Waduh! Penelitian Ungkap Lebih dari Satu Miliar Orang di Seluruh Dunia Mengalami Obesitas

Waduh! Penelitian Ungkap Lebih dari Satu Miliar Orang di Seluruh Dunia Mengalami Obesitas

Waduh! Penelitian Ungkap Lebih dari Satu Miliar Orang di Seluruh Dunia Mengalami Obesitas---Pixabay

JAKARTA, DISWAY.ID - Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia kini dianggap mengalami obesitas.

Obesitas merupakan suatu kondisi yang terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan serius.

Hal tersebut terungkap berdasarkan perkiraan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok peneliti internasional.

Obesitas sangat umum terjadi sehingga menjadi lebih umum dibandingkan kekurangan berat badan di sebagian besar negara.

BACA JUGA:Takut Gendut? Ini 5 Cara Paling Efektif untuk Mencegah Obesitas Parah

Salah satunya termasuk banyak negara berpendapatan rendah dan menengah yang sebelumnya berjuang melawan kekurangan gizi.

"Sejumlah besar orang hidup dengan obesitas,” kata Majid Ezzati, penulis senior makalah yang diterbitkan.

Dilansir dari situs Reuters, temuan ini, yang dianggap sebagai salah satu perkiraan independen yang paling otoritatif, didasarkan pada data lebih dari 220 juta orang di lebih dari 190 negara.

Meskipun tingkat obesitas tidak berubah di banyak negara kaya, angka tersebut meningkat pesat di negara lain, Ezzati menambahkan.

BACA JUGA:Obesitas Bisa Terjadi di Masa Kanak-kanak, Ini 7 Faktor Umum yang Harus Diwaspadai

Meskipun kekurangan berat badan sudah semakin jarang terjadi secara global, di banyak negara hal ini masih menjadi masalah yang signifikan.


Cara Paling Efektif untuk Mencegah Obesitas Parah-drobotdean-Freepik

Sehingga semakin banyak negara yang menghadapi apa yang dikenal sebagai “beban ganda” malnutrisi.

“Dulu, kita menganggap obesitas sebagai masalah orang kaya. Obesitas adalah masalah dunia,” kata Francesco Branca, kepala nutrisi WHO, dalam konferensi pers.

Tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2022, dan lebih dari empat kali lipat terjadi pada anak-anak dan remaja berusia 5-19 tahun, kata surat kabar itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: