Penjelasan Kereta Tidak Bisa Mengerem Mendadak, Ada Risiko Jika Terobos Perlintasan
Perlintasan sebidang jalur kereta api. Foto: KAI--
Pengereman yang dipakai pada kereta api di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem jenis rem udara.
Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.
BACA JUGA:Bersama Anies dan SBY, AHY Akan Hadiri Pertandingan Tim Nasional Bola Voli Indonesia
Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda.
Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti.
Walaupun kereta api telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.
Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.
BACA JUGA:Antisipasi El Nino pada Agustus - September, Ini Pesan BPBD
Jadi, meskipun masinis telah melihat ada yang menerobos palang kereta, selanjutnya melakukan proses pengereman, maka tetap akan membutuhkan suatu jarak pengereman agar benar-benar berhenti.
Hal inilah yang nantinya menyebabkan kejadian tabrakan, apabila jarak pengereman tidak terpenuhi.
Adapun faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman yaitu:
BACA JUGA:Rawan Tumbang, Ribuan Pohon di Jakarta Utara Ditebang
1. Kecepatan kereta api. Semakin tinggi kecepatan kereta api, maka semakin panjang jarak pengereman;
2. Kemiringan/lereng (gradient) jalan rel (datar, menurun, atau tanjakan);
3. Persentase pengereman yang diindikasikan dengan besarnya gaya rem;
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: