Kabupaten Tasikmalaya Terancam Kekeringan, Krisis Air Bersih Membayangi

Kabupaten Tasikmalaya Terancam Kekeringan, Krisis Air Bersih Membayangi

Pemerintah siapkan anggaran Rp 8 triliun antisipasi dampak El Nino dan kepala daerah diminta bersiap hadapi kekeringan.-freepik-

Sedangkan Dwikorita Karnawati selaku BMKG Indonesia mengingatkan akan adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang mengakibatkan kekeringan. 

Situasi ini menurutnya berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.

BACA JUGA:Anies Baswedan Jawab Pernyataan Luhut yang Tak Mau Perubahan: Itu Hanya Satu dari 4 Program Pembangunan

BACA JUGA:Satu Keluarga Saling Bacok, Parang Menempel di Leher Menantu

"Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," ungkap Dwikorita.

"Di sektor perikanan, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin, biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional," tambah dia.

Dwikorita menyebut, fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. 

Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, kata dia, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

BACA JUGA:Naik Sepeda

BACA JUGA:Resmi! Manchester United dan Atalanta Sepakati Transfer Rasmus Hojlund Senilai Rp 1,1 T, Fans MU: Gambling Banget!

Dwikorita menjelaskan jika puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada bulan Juli ini mencapai 1.01 dengan level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index yang positif.

Sementara itu Ardhasena Sopaheluwakan selaku Plt Deputi Klimatologi BMKG mengatakan jika  sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian akan dapat terdampak, terutama lahan pertanian tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional.

Selain itu, kondisi kekeringan ini juga dapat menjadi kondisi yang berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang jika tidak terkendali dapat menimbulkan krisis kabut asap yang tidak hanya berdampak terhadap kualitas lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat.

BACA JUGA:Dukung Kegiatan BUMN Environmental Movement, Pegadaian Ajak Masyarakat Medan Bersih-bersih Sungai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: