Mantan Menteri Malaysia Sewot Negaranya Ikut Jejak Indonesia Pakai Bahasa Nasional di Komunitas Internasional

Mantan Menteri Malaysia Sewot Negaranya Ikut Jejak Indonesia Pakai Bahasa Nasional di Komunitas Internasional

Mantan Menteri Perdagangan Internasional Malaysia Rafidah Aziz.-The Star/Asia News Network-Disway.id

Menteri Luar Negeri Saifuddin Abdullah pada bulan Maret mengatakan Perdana Menteri Ismail akan menggunakan Bahasa Melayu ketika menyampaikan pidatonya di Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September, dan pada KTT Asean pada bulan November 2022 mendatang.

“Perdana menteri Malaysia sebelumnya berbicara dalam bahasa Inggris dalam pertemuan internasional. Keputusan penggunaan bahasa Melayu merupakan keputusan pemerintah sebagai bentuk penguatan nasionalisme dan kebanggaan sebagai bangsa Malaysia. Tak perlu pula ditakutkan, Indonesia menjadi contoh, bahwa mereka bisa memimpin komunitas dunia tanpa meninggalkan jati diri bahasa Nasional,” papar Saifuddin Abdullah yang dilansir Disway.id dari The Straits Times.

Berita online Malaysiakini melaporkan pada hari Sabtu 28 Mei 2022 di bawah kepemimpinan Ismail, pemerintah telah mendorong pegawai negeri untuk menggunakan Bahasa Melayu yang dapat disampaikan dengan penerjemah. 

Sementara itu, sebuah kelompok masyarakat sipil Malaysia yang diberinama G25, yang didalamnya mencakup banyak mantan pegawai negeri senior Malaysia mendukung langkah pemerintah menggunakan bahasa Melayu.

“Sementara G25 mendukung peran dan pentingnya Bahasa Malaysia untuk menciptakan bangsa yang bersatu di antara berbagai ras. Ini tidak mengurangi pengakuan akan pentingnya bahasa Inggris sebagai bahasa universal masyarakat internasional,” terang G25.

“Selama ini pendekatan dan penggunaan bahasa Inggris di sektor publik juga akan terlihat munafik karena hanya anak-anak orang kaya dan berkuasa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai komunikasi, sementara sebagian besar mereka adaah produk sekolah dan universitas internasional,” paparnya.

Padaahal, universitas di Malaysia sendiri termasuk kursus-kursus bahasa yang ada, telah menarik sejumlah besar mahasiswa asing untuk belajar bahasa Melayu. 

“Dengan demikian akan menarik pendapatan. Bahasa Melayu akan hidup di negeri sendiri. Perlu kita sadari bahwa bahasa Melayu kini mulai ditinggalkan dan terancam punah, setelah media pengajaran di universitas Mara dan perguruan tinggi termasuk Universitas Islam Internasional menggunakan bahasa Inggris. Ini sangat tidak rasional, dengan ciri bangsa,” terang G25.

 BACA JUGA:Mahathir Mohamad Akui Malaysia Tertinggal dari Indonesia

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: malaysiakini

Close Ads