Lia Ahok
Lia Sundah bersama putranya, Erick saat mengikuti Camino. Foto ini diambil saat perjalanan mereka menyisakan 5 km agar besoknya bisa langsung tiba terus misa.--
Ia pasti istimewa. Bagaimana bisa: rambut panjang, perokok, sampai diminta menjadi guru di SMA Santa Ursula.
Itulah James F. Sundah. Rambut panjang bisa diakali dengan dikuncir. Atau diberi topi. Toh guru musik. Mengajar pakai topi pun pantas.
Rokok bisa diatur asal tidak di kelas. Dan tidak di lingkungan sekolah.
Maka Santa Ursula Jakarta tidak selalu kalah lagi dalam prestasi musik murid-muridnya. Sekolah yang ditinggalkan Jameslah yang sewot --apalagi dua sekolah itu selalu bersaing dalam segala kualitas.
Sekian tahun kemudian, guru musik yang menggantikan James memberi info: ada murid Santa Ursula yang punya bakat piano luar biasa.
James pun bertanya genre apa yang menonjol dari siswi itu: musik klasik.
Itulah Lia, putri pengusaha Yakob Suntoso, yang kemudian menjadi istri James Sundah.
Masalahnya: James pencipta lagu pop. Ia penasaran apakah Lia punya minat di genre lain. Ia ingin tahu seberapa bagus Lia. Apakah bisa juga selain di klasik.
Sang guru pun mengetes: Lia diminta memainkan piano apa saja selain klasik.
"Pilihannyi ternyata jazz. Pun sangat bagus," ujar James mengenang awal perkenalan dengan Lia.
"Dari klasik ke jazz itu tidak mudah. Semua orang tahu mengapa sulit," ujar James. Rambutnya masih panjang. Juga masih merokok. Pun setelah hampir 30 tahun tinggal di Amerika.
Saya tidak tahu mengapa sulit. Anda sudah tahu: saya awam di bidang musik. Nama-nama sekolah musik yang hebat pun saya tidak tahu.
Sampai-sampai ketika James mengucapkan Berklee, di telinga saya terdengar Berkeley. Maka saya pun salah menulis: setelah Santa Ursula Lia kuliah musik di Berkeley. Padahal yang benar adalah Berklee. Berkeley di California, dekat San Fransisco. Berklee di Boston. Jauh sekali.
Mungkin karena saya belum pernah ke Berklee --beberapa kali mampir Berkeley ketika ke Sacramento. "Saya takut diprotes alumni Berkeley," ujar Lia.
Saya tidak melihat ada piano di rumah Lia di Queens, New York. Lia juga tidak pernah menyinggung piano. Dia sudah benar-benar jadi orang hukum. Kantor hukum milik Lia bagus. Di jalan utama Queens.
Lia sering mengekspresikan keinginannyi untuk bisa pulang ke Indonesia. Agar bisa menyumbangkan tenaganyi untuk masyarakat dan negara.
Ketika menjadi ketua tim pemenangan Ganjar di Amerika pun tujuan Lia untuk Indonesia yang lebih baik.
Saya tidak setuju itu. Saya justru menyarankan Lia untuk tetap di Amerika. Di Indonesia sudah terlalu banyak politisi. Jangan risi dengan anggapan berkarier di luar negeri itu kurang nasionalistik.
"Itu pikiran lama dari orang yang pandangan nasionalismenya sempit. Jangan ikut nasionalisme sempit. Harus berubah ke nasionalisme modern". Itu Anda sudah tahu: kata-kata yang sering diucapkan anaknya Pak Iskan.
Indonesia sulit maju karena dua pandangan yang bertabrakan. Keagamaan yang sempit dan nasionalisme yang sempit. Pak Iskan mungkin marah mendengar pendapat anaknya seperti itu. Tapi zaman sudah berubah.
Nasionalisme sempit juga masih mengagungkan doktrin berdikari. Termasuk memuja swadesinya India. Padahal India sendiri sudah lama meninggalkan swadesi --karena swadesi nyaris membuat India bangkrut.
Setelah mendengar 'seminar' saya itu Lia bisa punya dua pilihan: mengembangkan kantor hukumnya di New York atau menjadi hakim. Lia punya peluang jadi hakim di sana. Tapi harus menjadi warga negara Amerika.
Saya pilih yang pertama. Entah Lia. Saya lihat Lia punya energi berlebih. Sayang kalau orang seperti Lia frustrasi oleh kejadian-kejadian politik di dalam negeri.
Menjadi caleg di zaman SBY, dan menjadi tim sukses di zaman Ganjar, apa yang dihasilkannyi: Camino!
Baik juga Camino: Lia jadi berpikir harus menentukan masa depan. Terutama ketika anak tunggalnyi, Erick, akan pergi jauh ke Austin, Texas, minggu depan.
Erick akan buka usaha properti di sana. Betapa sedihnya seorang ibu. Selama 26 tahun Lia hampir tidak pernah berpisah dengan anaknyi. Seminggu lagi harus berjauhan.
Saya lihat Lia mengusap mata. James diam di meja makan.
"Lia, Anda harus bahagia punya anak seperti Erick. Banyak orang tua yang susah karena kelakuan anak mereka. Erick begitu baik. Relakan ia pergi." Toh suatu saat ia juga harus menikah.
Saya tahu karakter Erick. Anak baik. Tiga hari ia menemani saya di New York. Termasuk dua hari ke pengadilan Manhattan tempat Donald Trump disidangkan perkara uang tutup mulut.
Ketika Erick mengemudikan mobil Lia begitu sering minta Erick harus belok di mana. Erick pun menurut. Padahal, setelah belok, Erick mengatakan 'lewat yang sana lebih cepat Ma'.
Hubungan Lia dan anaknyi mirip dengan hubungan Lia dengan bapaknyi. Hari itu saja Lia video call dengan bapaknyi di Jakarta dua kali. Sejak pagi, kalau bicara pun, Lia sering menyebut nama bapaknyi. "Toh Anda bisa tetap dekat dengan papa Anda".
Sekolah musik Berklee menghasilkan orang seperti DJ Khaled. Juga Meghan Trainor si penyanyi "All About That Bass". Atau yang Anda juga sudah akrab: Psy, Korea. Kalau di musik Mandarin ada Roy Wang. Mungkin Anda mengenalnya sebagai Wang Yuan.
Lia tidak akan bersaing dengan James di musik. Kekayaan energi dan otaknyi akan dia pakai yang lebih ke depan. Kalau toh kelak balik ke Indonesia Lia sudah harus menjadi Ahok yang berbeda.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan 16 Mei 2024 Berjudul: Lia Simple
WhatsApp Channel Harian Disway--
djokoLodang
--0-- REAL MADRID ... Kalau jadi ke Santiago saya tidak akan lewat Madrid. Pemain tengah Real Madrid terlalu kasar pada Mo Salah di final Piala Champions. Liverpool gagal jadi juara. ... * Tante Korina menemani suaminya nonton bola. Tumben. Biasanya mereka berebut saluran TV. Korina: "Siapa yang bermain?" Suami: "Liverpool vs Real Madrid". "Ya, tahu lah aku. Olimpiade, kan. Di Madrid." "Bukan. Piala Champions" "Persib ikut? Mana Persib?" "Persib nonton saja. Seperti kamu dan saya." "Kenapa Persib ga main?" 'Indonesia gak boleh ikut." "Mengapa? Karena katanya pemilu curang kemarin? "Bukan begitu. Karena memang tidak mau ikut" "Siapa pemain yang hebat?" "Itu. Moh Salah. "O, Saleh. Kita juga punya pemain hebat. Ginting. Jojo. Kenapa ga ikut main? "Sayang, kita nonton saja. Jangan tanya-tanya terus..." Suami bangkit dari kursi. Menuju pintu depan. "Mau ke mana ... ?" "Mau nonton bareng di kafe saja." "Kenapa ga terus nonton di sini saja? "Pengin nonton bersama teman-teman." "Jadi, aku tidak berarti apa-apa bagi mu!!" "Waduuuh, bukan begitu. Baik lah, nonton di sini saja. Bersamamu, my love." "Kenapa kiper pakai baju hitam?" "Sedang berkabung. Keluarganya ada yang meninggal." (mulai kesal. asal menjawab saja) "Goool." "Hebaat. Bagus" "O iya, aku ingat. Maradona. Mana Maradona? "Maradona sudah almarhum, sayang." "Ohh, si tangan Tuhan sudah meninggal. Bagaimana bisa? Bagiamana dia mennggal? Suami: "Lagi nonton bola di rumah. ... .... sama istrinya..." --jL
Leong Putu
Uripku simple. Uripku gak neko-neko. Uripku enteng koyok dompetku.
Leong Putu
Simpel, duwe duwit, yo disaur. Ra onok duwit, yo disemayani. Simpel tho?
Johannes Kitono
Bisa ada bro J N. Kalau Yusup Kalla di rubah jadi Joseph Kalah. Pasti turun pamer. Tapi Djoko Tingkir jadi Jack Ting Ting pasti ok juga he3
Jo Neca
Yang benar itu James menjadi.Thiago..San itu merujuk Santo..Orang suci agama Khatolik.Pak Johannes Kitono kalau lahir di Inggris menjadi Jhon.Di negara berbahasa Latin menjadi pakJuan..
Gregorius Indiarto
Camino, mengelola stres. Menjadi sehat jasmani dan rohani. Di Spanyol? Mahal. Nunggu, nunggu ada yang "buat Camino" di Jawa. Dengan nama Kang "Kamino." #ngayal
Udin Salemo
Ada kota di Jabar katanya mau bangun toll dalam kota. Tujuannya buat ngilangin macet. Woooiii... pemkot, bangun toll dalam kota itu solusi jaman jebot. Ketika cowboy amerika masih suka main tembak-tembakan. Kalau mau ngilangin macet bikin public transport. Bikin MRT, LRT dan BRT. Bukan jalan toll. Jalan toll itu efektif menghubungkan antar kota. Atau untuk jarak jauh. Kalau mau memaksakan juga bikin toll di kota, bikin di lingkar luar. Jangan bikin proyek tapi tak menyeselaikan masalah. Jangan salah beri obat, yang sakit kepala yang diberi obat kaki. Ya, seperti salah lokasi bangun bandara itu. Yang perlu bandara penduduk Bandung Raya, tapi dibangun entah dimana. Akhirnya sepi sampai sekarang. Jauh kemana-mana, siapa yang mauuu.... hahaha....
Bilqis F Nabilah
Sejak membaca tulisan Camino di DISWAY, sy tak berhenti mencari tahu. Sampai semalam dak bisa tidur. Ingin ikut merasakan Camino juga. Kalau bergabung dengan Pak DI, rasanya mustahil. Kalau solo travelling, nah ini masih mengumpulkan nyali. Apakah aman selama Camino berjalan sendiri? Sy rasa jika jalan 20 km per hari akan kuat, karena sekarang sy sedang latihan untuk menyelesaikan half marathon nanti di Singapore. Bulan April kemarin mau mendaki ke Annapurna, apalah daya tidak diijinkan keluarga. Alasannya klasik: takut sy meninggal. Sy rasa, jika Camino maka akan diijinkan. Sehat slalu, Abah...
djokoLodang
--o-- DARAH TINGGI Oma sedang duduk berdua dengan Opa. Tumben, tidak ada yang ingin nonton TV. Atau main hp. Oma: "Kulihat dari tadi kamu duduk di situ. Sibuk mengelus-elus si Brando." ("sampai aku diabaikan", pikir Oma dalam hati) Opa: "Sudah tahu kah?" Oma: "Sudah tahu apa?" Opa: "Bahwa mengelus-elus anjing kesayangan bisa menurunkan tekanan darah tinggi?" Oma:"Iya, betul. Aku setuju. Bagaimana kalau kucing? Berlaku juga kah bagi kucing?" Opa:"Oh, itu aku belum pernah dengar." Oma:"Yang bener?" Opa: "Bener. Belum pernah dengar ada kucing yang mengelus-elus anjing" --jL--
Muh Nursalim
Rombongan Hussein bin Ali dihabisi penguasa di Karbala, yang tersisa tinggal para wanita. Salah satunya adalah Sukaynah binti Husein. Cicit Rasulullah ini digambarkan oleh Philip K Hitti dalam History of Arab sebagai wanita paling cantik di masanya. Ia juga pintar bersyair. Sehingga banyak laki-laki yang bercita-cita menjadi suaminya. Salah satunya adalah Mus'ab bin Zubeir. Dalam kitab Al Akhbar Makkah lil Fakihi disebutkan, laki-laki ini pernah berdo'a di dinding kakbah, tepatnya di pojok rukun Yamani. Do'anya begini, "Ya Allah janganlah Engkau matikan aku sebelum aku bisa menguasai Iraq dan menikah dengan Sukaynah binti Hussein". Do'a tersebut dikabulkan oleh Allah sehingga saudara laki-laki Abdullah bin Zubair itu menjadi penguasa Iraq dan menikahi wanita tercantik di jamannya.
Echa Yeni
Khusus QS Al-Mulk 15 slain traveling Pluss skalian kulineran
Nimas Mumtazah
TRAVELING.. Ada 10 ayat Al-qur'an yang menyeru Traveling, QS Ar Rahman ayat 33, QS. Al-Mulk ayat 15, QS. Muhammad ayat 10, QS. Yusuf ayat 109, QS Ali Imran ayat 137, QS. An-Naml ayat 69. QS. Luqman ayat 31. QS.Ar-Rum ayat 42, QS.Ar- Rum ayat 9. QS.Al- An 'am ayat 11. Semakin menjelajai seanterio bumi, syukur akan lebih banyak lagi.. Meditasi tak harus berdiam diri dan menyepi.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@Fiona Handoko.. Kesalahan pejabat itu: Pejabat Perhubungan DARAT kok ngajak HUBUNGAN BATIN.. ### Hi hi..
Fiona Handoko
selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp yusuf, bp jokosp, bp jo, bp djoko dan teman2 rusuhwan. "kemenhub bebastugaskan pejabat bandara yg ajak youtuber korsel ke hotel." demikian berita di disway. id tgl 10 mei 24. menurut saya. pejabat ini tidak salah. dia cuma keliru mengasumsikan. bahwa kalau kerja di kementrian perhubungan. ya harus bisa mengajak berhubungan.
alasroban
Bagi yang ingin menikmati perjalanan seperti pak DI namun tak cukup biaya. Salah satu opsi-nya sebagai berikut. Nampak tilas perjalanan Mahesa Jenar. Demak Bintoro ke Pengging - kurang lebih 90km. Terus di lanjutkan dari Pengging ke Gunung Ijo (Candi Ijo) - kurang lebih 40km. Di lanjutkan ke alas mentaok (kota Gede) - kurang lebih 16 km. Dari kota Gede lanjut perjalanan ke Banyubiru (dekat rawa pening) - kurang lebih 80km. Namun sebelum memulai nampak tilas. Sebaiknya mbaca cersil Nagasara Sabuk Inten karya SH Mintarja itu. Biar greget :D
Tivibox
Selamat siang, salam sehat Tulisan Bung Taufik Lamade "DPA Gaya Baru" di kolom Guest Editor Disway hari ini sungguh menggelitik. Dan yang paling menarik adalah kalimat penutup dari artikel tersebut. Bikin terpingkal-pingkal membacanya. Selalu menarik mengikuti tulisan politik Taufik Lamade atau Dhimam Abror Djuraid. Atau tentang kriminalitas yang ditulis Bung Djono W.Oesman (DWO). Ringan tapi mengena.
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Seorang remaha 17 tahun yang bekerja paruh waktu di Pizza Hut pulang ke rumah dengan mengendarai mobil Porsche. “Mobil siapa yang kamu pakai?" ibu dan ayahnya berteriak kaget. “Saya membelinya,” jawab remaja itu dengan tenang. "Kamu dapat uang dari mana? Seumur hidup kamu kerja jadi pengantar pizza, semua gajimu tak akan cukup membelinya." “Ya, ini mobil bekas dan saya membelinya hanya dengan 20 dolar," ujar si anak. “Siapa yang mau menjual mobil seperti itu seharga 20 dolar?!” ayahnya curiga. “Wanita di ujung jalan,” jawab anak laki-laki itu. “Saya tidak tahu namanya, dia baru saja pindah. Dia memesan pizza dan ketika saya mengantarkannya, dia bertanya apakah saya ingin membeli Porsche seharga 20 dolar.” Ayah dan ibunya bergegas ke rumah tetangga baru mereka untuk meminta penjelasan. “Anda menjual mobil sport seharga 20 dolar kepada anak saaya,” kata sang ayah kepada wanita itu. “Saya butuh penjelasan dari Anda!” “Yah,” kata wanita itu, “tadi pagi saya mendapat telepon dari suami saya. Saya pikir ia sedang dalam perjalanan bisnis di Florida, tapi sepertinya ia kabur ke Hawaii bersama sekretarisnya dan tidak berniat untuk kembali.” “Apa hubungannya dengan menjual Porsche kepada putra kami seharga 20 dolar?” Tetangga baru itu tersenyum lebar. "Suami saya meminta saya untuk menjual Porsche barunya dan mengirimkan uang kepadanya. Jadi, aku melakukannya."
Johannes Kitono
Beberapa hari terakhir ini pembaca disuguhi cerita Lia dan James. Dan cerita soal Camino memberi inspirasi. Dengan seizin ibu negara saya tekad harus kesana juga. Juragan Disway yang non Katholik saja mau Camino. Beta yang Katholik harus bisa Camino. Tentu bukan tahun ini. Napak tilas jalan kaki sepanjang 100 km ,pasti masih sanggup. Asal jalannya datar dan lalu lintasnya aman. Tidak macet dan kacau seperti Jakarta.Dulu punya cita-cita mau ikut Marathon ( 42,5 km ) sebelum usia 60 tahun,tapi gagal. Dan tidak mau mengurangi kesalahan yang sama. Kan tidak mungkin kembali ke usia 60 tshun. Camino ini mau dilakukan bukan karena Ganjar,paslon 3 kalah. Hanya mau uji fisik seorang manusia shio Naga. Tidak heran kenapa 9 Naga tidak berani ikut Camino. Mungkin pikulan dosa sudah terlalu banyak. Tidak terhapus oleh Camino 1 atau 2 kali saja.Atau analog dengan Raja Jawa yang tidak pernah atau berani Naik Haji. Konon, jaman dulu naik kapal kesana bisa berbulan-bulan. Pulang naik haji, istana sudah dikudeta. Sambil termenung membawa Air Zam-Zam. Padahal untuk mendapatkan Air Zam-Zam.Tidak terlalu susah. Asal rajin baca dan komentarnya di CHD terpilih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber:
Komentar: 651
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google