Susun Buku Kisah dalam Al Qur’an, Kemenag: Untuk Konsumsi Publik
Salah seorang guru mengaji sedang mengajar membawa kita Suci Al Quran kepada para muridnya.-Andri Yanto-palpres.com
JAKARTA, DISWAY.ID-- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam akan menyusun buku dongeng/kisah dalam Al Qur’an.
Dalam proses penyusunan buku kisah dalam Al Quran tersebut, PD Pontren Ditjen Pendidikan Islam menggelar Workshop di Jakarta, Rabu 5 April 2023.
Workshop digelar bertajuk Penyusunan Buku Dongeng perspektif Moderasi Beragama dalam Pendidikan Al-Qur’an.
BACA JUGA:Buku Nikah Bakal Berubah Digital, Kemenag Ungkap Targetnya
Sedangkan buku yang akan disusun nantinya dikemas untuk memberikan inspirasi bagi anak-anak terkait moderasi beragama.
Adapun tema buku yaitu ‘Sang Uswah Hasanah: Kisah Para Kekasih Allah SWT’.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Waryono mengungkapkan, sebagian besar isi Al Qur’an itu berisi tentang kisah-kisah. Tentunya, mengandung pelajaran penting atau ‘ibrah (pelajaran).
“Nah poinnya, apa yang diceritakan di dalam Al-Qur’an ini perlu dicari hikmahnya (hikmatut tasyri'-nya). Maka, buku yang akan bertajuk ‘Sang Uswah Hasanah: Kisah Para Kekasih Allah SWT’ ini sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada anak-anak kita sejak dini,” tutur Waryono.
Sebelumnya, ia menjelaskan bahwa salah satu tantangan konkret masa kini adalah anak-anak yang sudah memiliki akses penuh dengan gawai.
Maka, buku ini harus mudah diakses, termasuk oleh orang tua dan masyarakat, sehingga mereka dapat memberikan bekal nilai-nilai moderasi beragama sejak dini kepada anak-anaknya. Hal itu akan menjadi bekal mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat luas.
BACA JUGA:Respons Aji Santoso Saat Persija Berhasil Putus Rekor Buruk Atas Persebaya, Tapi...
Kasubdit Pendidikan Al Qur’an, Mahrus menggarisbawahi pentingnya pesan moderasi beragama melalui Dongeng/Kisah dalam Al-Qur’an bagi Lembaga Pendidikan Al Qur’an (LPQ).
Ia menyampaikan bahwa kisah-kisah ini jangan hanya dilihat dari ceritanya saja, tapi harus dengan pendekatan ilmu.
“Penulisan ceritanya harus moderat. Terlebih kisah ini untuk konsumsi publik. Jika tidak moderat bisa tidak fokus. Moderasi itu sesuatu yang tidak ekstrem dan berada di tengah-tengah. Nah, buku ini diharapkan dapat menanamkan sifat yang moderat, toleran, anti kekerasan dan berbasis pada budaya/ lokalitas untuk anak-anak kita,” terang Mahrus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: