Perbedaan Puasa Arafah 2024 di Indonesia dan Arab Timbulkan Perdebatan, Buya Yahya: Ulama Nggak Pernah Ribut

Perbedaan Puasa Arafah 2024 di Indonesia dan Arab Timbulkan Perdebatan, Buya Yahya: Ulama Nggak Pernah Ribut

Perbedaan puasa Arafah 2024 di Indonesia dan Arab Saudi berpotensi timbulkan perdebatan. Buya Yahya minta Muslim tak perlu ribut-Foto/Tangkapan Layar-

Secara dasar, penetapan tanggal-tanggal khusus dalam kalender Islam seperti 1 Zulhijah, wajib ditentukan oleh pakarnya.

Pemerintah Indonesia sendiri menerapkan metode hisab hilal dengan kriteria imkanur rukyatul MABIMS.

Kriteria hilal ditentukan dengan standar minimal 3 derejat dengan sudur elongasi 6,4 derajat.

Buya Yahya menyebut, setiap negara punya matlanya (zona waktu). Maka tak heran jika terjadi perbedaan hari, baik puasa Arafah maupun Idul Adha.

"Namanya karena ikhtilafulfatolik berbeda tentang matla berbeda-beda, tempat berbeda-beda waktu sesuai dengan pakarnya yang mengetahui rukyat-rukyatul hilal atau pakai hisab-hisab, nggak ada perbedaan," terangnya.

BACA JUGA:Kapan Waktu Wukuf di Arafah 2024? Cek Tanggalnya di Sini

BACA JUGA:Buya Yahya Tegaskan Berhaji Tanpa Wukuf di Arafah Tidak Sah: Amalannya Tidak Bisa Diganti!

Bagaimana Muslim Bersikap?


Ilustrasi. Perbedaan puasa Arafah dan Idul Adha 2024 di Indonesia dan Arab kemungkinan terjadi-Foto/Freepik-

Pendiri Yayasan Al Bahjah Cirebon itu meminta para tokoh tak mempersempit masalah ini sehingga publik gagal paham.

Ia memperjelas kembali bahwa puasa Arafah jika mengacu pemahaman Madzhab Imam Syafii, yakni pada tanggal 9 Zulhijah menyesuaikan matla suatu negeri.

Misalnya jika di Arab Saudi lebih dulu wukuf Haji di Arafah, di Indonesia disarankan jangan berpuasa karena belum waktunya.

"Mohonlah para Ustaz, masalah ini jelas. Kalau ternyata besok, kan, sudah pada wukuf di Arafah, katakan misalnya besok wukuf di Mekkah, kita belum hari wukuf ya kita belum tanggal 9 (Zulhijah), menurut madzhab Imam Syafi'i Anda jangan puasa," jelasnya.

"Jika di Mekkah sudah menyembelih kurban, ya karena Mekkah punya rukyat sendiri hari itu, menurut Madzhab Syafi'i," tambahnya.

Meski begitu, Buya Yahya menghormati pilihan seorang Muslim yang menilai jika puasa Arafah mengikuti penetapan Arab Saudi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads