Heru Susanto Sudah Tangani 300 Pasien JKN Cuci Darah, Seperti Keluarga

Heru Susanto Sudah Tangani 300 Pasien JKN Cuci Darah, Seperti Keluarga

Heru Susanto di ruang perawatan RS Bhayangkara, Bengkulu.-BPJS Kesehatan-

BENGKULU, DISWAY.ID - Sudah 5 tahun Heru Susanto bertugas di unit Hemodialisa (HD) di Rumah Sakit Bhayangkara, Bengkulu. Itu adalah unit yang melayani pasien sakit ginjal yang memerlukan tindakan cuci darah. Ia pun mengenal dengan baik hampir semua pasiennya.

”Kurang lebih sejak tahun 2017 lebih dari 300-an pasien yang cuci darah. Semua yang datang dan masuk untuk cuci darah adalah peserta JKN, tidak ada yang umum atau bayar sendiri,” ujar Heru.

Heru bercerita tentang bagaimana banyak pasien yang sangat membutuhkan tindakan cuci darah terbantu sekali dengan adanya kartu JKN. Apalagi dengan kebutuhan biaya dalam memenuhi proses hemodialisis membutuhkan biaya yang besar dan hal tersebut bisa menjadi beban bagi masyarakat untuk menjalani proses tersebut.

”Kalau orang umum berobat tidak pakai kartu JKN ya bisa jual tanah dan jual rumah. Pengusaha pun apabila sudah cuci darah bisa tekor," kata Heru. 

Heru menjelaskan, biaya sekali cuci darah bisa mencapai Rp 1 juta. Padahal sebulan bisa sampai delapan kali. Dalam setahun bisa menghabiskan uang ratusan juta rupiah. 

Saat melayani pasien cuci darah, Heru sering berinteraksi. Heru selalu mengatakan bahwa pasien sangat bersyukur menjalani pengobatan dengan program JKN dan dibandingkan dengan peserta umum.

"Saya jelaskan, berapa sih yang ditanggung BPJS Kesehatan sekali bapak ibu cuci darah, dapatnya apa saja, obat obatan semua gratis, pasti mereka langsung tahu bahwa peran BPJS Kesehatan sangat penting," kata Heru. 

"Kalau tidak dijelaskan, ya mereka pasti berpikir seperti kurang terus. Namun apabila sudah dijelaskan dan sudah mengetahui nominalnya apabila pakai umum ya mereka biasanya bersyukur,” tambah Heru.

Antara petugas dan pasien cuci darah sudah seperti keluarga. Sebab, mereka bisa bertemu dua kali seminggu. Padahal pasien bertemu anaknya saja belum tentu sebulan sekali. Para pasien itu, lanjut Heru, sudah seperti bapak sendiri, adik sendiri, atau ibu sendiri. Kadang-kadang petugas makan bareng dengan pasien dan keluarga pasien. (*)

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads