Kekuasaan
Dr. Mahnan Marbawi MA--
Memunculkan adagium “tak ada teman atau musuh yang abadi dalam politik-kekuasaan, yang abadi adalah kepentingan”.
Koalisi atau pun oposisi hanya instrument untuk meraih dan merebut kekuasaan. Akan selalu ada perebutan kekuasaan baik secara konstitusional atau tak konstitusional. Bahkan dengan rekayasa kekuasaan. Untuk melanggengkan kekuasaan.
Sejatinya kekuasaan adalah keberanian melahirkan kebijakan yang melindungi segenap tumpah darah ibu pertiwi dan menjaga kedaulatan bangsa. Memastikan konstitusi berjalan dan hukum ditaati. Bukan direkayasa dan dipermainkan demi kepentingan cukong, kroni atau kekuasaan itu sendiri.
Soal kekuasaan, Imam Syafii pernah berseloroh dengan serius, “tasharruful al-Imam ala ar-Ra’iyah manuthun bi al-Maslahah”, kebijakan penguasa/pemerintah atas rakyatnya harus didasarkan pada prinsip kemaslahatan.
Kemaslahatan untuk menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, lingkungan, harta rakyat yang menjadi tangungjawab penguasa. Menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam (yang di bawah, di atas dan di langit) untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat- bukan untuk kemakmuran cukong karena harus bayar mahar kekuasaan. Juga kemaslahatan untuk menjaga marwah dan kedaulatan bangsa.
Sejujurnya, ketika berkuasa memang enak. Sudah menunggu segudang fasilitas, bisa nunjuk-nunjuk orang, meminta ini dan itu dengan dibayari orang yang dipinta. Keenakan karena dapat menentukan dan memengaruhi kebijakan.
Pantas pada akhirnya, manusia hanya menjadi binatang piaraan dari kekuasaan dan uang yang dibuatnya sendiri. Menjadi penghamba yang sadar dan tak sadar dari kekuasaan dan uang.
(Kang Marbawi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: