping memotret siapa saja dalam suatu acara. Foto-foto hasil jepretannya dirangkum dalam satu album bergerak. Album itu dikirim ke teman-temannya yang ada di foto. Saya sering mendapat kiriman seperti itu. Menyenangkan.
Setelah tidak terpilih lagi di Pemilu, Tjong Ping kelihatan biasa-biasa saja. Tidak terlihat stres. Masih tetap ramah dan bersosialisasi.
Tapi Tjong Ping jadi ingat: kelenteng Tuban sudah waktunya dikembalikan ke orang Tuban. "Kok kelenteng Tuban ditangani orang Surabaya," katanya seperti dimuat media.
Tjong Ping juga ingat kepemimpinan orang Surabaya itu sifatnya sementara. Seharusnya sudah berakhir. "Sudah harus diserahkan kembali ke umat di Tuban akhir tahun lalu," ujar Tjong Ping kepada saya.
Tiga tokoh Surabaya itu pun tidak masalah. Silakan saja diambil alih. Asal tidak bertengkar lagi.
Tjong Ping pun membentuk panitia pemilihan pengurus kelenteng. Ia sendiri yang jadi ketua panitia pemilihan. Ia yang melakukan pendaftaran calon ketua. Ia sendiri mendaftar dan dianggap memenuhi syarat.
Lho ia kan anggota PDI-Perjuangan? Bukankah syarat pengurus kelenteng tidak boleh berpolitik?
Tjong Ping ternyata sudah menyatakan berhenti dari partai. Sudah jadi orang non-partai. Ia pun terpilih jadi ketua.
Heboh.
Pihak yang dulu jadi lawan Tjong Ping tidak bisa menerima. "Pemilihan itu akal-akalan. Ibarat ia yang jadi ketua KPU ia pula yang terpilih," ujar pihak satunya.
Keadaan kembali tidak kondusif. Setelah terpilih Tjong Ping berusaha menguasai kembali kelenteng Tuban. Penjaga kelenteng menolak. Orang yang ditempatkan tiga tokoh Surabaya di situ tidak mau menyerahkan kuncinya. Ia khawatir terjadi bentrok lagi.
Hari itu si penjaga harus pergi ke Semarang. Ia bingung. Jangan-jangan selama ditinggal ke Semarang Go Tjong Ping datang untuk mengambil alih kelenteng. Maka ia gembok kelenteng itu. Ia pun pergi ke Semarang dengan tenang. Kunci gembok ada di sakunya.
Ribut. Rumah ibadah kok digembok. Bagaimana kalau ada orang yang ingin sembahyang. Maka banyak orang Tionghoa Tuban yang menghubungi Pepeng Putra Wirawan.
Pepeng adalah tokoh Tionghoa yang juga ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Timur. Pepeng lantas menghubungi Soedomo. Ia minta izin untuk menggergaji gembok.
Izin jarak jauh diberikan Soedomo. Syaratnya, Tjong Ping tidak boleh datang ke kelenteng dalam sebulan ke depan. Kecuali untuk sembahyang.
Pepeng merayu Tjong Ping untuk menandatangani pernyataan tidak akan datang ke kelenteng sebulan ke depan. Tjong Ping setuju.
Maka gembok pun digergaji. Umat kembali bisa sembahyang.
Muspida Tuban mengadakan rapat. Tidak boleh ada keributan apa pun. Nama besar kelenteng Tuban tidak boleh ternoda oleh pertikaian baru.
Soedomo sebenarnya sedang merintis menghidupkan kembali yayasan lama. Pengurusnya diperbarui. Akan dimunculkan generasi muda sebagai pengurus yayasan.
Tapi menghidupkan yayasan perlu waktu. Sudah telanjur ruwet. Bahkan yayasan sudah sempat non aktif dalam jangka waktu yang lama.
Selama yayasan non aktif, kelenteng ditangani lembaga baru. Bentuk lembaga itu: perkumpulan. Perkumpulan itulah yang tidak pernah bisa kumpul. Lalu bertengkar. Saling gembok kelenteng.
Soedomo cenderung tidak mau bentuk perkumpulan. Lebih baik menghidupkan kembali yayasan. Aturan di perkumpulan memang punya sisi kelemahan yang berat: satu orang satu suara. Mudah pecah. Mudah bertengkar.
Lebih baik yayasan. Apalagi ada pertimbangan lain: yayasan lama masih punya banyak uang. Lebih Rp 10 miliar. Belum lagi yang berbentuk emas dan tanah.
