Belajarlah dari Tragedi KwaZulu-Natal

Aktivis iklim mengakui rencana itu cukup progresif. Langkah-yang dilakukan mulai dari pembangunan drainase dan perencanaan kota yang matang menjadi tumpuan sebuah kota besar. 

Entah mengapa, kajian itu luntur, seketika bajir menyapu kota.

Inilah kondisi banjir yang menyebabkan tanah longsor di provinsi KwaZulu-Natal, Afrika Selatan, Jumat 15 April 2022.-Twitter/@@Yuar301- 

Sebuah studi dari World Weather Attribution yang dirilis minggu ini mengatakan perubahan iklim telah meningkatkan curah hujan terkait dengan siklon tropis yang melanda Afrika bagian selatan.

"Ini adalah momen yang bisa menjadi pelajaran kita,” kata Christopher Trisos, penulis utama laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang mengupas soal adaptasi dan risiko perubahan iklim yang dirilis pada akhir Februari 2022.

Laporan IPCC menemukan bahwa 90 persen kota-kota Afrika belum memiliki rencana adaptasi iklim yang substansial. 

”Apalagi konsep yang matang, jauh sekali," kata Trisos yang juga direktur Laboratorium Risiko Iklim di Cape Town, dikutip Disway,id dari Thomson Reuters Foundation.

Perencanaan kota 

Provinsi KwaZulu-Natal telah dinyatakan dalam keadaan bencana oleh kementerian Tata Kelola Koperasi dan Urusan Tradisional (COGTA). 

Mereka pun membuka ‘kotak amal’ sebagai upaya penanganan darurat bagi warga yang terdampak.

Di Shakaskraal, tanker bensin tergeletak tersembunyi di puing-puing tebal di sepanjang jalan setelah hanyut oleh hujan.

Retakan gua membelah aspal saat anak-anak kecil tercebur ke genangan air yang ditinggalkan badai.

”Kami membutuhkan pemerintah untuk datang dan memeriksa kerusakan, sebelum hujan berikutnya datang,” kata Sifiso Zhungu, seorang tukang yang bekerja di kota terdekat Pantai Sheffield.

Sumber: reuters