Melayani Tamu Allah yang Unik dan Menyenangkan

Melayani Tamu Allah yang Unik dan Menyenangkan

Mohammad Nuruzzaman-Dokumentasi Pribadi-

MENJADI bagian dari petugas haji dan bertugas melayani para jamaah haji adalah sebuah pengalaman yang unik sekaligus menyenangkan. Melayani para tamu Allah, begitu biasa panggilan pemuliaan kepada para jamaah haji, bukanlah tugas ringan. 

Sebagaimana sifat sebuah pelayanan, kepuasaan pengguna adalah segala-galanya. Indikator bahwa sebuah pelayanan dianggap berhasil jika si pengguna pelayanan merasa terpuaskan.

Akan tetapi, melayani jamaah haji lebih dari sekadar itu. Pelayanan terhadap jamaah haji mempertaruhkan nama Indonesia. Apalagi sejak awal Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, me-wanti-wanti petugas agar melayani jamaah haji seperti keluarga sendiri. 

"Jamaah haji yang ada di Tanah Suci ini anggaplah mereka ibu kita, bapak kita, saudara kita, adik kita, kakak kita, sehingga secara total kita bisa memberikan pelayanan kepada mereka dengan baik,” kata menteri agama.

Menteri Agama juga mencanangkan zero mistake dalam pelayanan haji. Sekalipun ini nyaris tidak mungkin dicapai. Sebaik apapun kita melayani pasti tidak mungkin memuaskan semua pihak karena ini menyangkut keragaman latar sosial para jamaah, jangka waktu pelayanan yang lama, dan yang tidak kalah pentingnya, di negara orang lain, di mana kita tidak memiliki otoritas penuh untuk pengendalian dan penyiapan infrastruktur. 

Melayani jamaah haji juga berbeda dengan layanan yang diberikan oleh jasa tour and travel untuk perjalanan wisata biasa. Bagaimanapun juga, haji adalah sebuah perjalanan ibadah. Setiap orang dalam jamaah berniat untuk menyempurnakan agamanya karena haji adalah ibadah kesempurnaan. 

Karena itu, jenis layanannya juga berbeda. Para jamaah tidak semata-mata dimanjakan dengan layanan transportasi dan akomodasi. Tapi juga memastikan bahwa prosesi ibadah sebelum, saat, dan sesudah haji berjalan sesuai dengan tuntunan agama. Inilah yang membuat pelayanan terhadap jamaah haji terasa unik.

Yang tidak kalah unik adalah perilaku para jamaah. Bagi sebagian besar jamaah, haji adalah perjalanan luar negeri pertama kalinya. Sebagian besar di antara mereka tidak pernah naik pesawat dan tinggal di hotel. 

Ini memunculkan perilaku aneh-aneh. Sejak di pesawat, petugas haji harus siap untuk membantu jamaah memasang sabuk pengaman. Hal ini belum seberapa, awak kabin tidak jarang harus membersihkan toilet karena jamaah tidak tahu cara menggunakan flush di toilet pesawat untuk membersihkan kotorannya sendiri. 

Sampai di bandara Jeddah atau Madinah (tergantung jadwal terbang keberangkatan), para petugas harus siap menggendong beberapa jamaah yang tidak bisa turun dari pesawat karena anggota badannya kaku setelah terlalu lama di pesawat. Beberapa petugas sudah terbiasa mendapatkan gerutuan dari jamaah yang digendongnya karena sedikit tertinggal dari rombongan. 

Sampai di hotel apakah masalah selesai? Justru di sinilah berbagai masalah lucu terjadi. Tidak setiap jamaah sekamar dengan orang yang sudah akrab dengannya. Banyak jamaah yang sekamar dengan orang-orang baru, di mana situasi ini memerlukan penyesuaian. 

Rata-rata, setiap kamar diisi  empat orang. Jika tiga orang sudah berkawan akrab sebelumnya, sedang yang satu belum, ini bisa memunculkan situasi pelik. Misalnya, ada seorang ibu yang nangis-nangis ke petugas karena dia merasa dimusuhi oleh kawan sekamarnya dan dia menduga dia dijadikan bahan omongan di belakangnya, sekalipun dia tidak tahu bahasa ketiga orang kawan sekamarnya. 

Bayangkan betapa pusingnya petugas karena semua kamar sudah penuh dan tidak mudah memindah orang di kamar lain untuk berganti posisi dengan si ibu.

Ada juga seorang jamaah yang tiba-tiba hilang. Teman sekamar dan para petugas kelabakan karena sudah berhari-hari jamaah ini tidak kembali. Tapi yang mencurigakan adalah barang-barangnya juga raib bersamanya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa orang ini pindah ke tempat lain dengan sengaja. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: