Duh! Mulai Sekarang Twitter Akan Membatasi Berapa Banyak Tweet yang Dapat Dibaca Pengguna per Hari
Aturan Baru Elon Musk Soal Pembatasan Berapa Banyak Tweet yang Dapat Dibaca Pengguna per Hari-ilustrasi-Newyork Post
JAKARTA, DISWAY.ID - Elon Musk menegaskan bahwa Twitter membatasi berapa banyak tweet yang dapat dibaca oleh berbagai akun per hari.
Langkah tersebut dilakukan dalam upaya untuk mencegah 'tingkat ekstrem' dari pengikisan data dan manipulasi sistem.
Pembatasan, yang diumumkan pada hari Jumat 30 Juni lalu, mulai membuat penggunanya risih pada hari Sabtu pagi, 1 Juli 2023.
BACA JUGA:Elon Musk Ungkap Aturan Baru Twitter
Menurut Downdetector, aturan baru itu menyebabkan lebih dari 7.500 orang pada satu titik melaporkan masalah dalam menggunakan layanan media sosial, sebuah situs web yang melacak pemadaman online.
Meskipun itu jumlah yang relatif kecil dari lebih dari 200 juta pengguna Twitter di seluruh dunia, masalahnya cukup meluas hingga menyebabkan tagar #TwitterDown menjadi tren di beberapa bagian dunia.
Elon Musk, yang membeli Twitter seharga $44 miliar tahun lalu, awalnya mengatakan akun terverifikasi akan dibatasi untuk membaca 6.000 posting sehari, sementara akun yang tidak diverifikasi akan dibatasi hingga 600 posting sehari.
Akun baru yang belum diverifikasi dibatasi hingga 300 posting sehari, katanya.
BACA JUGA:Elon Musk Ungkap Pabrik Tesla Segara Berdiri di India: Tempat yang Menarik Untuk Pabrik Baru
Elon Musk kemudian meningkatkan batasan membaca sementara menjadi 10.000 posting per hari untuk pengguna terverifikasi, 1.000 posting per hari untuk tidak terverifikasi, dan 500 posting per hari untuk pengguna baru yang tidak terverifikasi.
Pembatasan dapat mengakibatkan pengguna dikunci dari Twitter selama sehari setelah menggulir beberapa ratus tweet.
Dalam sebuah tweet pada hari Jumat, Musk menggambarkan pembatasan baru sebagai tindakan sementara yang diambil karena "kami mendapatkan begitu banyak data yang dijarah sehingga merendahkan layanan untuk pengguna normal!"
Dia sebelumnya menyatakan ketidaksenangannya dengan perusahaan kecerdasan buatan seperti OpenAI, pemilik ChatGPT.
BACA JUGA:Fix! Tesla Bangun Pabrik di India, Elon Musk: Akan Dilakukan Secepat Mungkin, Indonesia?
Alasannya karena menggunakan data Twitter untuk melatih model bahasa besar mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: