Pasokan Senjata Amerika Ternyata untuk Teroris? Ini Penjelasan De Bolle dan Jabbar al-Ma'mouri
Senjata bantuan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya sudah tiba di Ukraina. -parstoday-Disway.id
LONDON, DISWAY.ID - Direktur Eksekutif Polisi Eropa (Europol) Catherine De Bolle mengendus adanya ketidakberesan terhadap pasokan senjata ke Ukraina.
Pasalnya, penyelundupan senjata-senjata yang dikirim ke Ukraina itu jatuh ke tangan para teroris serta gerombolan penjahat.
De Bolle tidak menyebutkan langkah apa yang akan diambil untuk mengantisipasi masalah tersebut, akan tetapi beberapa tim kerja internasional sudah dibentuk untuk menemukan cara penanganan terbaik.
“Selain mengkampanyekan perang melawan penyelundupan senjata, Europol juga mengawasi kelompok teroris dan ekstremis, terutama kelompok sayap kanan ekstrem yang berusaha meninggalkan Ukraina, dan memasuki wilayah Eropa,” terang De Bolle, Rabu 1 Juni 2022.
BACA JUGA:Hubungan Tiongkok-Taiwan Kian Panas, Isi Pemberitaan Jerusalem Post Minta Dihapus
Europol terus memantau ‘banjir senjata’ hadiah Barat untuk Ukraina, yang masuk ke Eropa dengan cara diselundupkan.
“Setidaknya 30 tahun lalu usai perang di Yugoslavia, banyak senjata masuk ke negara-negara Eropa, dan sampai sekarang senjata-senjata itu masih ada di tangan para pelaku kriminal,’ ungkapnya.
Sehubungan dengan Ukraina, imbuhnya, Europol khawatir ketika pertempuran selesai, senjata-senjata kiriman negara lain ke Ukraina, akan jatuh ke tangan siapa.
Tidak hanya terjadi di Ukraina, pasokan senjata dari Amerika Serikat, sebenarnya sudah lama mengalir ke tangan-tangan teroris dan pelaku kejahatan di seluruh dunia.
BACA JUGA:Pembunuhan Bersenjata Terulang di Amerika, Kali ini Terjadi di Philadelphia
Ini disampaikan Ketua Persatuan Cendekiawan Muslim Irak Jabbar al-Ma'mouri,. Ia menyebut Amerika Serikat memasok 85 persen senjata untuk kelompok teroris Daesh.
Pada tahun 2017, setelah 3 tahun pertempuran, Irak mengumumkan kemenangan atas kelompok teroris Daesh, tetapi sisa-sisa milisinya yang tersebar masih aktif di beberapa wilayah provinsi Diyala, Kirkuk, Nineveh, Al-Anbar dan Baghdad.
“Berbagai bukti menunjukkan bahwa Amerika bekerja untuk mengacaukan dan menciptakan ketidakamanan di Irak termasuk negara lain,” Jabbar al-Ma'mouri.
“Stabilitas negara akan tercapai dengan penarikan semua pasukan Amerika dan elemen intelijennya dari Irak,” ujar Al-Mammouri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: