Melayani Tamu Allah yang Unik dan Menyenangkan

Melayani Tamu Allah yang Unik dan Menyenangkan

Mohammad Nuruzzaman-Dokumentasi Pribadi-

Tapi bagi petugas, ini adalah masalah besar, karena semua jamaah harus terdeteksi keberadaannya. Akhirnya, si orang ini terdeteksi tetap berada di hotel melalui data pasien yang berobat di klinik kesehatan haji Indonesia yang dibuka di setiap hotel. Setelah disanggong beberapa hari, si jamaah ini bisa ”ditangkap” dan dengan segala bujuk rayu bisa dikembalikan ke kamar aslinya.

Sudah dua kali tercatat ada kebakaran bak sampah yang disebabkan puntung rokok jamaah haji Indonesia. Petugas pemadam kebakaran sampai datang untuk mematikan api. Sebagian jamaah haji Indonesia yang laki-laki adalah perokok. Hampir semua hotel akhirnya menyerah dengan membiarkan ruang lobi hotel dan tangga darurat menjadi smoking room. Bahkan ada hotel yang akhirnya menyulap ruang lobi menjadi smoking room resmi. Itulah hebatnya jamaah haji Indonesia.

Saat pelatihan sebelum berangkat, kami diberi tahu oleh narasumber bahwa suatu kali ada peristiwa kebanjiran di sebuah hotel karena sprinkler (pemancar air yang dipasang di langit-langit kamar hotel yang berfungsi sebagai pemadam kebakaran) jebol karena dijadikan sebagai pemancang tali jemuran pakaian. 

Jamaah penghuni kamar tersebut memasang tali jemuran yang diikat di sprinkler dan jendela kamar. Akhirnya, sprinkler itu jebol, air memancar tanpa henti, kamar itu banjir dan merembes ke lorong-lorong di lantai tersebut. Alarm kebakaran hotel berbunyi meraung-raung. Semua orang di hotel berhamburan. Petugas kalang kabut. Ketika tahu sumber masalahnya, perasaan para petugas bercampur antara kejengkelan dan kelucuan yang berpadu dalam tawa yang membahana.

Peristiwa itu kembali terjadi di tahun ini. Seorang bapak yang biasa menjadikan apa saja di rumahnya sebagai cantolan baju, mencantolkan pakaiannya di sprinkler. Hasilnya? Banjir kembali terjadi di Tanah Makkah. Untungnya peristiwa ini segera bisa tertangani sehingga banjir bisa dilokalisir, sekalipun semua orang penghuni kamar tersebut barangnya basah kuyub.

Jamaah terpisah dari rombongan dan tersesat jalan? Itu adalah makanan sehari-hari, terutama petugas yang bertugas di Masjidil Haram dan sekitarnya. Di bawah teriknya sinar matahari, petugas harus siap mencari jamaah; mengantar jamaah yang salah terminal bus, di mana jarak antar terminal bisa mencapai satu kilo meter. Atau, petugas yang sudah berdiri berjam-jam di posnya harus siap menemani jamaah menjalankan ibadah sa’i, berjalan tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwa, karena si jamaah terpisah dari rombongan dan belum menjalankan sa’i wajibnya.

Apakah kami lelah? Ya, kami lelah. Tapi kami menjalani semua itu dengan keriangan. Kami sedang melayani para tamu Allah. Kami meyakini bahwa melayani sebaik mungkin kepada para tamu Allah ini memberi kami pahala akhirat yang berlipat-lipat. Kami juga menjadi petugas haji di mana nama baik Indonesia ada di pundak kami.

Kami sadar bahwa setitik kesalahan kami mungkin akan menjadi cacian banyak orang. Apalagi di era di mana segala informasi, termasuk kebohongan, bisa dibagi media sosial dan membentuk opini publik. Sedikit kekeliruan bisa menjadikan objek cibiran. Kami menyadari bahwa perbuatan baik seikhlas apapun dijalani tidak mesti membuahkan pujian. Tapi kami melayani para tamu Allah. Kami menjalaninya dengan keriangan, dan itu menyenangkan. (*) 

*) Pengendali Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) Pusat; Staf Khusus Menteri Agama Republik Indonesia

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads