Depan Belakang
Nafsiah Sabri Shahdan difoto oleh Dahlan Iskan Mochamad di penerbangan Etihad Jakarta-Abu Dhabi.-HARIAN DISWAY-
''Pilih yang mana?''
Saya diminta masuk ke dalam counter check in: agar bisa melihat layar komputer di meja petugas. Ada denah susunan kursi di layar itu. Banyak kursi sudah terisi.
Saya memang telat check in. Tidak ada lagi dua kursi kosong yang bersebelahan. Saya harus duduk terpisah dari istri. Sedih. Padahal maunya meniru Putu Leong: lengket terus seperti prangko.
Gara-gara telat check in.
Yang disebut ''telat'' di zaman sekarang itu sebenarnya masih dua jam dari waktu boarding. Dulu, check in dua jam sebelum boarding itu disebut early check in. Sekarang dikategorikan telat. Yang disebut ''tidak telat'' adalah check in online: bisa 12 jam sebelumnya. Bisa pilih tempat duduk prangko.
Mengapa saya tidak bisa check in online?
Itu gara-gara nama saya tidak sama. Antara yang di visa dan di paspor. Itu tidak bisa diterima di sistem komputer check in online. Saya tegur teman saya yang mengurus check in online: kenapa tidak dijelaskan ke komputer itu. Bahkan kenapa tidak didebat: beda nama itu bukan salah saya.
''He he komputer tidak bisa didebat, Pak Boss,'' jawabnyi lantas senyum-senyum.
''Jangan panggil saya Pak Boss lagi. Saya sudah bukan bos,'' tegur saya.
Pun nama istri saya. Ada tambahan kata ketiga. Di visa nama saya jadi Dahlan Iskan Mochamad. Istri saya jadi Nafsiah Sabri Shahdan.
Saya sempat sewot dengan tambahan itu. Pura-pura. Kenapa tidak minta izin saya dulu. Tiba-tiba saja berubah: sejak umrah tahun kapan itu. Kata mereka: nama harus tiga kata. Oke. Tapi kalau pun begitu saya akan pilih Dahlan Iskan bin Iskan.
Pun istri saya. Kenapa nama ketiganya tidak pakai kata Dahlan: Nafsiah Sabri Dahlan. Dia kan istri saya. Lalu saya bentak istri saya, dalam hati: hayo, siapa ini Shahdan. Anda pernah kawin sebelum dengan saya ya?
Istri saya ketakutan: juga dalam hati. Dia sendiri merasa aneh. Biasanya kan saya yang ketakutan. Ternyata Shahdan itu nama kakeknyi. Yang pekerjaannya tukang angkut barang di gerobak dorong. Di Samarinda. Masa kecil istri memang ikut kakek. Istri saya anak pertama dari 12 bersaudara. Ayahnyi tentara. Pergi terus. Ke medan tugas. Ibunyi urus adik-adiknyi.
Visa Arab Saudi tidak menempel di paspor. Visa itu dikirim lewat email. Maka email itu pun saya minta di-print. Siapa tahu ada masalah di bandara nanti.
Saya pun ke bandara lebih awal. Siap-siap kalau ada masalah. Juga berharap masih ada kursi prangko. Begitu tiba di counter saya sodorkan dua paspor. Juga dua lembar visa.
Tidak ada pertanyaan apa pun. Petugasnya lebih ''mengerti'' soal beda nama itu. Orang lebih punya perasaan dibanding online. Komputer bekerja berdasar data. Manusia bisa berdasar pengalaman.
Satu-satunya persoalan di check in tinggal itu tadi: kursi prangko.
Untuk jurusan Jakarta ke Abu Dhabi saya dapatkan kursi itu. Tapi Abu Dhabi ke Jeddah harus pisah. Saya pura-pura marah ke petugas check in. Sekadar agar terlihat oleh istri bahwa saya serius berusaha. Lebih baik marah ke petugas daripada dimarahi istri.
Memang istri saya tidak pernah ngata-ngatai saya ''goblik'' atau ''comberan'' tapi dari ekspresi kecilnyi saja saya sudah bisa menebak pedalaman hatinyi.
Dari layar komputer petugas itu saya baru tahu: kini ada kabin pesawat yang susunan tempat duduknya belum pernah saya lihat. Separo kursinya menghadap ke belakang. Selang seling. Bukan seperti di beberapa kereta komuter: separo menghadap ke depan, separonya lagi ke belakang. Ini beda.
Pesawatnya Boeing 787 Dreamliner. Baris pertamanya: 1-2-1. Dua kursi yang di tengah itu menghadap ke depan. Di situlah saya dan istri. Untuk Jakarta-Abu Dhabi.
Satu kursi di kiri dan satu kursi di kanan menghadapnya ke belakang.
Baris keduanya terbalik: susunannya tetap 1-2-1, tapi posisi hadapnya kebalikannya. Lalu baris ketiga seperti baris pertama. Baris keempat seperti yang kedua. Begitu sampai baris keenam.
Efisiensi.
Perdebatan di antara ahli desain rupanya tidak pernah berhenti: kursi harus diatur bagaimana. Agar dengan pesawat yang sama bisa menampung kursi lebih banyak.
Dengan cara cerdas.
Bukan sekadar menyempitkan jarak tempat duduk seperti di pesawat merah di Indonesia.
Sekitar 20 tahun lalu saya juga mengalami hal baru: jurusan Hong Kong. Cathay Pacific. CX. Posisi kursinya dibuat mencong. Tidak menghadap ke depan. Tapi juga tidak menghadap ke samping atau ke belakang. Kursi itu menghadap ke sudut kira-kira 40 derajat. Kursinya tetap bisa dibuat flat tapi terasa lebih sempit. Saya masih bisa menerima. Ukuran badan saya masih bisa fleksibel.
Beberapa kali saya terbang dengan susunan kursi seperti itu. Tapi kreasi CX tersebut kelihatannya tidak membawa sukses. Dihentikan di situ. Tidak ada penerbangan lain yang meniru. CX sendiri terlihat tidak mengembangkannya ke pesawatnya yang lain.
Naskah ini saya tulis di pesawat jurusan Jakarta ke Abu Dhabi. Jam 04.00 waktu pesawat. Istri saya lagi terlelap di sebelah. Lengket dengan selimut tebalnyi. Saya naikkan penyekat otomatis yang memisahkan tempat tidurnyi dengan kursi saya.
Kalau pun mendadak terbangun dia tidak akan bisa marah melihat saya lagi menulis tentang dirinyi.
Tiba-tiba dia ketok-ketok dinding tipis penyekat itu.
''Kok ditutup?'' katanyi.
Saya pun mengakhiri tulisan ini.
Saya pun menurunkan pemisah tipis itu. Tinggal pijit tombol. Lebih mudah pijit tombol sekali daripada mengetuk tiga kali.
Soal tambahan nama tadi sebenarnya harus saya syukuri. Waktu kecil nama saya memang pakai Mochamad. Moch Dahlan. Dimulai dengan huruf M. Terlalu jauh di belakang. Kalau kata pertama D, jadinya di urutan keempat. Lalu, agar puitis, saya tambahkan nama bapak saya. Jadilah Dahlan Iskan.
Enam bulan lalu saya mendapat tamu: ahli hongsui terkait dengan logo dan nama. Ia mengatakan nama depan saya itu yang membuat saya gagal jadi calon presiden. Posisi huruf ''h'' yang di tengah itu penyebabnya.
Sang tamu menyarankan perbaikan nama. Ada dua cara: Dahlan diubah menjadi Dhalan. Atau: ditambah kata Mochamad di depannya. (DAHLAN ISKAN)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan edisi 29 Februari 2024: Risang Bima
Leong Putu
Dinginnya Bromo amat menggigit/ Sungguh nikmat minum coklat hangat/ Poro dulur dino iki aku arep pamit/ Ojo digolek'i Sri aku arep minggat/ ..... 365_mantun Bromo
Juve Zhang
Stalin ingin mencopet teknologi Bom Atom Amerika.....maka di kirim lah wanita cantik 5iiiii.....menjadi "teman dekat". Einstein...sang jenius Atom.....makanya Ngoceh lah Einstein ke kawan 5 iiiinya.......yg daya ingatnya jenius...... karena tak boleh di tuliskan ocehan Einstein..... namanya wanita hebat ternyata di ingat cerita itu dan dikirim ke Moscow.......yg legenda juga spion Stalin di Tokyo....yg kerja nya nyopet informasi Top dan Rahasia.....ini sangat legendaris kerja nyopet nya...... Stalin sangat hebat tim spionase nya. Menyebar di seluruh dunia..... luar biasa gaya copet Stalin....
Jokosp Sp
Tidak hanya parliamentary threshold 4% saja harusnya yg dibahas. Calon independen juga harus diperbolehkan ikut nyapres. Itu hak pribadi hak setiap warga negara. Bukan hanya milik pemilik partai saja. Memang negara ini punya mbahmu.
Xiaomi A1
Mahkamah Konstitusi (MK) menilai ketentuan parliamentary threshold atau ambang batas parlemen 4 persen suara sah nasional yang diatur UU 7 tahun 2017 tidak sejalan dengan prinsip kedaulatan rakyat. MK memerintahkan agar ambang batas parlemen tersebut diubah sebelum pelaksanaan Pemilu 2029 Hal ini disampaikan MK dalam putusan perkara 116/PUU-XXI/2023, yang diajukan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Sidang diketahui dipimpin oleh Ketua MK Suhartoyo.
Johannes Kitono
Beda nasib Risang Bima dengan Alvin Liem. Risang masih berjaya dan memiliki data para pencopet disana. Alvin Liem melawan APH dengan viral. Tapi membuat dirinya terkapar. Seandainya Risang dan Alvin tukaran KTP dan identitas,ceritanya tentu berbeda. Menegakkan aturan dan sistem yang di F... ck Risang. Masih jadi komoditi mewah di negeri ini. Lihat saja motor yang lawan arah. Mobil swasta di kawal voor rider dan masuk jalur bus way. Kalau saja masyarakat mau disiplin ikut aturan. 50 % kemacetan pasti terurai. Tentu dengan catatan APH juga kasih contoh. Jangan seenaknya membunyikan sirene di tengah kemacetan. Bunyi sirene adalah hak absolut dari Ambulans dan mobil Damkars.
djokoLodang
Seorang mahasiswa Swiss menulis: Saat belajar di Swiss, saya menyewa rumah di dekat kampus. Pemilik rumah itu bernama Kristina, dia merupakan wanita single berusia 67 tahun yang bekerja sebagai guru di sekolah menengah sebelum pensiun. Uang pensiun Swiss sudah lebih dari cukup sehingga sebenarnya ia tidak perlu khawatir tentang makanan dan tempat tinggal di masa pensiunnya. Namun, ternyata dia masih bekerja untuk merawat seorang pria sebatang kara berusia 87 tahun. Saya penasaran dan bertanya apakah dia masih bekerja untuk menambah penghasilan. “Saya tidak bekerja untuk uang, tetapi saya menabung waktu saya di ‘bank waktu’, dan ketika saya sudah tidak mampu bergerak di hari tua saya, saya dapat mengambilnya.” "Bank Waktu" merupakan program pensiun hari tua yang dikembangkan oleh Kementerian Keamanan Sosial Federal Swiss. Orang-orang menyimpan 'waktu' untuk merawat orang tua saat mereka masih muda, dan ketika mereka tua, jatuh sakit atau membutuhkan perawatan, mereka dapat menarik ‘simpanan’ nya.Jam layanan mereka akan disimpan ke dalam ‘rekening waktu’ pribadi dari sistem jaminan sosial. Dua kali seminggu, selama2 jam membantu orang tua, berbelanja, membersihkan kamar, dsb. "Bank Waktu" akan menghitung periode agregat waktu bekerjanya dan akan menerbitkan "kartu bank waktu". Nanti, saat dia membutuhkan seseorang untuk merawatnya, "Bank Waktu" akan menugaskan sukarelawan lain untuk merawatnya di rumah sakit atau di rumahnya. Sungguh konsep yang indah! --0--
djokoLodang
--o-- ...Rupanya ia penganut prinsip ini: ''kalau berani jangan takut-takut''. Langka di zaman Medsos ini.(Dahlan Iskan) Kenapa kita tidak berhasil? Karena kita ragu, kita bimbang, kita takut. Ya, rasa takut adalah induk dari segala macam rasa yang dapat menggagalkan manusia dalam hidup ini. Rasa yang satu ini, rasa takut, bukanlah sekedar emosi biasa. Ia adalah sifat yang kita warisi dari nenek moyang kita. Sisa-sisa, residue, dari insting hewani kita dalam mempertahankan hidup. Seorang penakut dapat dimanipulasi dan dikuasai oleh siapa saja dan diperbudak olehnya. Ada kah cara mengatasinya? Tentu ada. --jL--
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
CARA YANG TIDAK BIASA.. "Risang memang masih berpegang pada prinsip lamanya: cara biasa tidak akan bisa menyelesaikan persoalan", tulis Abah DIS di CHDI hari ini. Kalau cara Alvin Lie, resep utamanya adalah: VIRALKAN.. Sedangkan Risang intinya SAMA dengan Alvin Lie, yaitu "cara yang TIDAK BIASA". Tetapi BEDA METODE. ### Sama-sama memerlukan NYALI dan KEBERANIAN. Pengacara NORMAL tidak akan sanggup melakukan. Apalagi pengacara SEKOLAHAN.
Lagarenze 1301
Kalau si caleg lolos, pasti diam-diam bae.... Kasus yang terjadi di Bandar Lampung ini bukan lagi pembegalan suara. Tapi, jual beli suara. Penjualnya: anggota KPU. Pembelinya: caleg. Seperti yang ramai diberitakan di media, caleg PDIP untuk Dapil 4 Kota Bandar Lampung, Erwin Nasution, semulanya sepakat dengan anggota KPU Fery Triatmojo. Erwin menyerahkan Rp 530 juta, Ferry menjanjikan 3.700 suara. Erwin juga menebar duit ke Ketua PPK Kedaton Rp 130 juta, Panwascam Kedaton Rp 50 juta, dan Panwascam Way Halim Rp 50 juta. Pencoblosan pun tiba. Setelah dihitung-hitung, Erwin hanya memperoleh 1.871 suara. Dipastikan tidak lolos. Gagal. Meradang. Lalu, membuat laporan ke Bawaslu provinsi. Ribut. Eh, di tengah keributan itu, si caleg gagal malah mencabut laporannya ke Bawaslu, Rabu kemarin. Mungkin sudah sadar risikonya: penyuap juga kena pidana. Ormas setempat, Laskar Bandar Lampung, gregetan. Mereka memasukkan laporan baru. Juga ke Bawaslu. Kasus ini pasti tidak akan terungkap kalau saja jual beli suara itu berakhir mulus. Pasti si caleg diam-diam bae. Dan, anggota KPU beserta perangkat pemilihan lainnya aman-aman saja menikmati duit haramnya.*
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
DEMOKRASI - DALAM REALITAS Demokrasi itu dalam realitas, basisnya adalah "suara terbanyak". Tentang "cara" mendapatkan suara terbanyak sebenarnya sudah ada aturannya dalam KUHP secara umum. Merampok, ada pasalnya. Mencopet, ada pasalnya. Menyuap, ada pasalnya. Tetapi gabungan merampok, mencuri dan menyuap - secara teori, pasti juga sudah "diatur". Nah, kata "diatur" itu, tafsir dan persepsinya, di dalam realitas bisa beda lagi. Bentuk akhirnya, bisa jadi adalah "politik uang". Nah.. Kalau semua dicapai dengan politik uang, apakah itu masih bisa disebut: DEMOKRASI..? Seharusnya itu adalah bahan renungan untuk para.. 1). Negarawan (yang beneran). 2). Politisi (yang beneran). ### Yang rumit adalah kalau negarawan dan politisi, sebagian besar terpilihnya juga melalui politik uang..
Handoko Luwanto
Jurnal Prusuh Disway Edisi: Kepentingan Umum (Rab,28-02-2024) #.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain:meReplyOrangLain] #1.ACEP YULIUS HAMDANI (1;149) [5:0] #2.Afa (2;52)★ [1:1] #3.Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺 (15;538)★★★⭐️ [7:3] #4.Ahmad Zuhri (1;83) [2:0] #5.Ahmed Nurjubaedi (1;116)✏️★ #6.Arip Purwanto (1;7)✏️ #7.Azza Lutfi (1;11) [0:1] #8.Bahtiar HS (1;15)★ #9.bitrik sulaiman (1;1) #10.Citra Cilia (1;18) [1:0] #11.Dasar Goblik (4;122)★★ [0:3] #12.DeniK (4;59) [0:2] #13.djokoLodang (6;451)★ [11:0] #14.Drupadi Drupadi (1;17) [0:1] #15.Duwi eko Setiyo gomo (48;230) [3:26] #16.Eko Darwiyanto (1;5) #17.Fiona Handoko (8;200)★★ [8:6] #18.Fitria A (4;80) [2:0] #19.Gianto Kwee (1;9) [0:1] #20.Gregorius Indiarto (7;238)★ [5:2] #21.Handoko 2018 (1;141) #22.Handoko Luwanto (8;607)★★★⭐️ [1:4] #23.HONDA CBR150R (1;11) [1:0] #24.ibnuhidayat setyaningrum (1;49) [3:0] #25.Indra Hungih (1;30)✏️ #26.iwan (1;42) [1:0] #27.Jo Neca (7;192)★★ [7:3] #28.Jokosp Sp (4;325) [2:1] #29.Juve Zhang (16;1035)⚽️ [13:2] #30.Kang Sabarikhlas (1;8) #31.Koko Koswara (1;53)★ #32.kritikItuSehat (3;160) [1:0] #33.Lagarenze 1301 (6;246)★★★⭐️ [5:3] #34.Lègég Sunda (3;22) [3:0] #35.Leong Putu (4;42)★ [2:1] #36.Liam Then (17;1328)★★★⭐️ [6:9] #37.M.Zainal Arifin (35;373)★★⚾️⏰ [0:29] #38.Madison Madison (141;1846)✒️ [2:10] #39.Muh Nursalim (1;106) [1:0] #40.MULIYANTO KRISTA (5;44) [1:4] #41.Otong Sutisna (4;16) [1:2] #42.Pedro Patran (2;19) #43.Ponsel Pro (1;129) [1:0] #44.rid kc (1;20) [1:0] #45.Rizal Falih (3;63) [2:0] #46.Rosyid Rosyid (1;22)✏️ [1:0] #47.siti asiyah (1;155)★ [2:0] #48.Suardi Mengikat Hikmah (1;59) #49.Sumartan (1;3) #50.sutrisno muhammadiyah (2;8)✏️ #51.thamrindahlan (1;111) [2:0] #52.Udin Salemo (5;305)★ [3:2] #53.Wilwa (8;425)★ [6:5] #54.Xiaomi A1 (4;104) [6:0] #55.yea aina (4;239)★ [2:0] #56.Yellow Bean (2;183) Total: 407 Komentar dengan 31★ dari 19 Orang ✏️: Rookie per 30Sep2023 (5 Orang) ✒️: Komentar Terbanyak ★: Komentar Pilihan ⭐️: Komentar Pilihan Terbanyak ⚽️: Terbanyak Direply ⚾️: Terbanyak Mereply ⏰: Pertamax
Jokosp Sp
Ibu-ibu jambak-jambaan rambut saja bisa diviralkan di medsos istagram Khabar Banua (media sosial daerah). Ramainya bukan main akbibatnya. Padahal kejadian sebenarnya ya biasa saja, perkelahian antar ibu-ibu. Jam 12.00 itu seorang ibu sedang jemput anak nomer satunya sambil gendong bayi seumuran 6 bulan, tiba-tiba datang dua wanita yang sebaya dan seorang lelaki. Tanpa pakai ba-bi-bu langsung main jambak saja ke ibu yang menggendong bayi kecil itu. Padahal saat itu lagi ramai-ramainya, karena jam jemputan anak pulang sekolah. Tentunya banyak sekali ibu-ibu lain yang lagi menunggu anaknya di depan pintu gerbang sekolah SD. Jeritan ibu yang menggendong bayi ditambah jeritan ibu-ibu lain membuat gaduh luar biasa. Ibu-ibu tentunya tidak tega merasa ada bayi yang sedang digendong, sementara ibunya dikeroyok oleh tiga orang sampai tidak berdaya. Hanya bisa menjerit dan teriak. Satu orang ibu dengan tangkasnya mengaktifkan HP dan memvidiokan kejadian itu. Saat itu juga upload ke medsos istagram. Luar biasa kejadian itu jadi rame pembicaraan di warung, di pasar, di sekolahan, di kantor, di pertokoan. Dan di besok paginya rame luar biasa di depan gerbang SD kedatangan ibu-ibu yang mengkonsfirmasi kejadian itu. Dan sang mantan suaminyapun harus mengkonsfirmasi balik kejadian itu di istagram "istri lama yang dicerai tiga bulan yang lalu dengan meninggalkan satu anak dan satu bayi". Sementara sang ibu "saya menuntut tanggung jawab material untuk kedua anaknya". Warbisyah dr dampak medsos.
Yellow Bean
Perampok yang kecopetan atau mencopet dari perampok. Abah menggunakan perumpamaan yang menandakan maqom seorang guru besar jurnalis. Sangat berani. Dulu aku menganggapnya hasil lobiying. Tak ada kecurigaan atau marah. Karena aku menganggap mereka lebih tau mana yang harus diutamakan untuk kepentingan bersama. Tapi aku percaya juga ketika seseorang mengalah dari sebuah perselisihan yang sengit. Pasti Tuhan akan memberikan ganti yang lebih baik. Gusti mboten sare yang artinya Gusti menyaksikan kebenarannya.
Jo Neca
Dan akhirnya semua Dagelan berakhir.Pesta telah usai.Ada yang sangat puas.Ada yang biasa saja.Ada yang pulang sambil terseok mabuk.Pesta telah usai.Ada yang ikhlas ada yang tidak.Pesta telah usai.Pelayan pencuci piring ada yang dapat Bonus.Tapi tuan pesta ada yang curang.Bahkan tanpa malu menodong Bonus pada Tamu.Tetamu yang mabuk sesaat sadar.Harta ludes.Utang menumpuk.Lima tahun mengumpul.Sirna dalam sepekan.Bahkan ada yang beradapan dengan kasus Hukum.Dunia memang Panggung Dagelan.
Gianto Kwee
@Afa, sebuah imaginasi (?) dari Chin Yung sang pengarang, Mungkin seorang Penyanyi yang juga seorang Pianist, Misal Elton John ! bisa melakukan dengan lebih Kompleks Bernyanyi, Tangan dan Kaki juga ikut dengan tugas masing - masing! Apakah ini yang disebut "Multi Tasking ?" salam
Liam Then
"sia tiauw eng hiong" memang sangat istimewa. Pak DjokoLodang ingatan sangat akurat, hafal tokoh-tokoh didalamnya. Saya ingatnya cuma Sesat Timur dan Bocah Tua nakal...yang terakhir mirip-mirip Pak DI, sudah tuwek masih degil ( gampang terpesona dengan hal baru)
djokoLodang
... Dalam novel "Sia Tiauw Eng Hiong" ada tokoh Tjoe Tjong. "Si Mahasiswa Tangan Lihai" Tokoh nomor 2 dari "Kang Lam Tjit Koay". Tujuh Manusia Aneh dari Kang Lam. Mereka yang mengajari Kwee Tjeng ilmu silat. Siapa guru pertama Kwe Tjeng? Jebe, pemanah nomor satu Mongolia. --jL--
djokoLodang
--o-- COPET vs RAMPOK Copet: barang yang dicuri biasanya kecil. Uang, dompet, dsb. Dilakukan di tempat umum. Saat berdesakan. Saat dicopet pun yang bersangkutan tidak sadar kalau sedang kecopetan. Rampok: barang yang diambil besar dan banyak. Dilakukan di rumah, di tempat kerja, atau di tempat lain. Korban sepenuhnya sadar saat sedang dirampok. ... Bahkan ada pencopet yang kemudian dirampok. (tulis p DI). Itu artinya, waktu dirampok itu sang pencopet sudah puluhan kali mencopet. --jL--
Kang Sabarikhlas
" standup@tps " Saya yang asli goblik bergaya sok pintar ber-tanya² ke tim² sukses tentang caleg² dpd Jatim. Akhirnya nanti saya pilih Pak Agus mantan ketua kpk asal Magetan...wah ini jelas 'bolone' Abah pujaanku... Tapi saya dapat wa dari si bungsu putri saya yang kerja di Jakarta dan sibuk urus beasiswa S2,...sarannya agar saya coblos caleg dpd jatim no.10 karna satu almamater dan juga namanya dah 'kondang'.... ........... Saat dibilik tps, saat buka surat suara warna merah... lha koq saya rasa bak buka IG dan toktik, mata terkondisi lihat nyang bening²..duh. Jadi ingat guyonan Ustadz Das'ad "barang bagus sayang gak dilihat" dan ndilala...ada 2 bening, berjilbab putih dan berjilbab hijau, saya tegas dan setia,....ndak boleh mendua!.. apalagi kayak ada suara Abah bisik² "kalau berani jangan takut-takut" Saya berpikir dalam tempo yang se-singkat²nya, sayapun coblos no.12 karna jelas lebih matang dan anu... karena suka eh..sungkan budenya. Maafkan daku Pak Agus..... duh.
Liam Then
Lancang urun saran, supaya Disway sukses jadi 'agama' baru dalam dunia pemberitaan online, awaknya harus punya semangat dan kualitas sbb. 1. Kejar level tinggi kualitas kerja, acuan jangan kepalang tanggung, tuh ada level Pulitzer kalo tak salah. Acuan ,benchmark yang tinggi akan otomatis dorong perbaikan ke kualitas standar. Karena sifat pemberitaan online , massal, cepat dan masif. Disway butuh "nongol" dan nampak istimewa, stand out of the crowd ,istilah keminggrisnya. Karena ada semangat ke kualitas terbaik, akan ada upaya untuk cari tahu, bagaimana sebenarnya hal yang terbaik, dari proses itu, otomatis akan menghasilkan manfaat, imbas langsung ke peningkatan kualitas standar hasil kerja. 2. Trengginas dalam persaingan, awas terhadap kelebihan rival dan kekurangan sendiri, tak berhenti berinovasi, dan selalu usaha bahkan lampaui prestasi yang sudah ada, spirit kolektif kru harus meruncing ke semangat untuk jadi lebih baik dari yang lebih baik. 3. Mungkin bisa pertimbangkan lebih dalam, kredo "from the people for the people" , ini sebenarnya cocok dengan semangat ideal motto pers yang bagus itu. Sebuah media ideal menurut fungsinya, harus bisa 'embodied' pikiran masyarakat, kalo sudah bisa menyatu, satu alur dengan pikiran masyarakat, otomatis akan tahu, masyarakat butuh apa. Sekarang bahkan pers online yang gede-gede itu,banyak yang sok tahu, masyakarat butuhnya apa, akibatnya netizen susah betah, kepengen kemana-mana. Group pers muda, butuh netizen betah.
Gregorius Indiarto
Jadi sebenarnya mancing apa? Dimana? Dapat ikan tuna, kakap dan barakuda tapi kok 'gak pakai joran!! Inilah cara "buaya" mancing.hhhh.
Fiona Handoko
selamat siang bp thamrin, bp agus, bp 1301, bp prof pry, bp gianto, bp djoko dan teman2 rusuhwan. seorang pria menelepon istrinya di rumah. "sayang. saya diminta menemani bpk direktur dan bpk komisaris pergi mancing di karimunjawa. kami akan mancing selama 3 hari. ini adalah kesempatan baik bagi saya untuk dipromosikan menjadi GM. jadi bisakah kamu tolong menyiapkan pakaian yg cukup untuk 3 hari. siapkan juga joran dan kotak perlengkapan pancing ku. kami akan berangkat dari kantor dan saya akan mampir ke rumah untuk ambil barang2 ku. tolong sertakan juga piyama sutra biru ku." walaupun sang istri sedikit curiga. namun sebagai istri yg baik. dia lakukan apa yang diminta suaminya. selewat 3 hari. sang suami pulang dengan wajah lelah. tapi tampaknya everything is fine. sang istri menyambut dengan pelukan. dan bertanya. bagaimana hasil mancingnya. "ya dapat beberapa ekor kakap merah, tuna dan barakuda. tapi mengapa kamu tidak mengemas piyama sutra biru ku?" istrinya menjawab serius, "aku sudah mengemasnya. saya masukkan di tas joran mu..." hwadduhh... piye iki...
Fiona Handoko
selamat sore bpk liang, bp lt, bp mza, bp gianto, bp sn, bp duwi. terima kasih untuk komentar dan pengetahuan yg bp liang bagikan di chdi. tulisan bpk liang ttg lagu "stoney" dan eksperimen john calhoun. akan saya ingat selalu. maafkan pula bila ada tulisan kami rusuhwan rusuhwaty yg membuat bpk liang tdk nyaman. lain waktu, bila bpk liang berkenan. mampirlah sebentar menengok kami di lapak ini.
Gianto Kwee
How many road must a man walk down Before you call him a man Silahkan koh Liamg, anda bebas kapanpun mau pergi dan kapanpun mau datang kembali ! Tuhan memberkati selalu
Liáng - βιολί ζήτα
Sudah cukup lama (+/- 2 tahunan) saya berpartisipasi di ruang komentar CHDI. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan, bahwa ruang komentar CHDI ini "bukanlah" tempat yang cocok buat saya, bahkan untuk berbagi pengetahuan dan wawasan pun rasa-rasanya akan sia-sia belaka. Sebenarnya, sejak Agustus 2023 saya sudah "berniat" untuk pamit. Maafkan saya, sudah pasti ada tulisan saya yang menyinggung Anda dan membuat Anda tidak nyaman. Izin pamit, sekali lagi, Mohon Maaf. Terimakasih untuk Pak Dahlan Iskan. Sehat selalu semuanya.
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Seorang pria memasuki kantor pengacara dan bertanya kepada sang pengacara: “Maaf, berapa tarif yang Anda kenakan untuk konsultasi?” Pengacara menjawab: “Saya mengenakan tarif Rp 10 juta untuk menjawab tiga pertanyaan.” Pria itu kaget, “Itu agak mahal, bukan?” “Ya, begitulah tarif saya selama ini,” kata pengacara itu, lalu melanjutkan, “Sekarang, apa pertanyaan ketiga?”
Handoko Luwanto
Trima kasih juga kepada sesama Prusuh Disway. Disadari atau tidak, stiap kita ini saling membangun, menghibur & menguatkan di sini. Skali lagi secara sadar atau tidak sadar. Smoga sobat-2 yg undur diri, bisa segera bergabung lagi di lain waktu. "Kalo ga ada loe - loe, ya ga rame lah lapak ini...." :-D _/\_
Lagarenze 1301
IMHO. CHD seperti rumah yang lain bagi saya. Seperti keluarga yang lain. Seperti pekerjaan yang lain. Seperti terapi yang lain. Karena itu, tidak terbetik di benak saya untuk berhenti atau rehat berkomentar. Apresiasi untuk Ko Liang. Tentu setiap orang punya pemikiran sendiri, pertimbangan sendiri, keputusan sendiri. Sedangkan saya memilih untuk istikamah. Di kolom komentar CHD inilah saya bisa melampiaskan apa yang ada di kepala. Kadang terarah sesuai topik, tetapi sering keluar jalur. Pokoknya, dari pada rangkaian kata dan kalimat itu hanya berkecamuk di kepala, lebih baik saya menuliskannya di kolom komentar. Siapa tahu juga bisa bermanfaat. Setiap hari, sama seperti perusuh lain, saya juga sibuk dengan pekerjaan rutin. Tapi, saya sering mengambil waktu untuk menulis komentar. Bahkan, terkadang jika sedang mbulet atau stres dengan pekerjaan, saya "melarikan diri" ke kolom komentar. Saya seperti mengecas diri dengan membaca CHD, lalu terinspirasi dan terhibur oleh beragam komentar dari beragam kepala. Saya pun banyak belajar hal baru, istilah baru, bahkan kosa kata baru (maksudnya, saya yang baru tahu). Saya juga menemukan semacam terapi. Lantaran suka membaca cerita humor, baik yang dari dalam negeri maupun luar negeri, saya merasa bermanfaat dengan membagikan cerita tersebut. Karena saya tersenyum ketika membacanya, setidaknya sedikit di dalam hati, maka saya berharap orang lain juga begitu. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemilik lapak ini.*
Muh Nursalim
Demokrasi telah hilang dari ruhnya. Tinggal prosedural saja. Maka berharap yang muluk-muluk dan ideal bisa makan ati. Ya udah, yang ada dinikmati.
djokoLodang
--o-- "... Risang juga membenarkan: copet-mencopet seperti itu hanya terjadi untuk suara pileg DPR, DPRD provinsi dan DPD. Tidak terjadi di penghitungan suara Pilpres. Tidak pula di penghitungan suara caleg DPRD kabupaten. Untuk Pilpres dan DPRD kabupaten semuanya berjalan lurus. Orang Madura punya alasan filosofis: dua jenis Pemilu itulah yang murni memerlukan aspirasi rakyat langsung. ..." -- tulis Abah. Tidak semuanya dapat dibicarakan, tidak semuanya dapat ditulis, dan tidak semuanya dapat dipikirkan. Adalah hal-hal yang tidak dapat dibicarakan, tidak dapat ditulis, dan tidak tidak terpikirkan itu yang membuat hidup lebih bermakna. (pesan Sang Guru) --jL--
Rizal Falih
Kecopetan atau kerampokan, adalah musibah. Kata ustadz dikampung saya, jika kita terkena musibah, maka yang harus dilakukan adalah intropeksi diri. Apakah ada tingkah laku maupun perbuatan kita yang mungkin pernah merugikan orang lain. Ataupun menyakiti hati orang lain. Disengaja maupun tidak. Sadar atau pun tidak. Jika kita mampu mengingat, perbuatan buruk kita kepada seseorang, yang mungkin menjadi jalan perantara, sehingga terkena musibah tersebut. Langkah yang baik adalah segera meminta ampun kepada Tuhan atas kehilafan tersebut. Dilanjutkan dengan segera meminta maaf kepada orang yang mungkin kita sakiti. Saya ingat nasehat orang tua, jika kehilangan sesuatu. Berarti kurang berbagi kepada yang lain. Sehingga Tuhan mengingatkan. Tetapi dalam kasus kecopetan atau kerampokan suara dalam Pemilu. Apakah anggapan itu berlaku juga. Hanya yang merasa kecopetan suara lah yang tahu. Bukan tempe.
djokoLodang
--o-- TERTANGKAP BASAH ...''Kita harus datang saat proses rekap belum selesai. Ketika pengawas pemilu masih pegang plano yang ada tanda tangan basah,'' katanya. Risah menangkap basah. Lalu angka lama pun dikembalikan. ..." --- tulis p DI. ... ada tanda tangan basah ... ... Risang menangkap basah. ... Sama-sama menggunakan kata "basah", tetapi berlainan makna. -tanda tangan basah: tanda tangan asli yang ditorehkan dengan pena. -menangkap basah, menangkap berikut buktinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tertangkap tangan-tertangkap basah dalam percakapan sehari-hari-diartikan sebagai kedapatan waktu melakukan kejahatan atau perbuatan yang tak boleh dilakukan. Dalam press-release KPK, lebih sering digunakan frasa tertangkap-tangan daripada tertangkap-basah. Menurut hemat saya, "tertangkap basah" memiliki arti tertangkap, ketahuan, kepergok atau terbukti melakukan sesuatu, yang tidak bisa disangkal lagi oleh pelakunya karena ada bukti yang kuat dan tidak terbantahkan. Arti "basah" disini adalah bukti tersebut. Sedangkan “tertangkap tangan” itu artinya, tertangkap sewaktu seseorang sedang melakukan pelanggaran. --jL--
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: harian disway
Komentar: 219
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google