Uang tersebut beku di bank BCA. Sudah puluhan tahun. Bentuknya pun bukan deposito. Tidak berbunga. Bank tidak mau mencairkan dana tersebut sebelum yayasannya hidup kembali secara sah. Perkumpulan tidak akan bisa mencarikan dana itu.
"Sebenarnya pembenahan yayasan sudah hampir beres. Lalu keburu muncul ribut-ribut lagi ini," ujar Soedomo.
Bagaimana dengan ''masa jabatan'' pengurus sementara yang dianggap sudah habis?
"Sebenarnya ada klausul bisa diperpanjang. Asal semua pihak punya niat baik," katanya.
Saya pun menghubungi Pepeng dan Tjong Ping.
Kepada Pepeng saya bertanya: "Mengapa Anda tidak mau tampil sebagai pemimpin baru kelenteng Tuban? Anda kan bisa diterima semua pihak," kata saya.
"Saya ini Katolik," ujar Pepeng.
Tjong Ping tidak akan bisa mendapat persetujuan dari Kementerian Agama. Tjong Ping dianggap bagian dari pertengkaran.
Di Islam, bentuk yayasan juga sering menjadi persoalan. Banyak yang dianggap menjadi milik pribadi pengurusnya. Di Islam belakangan ada jalan keluar yang sangat baik: badan wakaf.
Tentu saya tidak tahu apakah ada sejenis badan wakaf di Konghucu.
Yang jelas semua kelenteng itu berdewa. Khusus kelenteng Tuban dewanya luar biasa terkenal: sampai didatangi ribuan orang dari berbagai penjuru Nusantara.
Baru kali ini keterkenalan dewanya dikalahkan oleh keributannya. Baru di Tuban dewa "dikalahkan" oleh umatnya.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 14 Juni 2025: Danantara Group
djokoLodang
-o-- ... Brand BUMN hilang. Berarti subbrand "AKHLAK" juga ikut hilang. Kasihan AKHLAK.... *) Apa itu AKHLAK BUMN? Itu adalah Nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara, yaitu Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. *) akan ikut hilang? Waduh, --koJo.-
djokoLodang
-o-- LAGU BARAT Anda sudah tahu? Ada lagu pop Barat yang sangat dibenci ibu-ibu yang sudah menikah. Apalagi kalau dinyayikan suami. Ah, masa iya. Ada kah? Ada... Lagu yang satu itu. Kenapa dibenci? Karena liriknya. Lagu apa, coba? Moon River. Coba dengarkan lirik nya. "...Moon River, ... WIDER than a mile ..." --koJo.-
Fiona Handoko
Selamat pagi bp ks. Penentuan direksi komisaris bumn berdasarkan pengusulnya. - diusulkan danantara. - diusulkan menteri bumn. - diusulkan pleciden. - diusulkan pleciden plecidennan. - diusulkan dalto helm. Bisa juga dipilah berdasarkan profesi asalnya. - jalur profesional. - jalur birokrat. - jalur tni / pulisi. - jalur partai. - jalur cheer leader
siti asiyah
Dilingkungan masyarakat saya tinggal, kami secara lazim kadang menyebut nama merk suatu barang itu tidak sama persis atas merk yang tertulis pada barang tersebut karena begitu kuatnya image dan branding suatu merk merasuki alam bawah sadar kami. Misalnya kami menyebut pompa air itu dengan SANYO, menyebut air dalam kemasan itu dengan AQUA, menyebut naik motor dengan naik HONDA atau ONDA dan lain sebagainya. Hingga bulan ke-8 ini presiden ke-8 negara ini belum bisa menancapkan branding dan image-nya baik dimedsos maupun pada rakyat-nya, ia masih kalah pamor dengan presiden pendahulunya bahkan untuk urusan remeh semisal ijazahnya, apatah lagi dengan DANANTARA, rakyat kebanyakan pasti tidak tahu dan bahkan tidak mau tahu. Untuk urusan ``depatemen penerangan`` ini , departemen yang bertugas nyaris gagal dan sering gagap sehingga sampai saat ini pemerintahan pak PS hampir disemua media bukan tokoh utamanya, pamornya belum muncul , auranya tidak memancar, branding dan image-nya belum mencengkeram.
Ketut Bagiarta
Makin ke sini saya merasa Pancasila makin mirip papan nama organisasi atau Ormas. Plank nama ada, tapi realisasinya ga ada. Kalau ada pun hanya sewaktu-waktu dan seremonial. Keadilan sosial ada di sila kelima, tapi kenyataannya ketimpangan sosial. Sementara negara yang mestinya mewujudkannya, malah menjadi kapitalis!
Jokosp Sp
Semuanya serba lambat. Sudah jelas sudah ada Danantara yang jadi induknya perusahaan di bawah BUMN sebelumnya, kenapa masih ada juga BUMN?. Masih ada pula Menteri BUMN yang sekaligus juga pengawas di Danantara (rangkap jabatan). Bagaimana seorang operator juga bertindak sebagai regulator?. Kalau mau bener ya segera bekukan Kementerian BUMN, jadikan apa para pegawainya. Kalau Menterinya masih dipakai ya satu saja di Danantara. Baiknya Pak Presiden harus sudah bersihkan orang-orang lama yang bikin kerja presiden tidak lincah, cepat dan loyal ke presiden baru. Kasus-kasus tambang begitu carut-marutnya dan rusak oleh mereka yang mengeluarkan kebijakan di era presiden sebelumnya, apakah yang seperti ini masih tidak tega untuk diganti?. Jika tiga bulan ke depan tidak ada perubahan di beberapa kementerian dan menko, maka jangan kaget kalau ada sejarah baru nanti ada geng yang melakukan penggulingan terhadap Pak Presiden sekarang ini. Bahwa mereka masih menganggap jadinya presiden sekarang itu atas jasa presiden lama dan wapres yang sekarang jadi. Ada pengakuan bahwa tanpa GB tidak mungkin presiden akan jadi seperti sekarang ini. Ada yang merasa kondisinya terancam dengan para mantan jendral yang ingin memakzulkan sang wapres saat ini lewat DPR. Dan sang Raja punya kartu As yang masih bisa untuk menyandra dari kasus yang memang sengaja dibiarkan. Pak Presiden harus berani dan tegas menegakkan hukum, dan lebih penting lagi harus cepat. Raja Ampat dan Aceh itu momen yang pas, apalagi?.
Nimas Mumtazah
Pegawai PA .. Wajib baca tulisan ini.. Menjadi mediator plus psikolog rumah tangga. Ini bagian dari parenting.
Mbah Mars
Suami istri yg akan bercerai menjalani mediasi di pengadilan agama. “Saya setuju harta kami, 65%nya utk istri saya. Tapi imbalannya, anak harus ikut saya. Hak asuh ada di saya”, kata suami. “Berapa putra kalian ?”, sahut sang mediator. “Anak tunggal Pak”, jawab istri. “Anak itu, lulutnya sama saya. Apa² dg saya. Ayahnya tdk pernah ikut mengurusi. Saya khawatir anak kami tumbuh penuh tekanan batin kalau ikut ayahnya” “Ah…itu urusan gampang. Saya berkomitmen mengurusnnya. Jika saya tdk punya waktu saya bisa menitipkannya di boarding school”, kata suami. “Tdk bisa! Dia akan stres kalau hidup di asrama”, sergah sang istri. “Jika bersamamu dia akan hidup susah. Kamu tdk punya sumber penghasilan” “Saya akan berusaha mencari kerja” “Emang gampang cari kerja he ? mana umurmu sudah 40 tahun” Pertengkaran semakin seru. Masing² mencari pembenaran utk dianggap lebih tepat menerima hak asuh. Sang mediator kewalahan. “Pertemuan mediasi cukup dulu. Kalian datang lagi pekan depan” Pada mediasi pekan depan dan depannya, lagi² terjadi kebuntuan. Baru di pekan ke 4 sang mediator mengajukan jalan keluar. “Kalian hanya punya anak satu. Masing² ingin punya hak asuh terhadap anak itu. Masing² tdk mau mengalah. Jalan buntu. Bagaimana kalau kalian punya anak satu lagi sebelum cerai ? Jadi kalian tdk perlu berebut seperti ini. Saya beri waktu 10 menit. Silahkan dipikirkan” “Bagaimana keputusan kalian ?” “Baiklah, kami sepakat Pak. Bikin anak satu lagi sebelum cerai"
Komentator Spesialis
PEMAKZULAN PULAU Menarik sekali melihat analisa Seword di Youtube tentang korelasi isu pemakzulan Gibran oleh Purnawirawan TNI dengan Kepmendagri tentang 4 pulau Aceh yang diberikan ke Sumut. Sebelumnya diduga ada hubungan antara kesempatan ekspolasi migas di 4 kepulauan Aceh itu dengan kepentingan keluarga "Raja Jawa". Sudah bukan rahasia lagi kalau Tito oleh banyak orang dilabeli sebagai genk Solo. Alias pivotnya ke Jokowi sekalipun masih menjadi menteri Prabowo. Kita semua sudah makfum, bahwa di bulan Mei itu sedang ramai ramainya isu Pemakzulan Gibran oleh para Purnawirawan TNI. Yang akhirnya berakhir dengan melayangkan surat resmi ke DPR. Seword memberikan analisa patut diduga bahwa Tito yang tidak ada angin tidak ada hujan, tiba tiba menerbitkan Kepmendagri tentang peralihan kepemilikan 4 pulau Aceh ke Sumut pada tanggal 25 April 2025 untuk memecah perhatian publik atas isu pemakzulan Gibran. Dan anda sudah tahu reaksi rakyat Aceh yang tidak punya kepentingan politik sangat keras. Bahkan sampai api gerakan melepaskan dari NKRI yang selama ini sudah diredam, kembali menyala. Apapun analisanya, buat saya sangat disesalkan keputusan Tito ini. Harusnya dia paham posisi dia yang masih kental dipandang sebagai salah seorang kaki tangan Jokowi. Sangat disayangkan kalau kepentingan politik ditempatkan diatas kepentigan bangsa dan negara. Pak Prabowo harus segera mencopot Menteri menteri seperti dia. Agar cawe cawe bisa segera dihentikan dan bangsa ini ayem.
Runner
Apa iya keputusan pengangkatan Direktur dan Komisaris BUMN oleh Danantara ? Apa iya oleh Kementerian BUMN ? Apa iya Danantara dan Kementerian BUMN berembug bareng ? Kok kayaknya, kalau hanya itu pilihan caranya. Itu sih cara yang normal saja. Cara yang gak ada gregetnya. Kan keputusan melahirkan segera pembentukan Danantara sebagai superholding oleh Pak RI 1. Rasa rasanya, cara lain yang dipilih, bisa jadi yang calonkan dan putuskan adalah langsung pak RI 1. Kan beliau komandan perang. Yang menetapkan target. Jadi ingat cerita seorang kerabat, dulu Bupati dan Gubernur diangkat oleh Presiden, dan Presidennya komandan juga. Eh, baca media online direksi baru Mind Id. Direktur ada purnawirawan Pati Polri, dan ada satu Profesional Human Capital.
Sadewa 19
Beberapa usulan pengganti subbrand AKHLAK : 1. CUAN Cepat Unggul Amanah Nasionalis 2. KEREN Komitmen Effisien Ramah Etis Nyaman 3. GASPOL Gigih Asyik Solutif Profesional Optimis Loyal 4. MAGER Melayani Amanah Gesit Empati Responsif 5. BEJAT Bersih Efisien Jujur Atraktif Terbaik No. 5 itu kebalikan dari AKHLAK, tetapi dijaman yg sudah bolak-balik ini, ketika positif bisa berarti tidak baik, dan negatif justru malah sebaliknya, mungkin no. 5 perlu dipertimbangkan. Hhhhh...
Achmad Faisol
@koh liam, ada anak hari-hari main game, kongkow, dll ga pernah buka buku... orang tuanya ditanya, "bagaimana anakmu..." "saya optimis nilai anak saya di atas 96 semua," jawab sang ayah... ini optimis atau mengkhayal...? optimis itu kalau langkah yang ditempuh sesuai dengan metode yang sudah ditetapkan sesuai bidang masing-masing... sepak bola ada metodenya, sekolah ada rumusannya, begitu pun berbisnis... lha kalau yang ditunjuk berdasarkan balas jasa, bukan meritokrasi, di mana kah letak optimis muncul...? maka, langkah awal adalah pak prabowo harus baca chd dan komentar perusuh... he he he...
Tivibox
Setiap habis pertandingan dan kemenangan sudah diraih, selalu ada pesta. Sebagai perayaan atas hasil yang sudah didapat dan tanda terima kasih kepada yang diajak berjuang bersama mewujudkan kemenangan itu. Besar kecilnya pesta tergantung dari sedikit banyaknya orang yang diajak berjuang. Kue pun dibagi-bagi, porsinya disesuaikan dengan berat ringannya pekerjaan yang dilakukan saat bertanding. Sayangnya, rakyat yang menjadi penentu kesuksesan pertandingan itu tidak diajak ikut berpesta. Mereka cukup jadi penonton saja. Memang begitulah, pesta hanya untuk pemain inti. Itulah siklus lima tahunan.
yea aina
Di layar ATM bank plat merah, subbrand "akhlak" gencar dimunculkan. Toh hanya menghasilkan : klasemen liga korupsi BUMN. Beda kemasan dan isinnya. Jangan-jangan, konsep state capitalism dengan perwujudan danantara itu hanya mengulang beda bungkus dan isinya. Karena, si pemegang kuasa atas BUMN, selalu diberikan kepada ketua timses kemenangan. Jadi berpikirnya tidak jauh dari gaya kampanye: kemasan lebih penting, isinya dipiker keri.
Er Gham 2
Dana PIP (Program Indonesia Pintar) buat bantu anak sekolah yang miskin atau rentan miskin, kok dikorupsi ya oleh oknum operator di sekolah. Dana itu untuk beli tas atau alat tulis, sepatu, atau kebutuhan lain, dimaling oleh oknum sekolah. Ternyata banyak kasus nya yang terungkap. Bahkan ada yang sudah lulus pun tidak tahu kalau sebenarnya mereka berhak atas dana PIP itu sewaktu mereka masih sekolah. Jadi, korupsi itu tidak hanya di instansi-instansi tertentu yang terbiasa korupsi, namun di lembaga pendidikan --- yang diisi oleh orang orang tanpa tanda jasa--- juga tidak mau kalah dengan instansi lainnya. Mantap memang semangat korupsi di negeri ini. Hehehe, DNA maling mah dimana aja ada.
Sadewa 19
Jalan jalan ke Ciputat Mampir sebentar beli pulsa Gelar sarjana mudah didapat Cukup ke warnet ijazahpun ada
Udin Salemo
dua tiga kucing berlari/ manalah sama sikucing belang/ dua tiga dapat kucari/ manalah sama adik seorang/ pisang emas bawa berlayar/ masak sebiji diatas peti/ hutang emas boleh dibayar/ hutang budi dibawa mati/ =========================== karanggo samuik nan sirah/ digaduah mangko manggigik/ bamain tuan jaan lengah/ basaba satinggi langik/ kapitiang diapik karang/ karang di lubang batu/ bilo dimulai pantun jo dendang/ batanang tuan jagolah kartu/
Lagarenze 1301
Andai tiga kekuatan: Iran, Hamas, dan Houti menyerang bersamaan dengan meluncurkan ribuan rudal ke Israel....
hanya yotup
Saya mahfum. Tapi juga heran: Tumben Pak Dis sering mengomentari kebijakan menteri BUMN. Padahal seingat saya dulu, sebagai mantan menteri sesuatu juga, Pak Dis pernah komitmen untuk tidak berkomentar mengenai para penggantinya di BUMN. Pada eranya Rini Suwarno, tak satupun komentar Abah DI padanyi. Pun saat ditanyai tentang Bu Rini yang saat itu ada info dirinyi sedang ada masalah: Pak Dis pilih tutup kolom komentar. Tapi masa telah berubah. Sejak era ET kedua ini, Abah rutin membahas tentang kementerian sesuatunya dulu. Itu mungkin sebabnya, menurut saya pribadi beberapa tulisan Abah terkesan kurang lengkap dari sisi data. Sebagai penggagas bengkel wartawan, tentu Abah tahu kewajiban keseimbangan informasi dari sumber terpercaya. Anehnya, dalam beberapa kali bahasan terkait BUMN, Pak Dis tidak pernah bertanya langsung pada ET tentang isu² terkini. Pun termasuk Danantara. Tidak mungkin Abah tdk punya kontaknya ET atau Rosan Roslani. Kenapa ini penting, agar pihak Pak ET dan Pak Rosan juga punya hak jawab atas semua pertanyaan yang Abah dalilkan. Saran saja Pak Dis, agar semua orang mendapatkan informasi yang lengkap dan utuh, dan hanya perkiraan Abah yang jadi rujukan utama para perusuh, ada baiknya Abah berkenan japri Pak Erick. Mohon jangan sungkan, apalagi merasa sok senior sehingga lupa bertanya kepada narasumber juniornya Abah itu. Karena menurut keyakinan saya, mereka yang saat ini menjabat tentu ingin diberikan ruang menyampaikan penjelasan terkait tupoksinya di BUMN
Akhmad Nurkholis
Kami pun pakai 'AKHLAK' walaupun kadang miring, kadang malah terbalik#masang logo AKHLAK di dada kanan
Komentator Spesialis
Pak Prabowo itu saya lihat orangnya cerdas. Pengetahuan luas. Skill tinggi. Orangnya PD. Tidak ada pencitraan, apa adanya. Sebagai Presiden sudah sangat lengkap dan sangat pantas menurut saya. Tinggal bagaimana eksekusinya saja. Konsisten. Jujur. Tegas. Itu kunci yang akan membawa bangsa ini berhasil.
thamrindahlan
Kalau Tuan pergi ke Medan/ Belikan kami durian petruk/ Urusan keuangan rakyat heran/Sampai kepala (?) digaruk garuk/
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 114
Silahkan login untuk berkomentar