Korban Kerja Paruh Waktu Alami Kerugian Puluhan Miliar Rupiah yang Capai Ribuan Orang

Korban Kerja Paruh Waktu Alami Kerugian Puluhan Miliar Rupiah yang Capai Ribuan Orang

Paguyuban korban penipuan online dengan modus pekerjaan paruh waktu di salah satu platform e-commerce mendatangi Bareskrim Polri untuk mengadukan kasus yang dialaminya. -Disway.id/Anisha Aprilia-

"Jadi korban-korban yg berjatuhan di seluruh indonesia, bahkan ada korban wni yang berada di LN seperti korea, jepang dan australia," ujar dia. 

Menurutnya, modus operandi dalam kasus ini para korban diminta untuk memberikan komentar dan menyukai unggahan dari e-commerce itu. Korban diminta untuk melakukan top up dengan iming-iming uang tersebut dapat kembali dengan komisi sebesar sepuluh persen.

BACA JUGA:Zaytun Sinagog

BACA JUGA:Prakiraan Cuaca se-Jabodetabek Hari Ini, Jumat 21 Juli 2023: Kembali Panas?

Mulanya, kata dia, para korban benar-benar menerima kiriman uang ke rekening masing-masing dari rekening atas nama sebuah perusahaan. 

Kemudian, para korban diminta masuk ke dalam sebuah grup perkumpulan yang disebut ada pekerja lain dalam grup tersebut.

"Namun, setelah kami selidiki bahwa itu mereka sindikat juga," ungkap Tria.

Tria menyebut dalam menyelesaikan tugas, para korban diminta top up sesuai table yang disediakan, seperti Rp 100 ribu, Rp 200 ribu dan Rp 500 ribu. 

Para korban yang top up Rp100 ribu akan mendapat komisi 10 persen yakni menjadi Rp 110 ribu.

BACA JUGA:Intip Cantiknya Anak Rian Mahendra, Calon Penerus MTI?

BACA JUGA:Tips Asik Bermain Bermain Domino Online

Para korban diiming-imingi semakin besar nilai top up, komisi yang didapat juga besar.

Ia mengatakan telah melapor kasus penipuan yang terjadi sejak 2021 ini disebut telah dilayangkan di polda dan polres. 

Namun, menurutnya hingga kini tak ada titik terang dari laporan yang telah dilayangkan para korban. 

"Disinilah tantangan bahwa di kasus kami itu subjek belum jelas. Saya minta kepolisian dan temen-teman kepolisian bisa mengusut ini sampai dapat pelakunya. Yang kedua, nomor teleponnya itu Telegram, kebanyakan menggunakan Telegram, dimana telegram itu susah dilacak nomor teleponnya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: