Tsunami Pokir

Tsunami Pokir

Ekpresi Sahat Tua Simanjuntak usai sidang putusan di Pengadilan Tipikor, Selasa, 26 September 2023.-Pace Morris-

Awalnya KPK mengumumkan: telah ditetapkan 12 tersangka baru dari kasus pokir di Jatim. Tidak sampai seminggu kemudian diumumkan lagi oleh KPK: tersangka barunya 21 orang.

Mungkin masih akan bertambah lagi. "Memang akan terjadi tsunami di Jatim," ujar Heru Satriyo, ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Jatim.

MAKI memang terus membongkar dan mengawal perkara itu. Sejak dua tahun lalu.

MAKI Jatim adalah lembaga mandiri. Tidak ada hubungan organisasi dengan MAKI Jakarta yang diketuai pengacara Boyamin.

"Perhitungan saya, tersangkanya akan sampai 124 orang," ujar Satriyo. Tentu Satriyo mendasarkan perhitungannya pada usulan proyek dari anggota DPRD yang begitu masif.

Pokir adalah singkatan dari pokok pikiran. Yang punya pokok pikiran adalah anggota DPRD Jatim.

Setiap anggota boleh mengajukan pokok pikiran. Satu pokok pikiran bisa mendapat anggaran APBD sebesar Rp 100 juta sampai Rp 400 juta.

Satu anggota boleh mengajukan banyak pokok pikiran. Plafonnya: satu anggota Rp 8 miliar. Satu tahun anggaran.

Pokir itu dikirim ke fraksi masing-masing. Fraksilah yang mengirimkan semua pokir anggota DPRD itu ke gubernur Jatim. Gubernur lantas menyediakan anggarannya.

Maafkan, saya salah. Tersangka baru yang 21 orang itu tidak ada hubungannya dengan pokir. Mereka jadi tersangka dalam kaitan dengan pokmas –akronim dari kelompok masyarakat.

Apa beda pokir dan pokmas? Beda nama. Esensinya sama.

Setiap anggota DPRD Jatim bisa menerima usulan proyek dari kelompok-kelompok masyarakat.

Satu usulan bernilai antara Rp 100 sampai Rp 400 juta.

Satu anggota bisa menerima banyak usulan, total Rp 8 miliar/anggota.

Beda tipisnya: di pokmas anggota DPRD yang menentukan kontraktornya. Di pokir Pemprov Jatim yang menentukan pelaksana proyeknya.

Proses usulan pokir dan pokmas sama: sama-sama lahir dari kunjungan jaring aspirasi ke masyarakat di dapil masing-masing.

Pokmas melahirkan banyak tersangka. Maka pokmas diubah. Jadi pokir. Secara hukum pokir lebih aman bagi para anggota DPRD Jatim.

Peraturannya begitu.

Dulu juga begitu.

Yang pertama ditangkap KPK adalah Sahat Tua Simanjuntak, wakil ketua DPRD Jatim. Sahat adalah tokoh Golkar Jatim yang sangat populer. Ia sudah disidangkan di pengadilan sejak jauh sebelum Pemilu. Sudah dijatuhi hukuman 9 tahun penjara tambah bayar Rp 39,5 miliar.

Banyak nama disebut di persidangan Sahat. Maka tensi para anggota DPRD sangat tinggi. Banyak yang merasa akan menyusul jadi tersangka sebelum masa pencalonan Pemilu 2024. Lalu muncul spekulasi: mereka tidak akan bisa masuk daftar calon anggota legislatif di Pileg 2024.

Ternyata setelah Sahat dijatuhi hukuman lanjutan perkara ini seperti ditelan bumi. Pun ketika proses Pemilu dimulai. Seperti tidak akan kelanjutannya. Mereka pun aman semua. Bisa mendaftar kembali sebagai caleg. Lolos di KPU. Banyak juga yang terpilih kembali.

Sepertinya semuanya berjalan normal. Sampai dua hari lalu –ketika KPK mengumumkan tersangka baru.

Maka banyak caleg yang selama ini sudah putus asa akibat kalah suara kini bisa penuh harap: bisa jadi peraih suara terbanyak kedualah yang akan dilantik jadi wakil rakyat.

Pokmas, pokir atau apa pun adalah cara. Yang penting uangnya.(Dahlan Iskan)

Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 13 Juni 2024: Tugas S-3

Liam Then

"Masih pakai supra bapack Kang?" "Dari dulu juga begitu" "Koh Liam, masih rebahan? "Iyah Kang, dari dulu juga begitu"

Wilwa

Miris membacanya. Mau jadi doktor atau 博士 boshi (baca: posheu) harus taruhan duit atau 赌博 dubo (baca: tupo) alias berjudi/gambling terlebih dahulu. Hmmm. Dengar dengar peretasan data nasional konon ada hubungannya dengan serangan balik atas upaya pemberantasan judi online. Dan ini konon katanya juga terkait dengan upaya kejaksaan mengungkap korupsi timah. Dan semua ini terkait perebutan kekuasaan antara dua kubu mantan petinggi Polri. Pusing baca teori konspirasi di negeri yang bobrok karena korupsi ini. Saya setuju sama perusuh Juve Zhang. Untuk memutus semua kebobrokan ini tukang NGEBOR harus DIDOR!

Lagarenze 1301

Saya tersenyum-senyum membaca CHD hari ini. Lucu. Tapi, dosen muda yang mengalaminya pasti tidak bisa tersenyum. Hatinya berdarah. Di akhir kelak, setelah jadi profesor, barulah ia bisa tersenyum. Seperti Bu Mutia. Tapi, ia sudah kehilangan idealisme profesi. Sudah ikut melacurkan diri. Apa boleh buat. Aturannya memang seperti itu. Yang lain juga begitu.

Ummi Hilal

Closing-nya WOW ! 'Punchline' sekaligus 'callback'. Tak bisa bikin tertawa.Tapi bisa bikin senyum.Senyum pahit. Dark humor yang sangat deep.

Mirza Mirwan

"Aturannya memang begitu." "Saya dulu juga begitu." "Dari dulu memang begitu." Antara percaya dan tidak. Itulah kesan saya membaca kutipan cerita di atas. Kok beda jauh dengan pengalaman putri saya mengambil program doktor di Thailand. Delapan tahun yang lalu putri saya mendapat beasiswa penuh (full scholarship) dari sebuah universitas di Thailand untuk program master. Beasiswa itu meliputi tuition, dana penelitian, biaya hidup, visa, dan tiket berangkat-pulang Indonesia-Thailand. Putri saya menyelesaikannya tepat waktu dengan GPA (IPK) sempurna: 4. Ketika mau pulang ke Indonesia kebetulan ada universitas yang membutuhkan dosen. Ia melamar. Ketika sesi wawancara ternyata pesaingnya ada yang lulusan UK, Kanada, dan Australia. Tapi ia cukup PD ketika tahu masing-masing hanya punya satu penelitian yang dimuat di jurnal Scopus Q4. Ia punya dua di jurnal Q3, disamping satu Q2 sebagai co-author. Dan ternyata ia yang diterima. Dua tahun kemudian kampus pemberi beasiswa itu membuka beasiswa penuh untuk program doktor. Putri saya datang ke kampus almamaternya itu -- jaraknya sekitar 600 km dari kampus tempat ia mengajar. Ia menawar, cukup beasiswa sebagian saja agar ia tetap bisa mengajar. Eh, seorang guru-besarnya malah menyarankan untuk mengambil program doktor itu "by research" saja setelah melihat proposal penelitiannya. Tak perlu harus "by course". Kasihan wira-wirinya (bolak-baliknya). Hanya sekali sebulan ia datang ke kampus.

Wilwa

珠镕基 (Zhu Rong Ji): 我这里 (Wo Zhe Li , Wo Ceu Li, Aku Di Sini) 准备了 (Zhun Bei Le, Chuen Pei Leu, Sudah Siapkan) 100 口棺材 (Yi Bai Kou Guan Cai, I Pai Khou Kuan Chai, 100 peti mati), 99 口 留给贪官 (Jiu Shi Jiu Liu Gei Tan Guan, Ciou Sheu Ciou Liu Kei Than Kuan, 99 Buah Untuk Pejabat Korup), 1 口 留给我自己 (Yi Kou Liu Gei Wo Zi Ji, I Khou Liu Kei Wo Ceu Ci, Satu Buah Untuk Aku Sendiri). Yang menarik dalam aksara Mandarin adalah korup = serakah / rakus / tamak / 贪 tan (baca: than). Dan 贪 itu sendiri artinya Money 贝 Now 今 atau Money 贝/钱 Talks 今/曰. Karena menurut wikipedia kulit kerang 贝 adalah uang 钱 era Tiongkok Purba sebelum akhirnya diganti dengan logam seperti perak atau emas. Dan 今 adalah evolusi dari 曰 yue (say, speak, tell, talk). Jadi 贪 secara spesifik merujuk pada serakah akan UANG walau kemudian berkembang maknanya menjadi serakah dalam hal apapun. Dan yang paling menarik adalah aksara 官 Guan (Kuan) yang artinya pejabat, jabatan, menjabat bila dijajarkan dengan 棺 Guan (Kuan) yang artinya peti mati. Peti mati 棺 terdiri dari simbol 木 Mu (=kayu, peti mati terbuat dari kayu) sebagai semantic/makna, dan simbol 官 di kanannya sebagai phonetic/pinjam bunyi. Jadi pejabat 官 memang harus diancam dengan peti mati 棺 agar tak berani korupsi. Hmmm

djokoLodang

-o-- Di sebuah bar Harry mendekati Kris, sahabatnya. "Aku mau pulang awal. Sebagai sahabat karib, mau kah kau menolongku?" "Mau pulang sekarang? Tumben, kamu gak enak badan?" "Bukan begitu. Aku janji ketemu pacarku yang sekarang. Terus terang saja, aku mau ke rumah Tony. Itu, yang pakai baju merah. sedang asyik bercanda dengan teman-temannya. Tolong bikin sibuk Tony. Ajak dia main kartu, atau apa pun. Kira-kira dua jam saja," "OK, baik lah," "Terima kasih, kau benar-benar sahabatku." Kris pun mulai membaur dengan kelompok teman-teman Tony. Diajaknya mereka main poker. Sekitar satu setengah jam kemudian, mereka mulai bosan dan berhenti main. Tony pun terlihat bersiap-siap mau pulang. Segera Kris menahannya, dan mengajaknya berbincang. Mengajukan pertanyaan yang bukan-bukan. Tony merasa kesal, dan bertanya:"Kawan, ada apa sebenarnya ini? Kita juga baru kenal. Mengapa Anda terus berusaha menahanku di sini?" Kehabisan akal, akhirnya Kris mengaku bahwa dia tidak ingin terjadi keributan di rumah Tony. "Keributan apa?" "Sahabatku sedang menemui istrimu selagi Anda di sini." Mendengar itu Tony pun tersenyum lebar. Didekatinya Kris, ditepuknya bahunya. "Kawan, justru Anda yang harus segera pulang sekarang. Aku pun mengharap tidak terjadi keributan nanti saat Anda tiba di rumah." "Mengapa?", tanya Kris. "Istriku baru saja meninggal dua bulan yang lalu. ...", jawab Tony. --jL-

Em Ha

Sudah 25 Tahun. 5 Kali Pemilu. Proses politiknya macam siput. Langkah Dungu. Aturannya memang begitu.

Gianto Kwee

Jawaban lain dari Wanita Cantik, " Romo, mohon anak saya juga Diberkati !"

djokoLodang

-o-- Saat pasangan calon pengantin akan dinyatakan sah sebagai suami istri, pendeta bertanya apakah di antara hadirin ada yang ingin mengatakan sesuatu. Suasana hening dipecahkan oleh seorang wanita muda cantik yang berjalan maju dari deretan kursi paling belakang. Dia berjalan maju perlahan-lahan ke arah pendeta sambil menggendong anak. Situasi pun berubah dengan cepat menjadi kekacauan. Pengantin wanita menampar pengantin pria. Ibu mempelai pria pingsan. Para pengiring pengantin pria mulai saling memandang dan bertanya-tanya bagaimana cara terbaik untuk membantu menyelamatkan situasi. Pendeta bertanya kepada wanita tersebut, "Mengapa Anda maju ke depan? Ada yang ingin Anda katakan?" Wanita cantik itu menjawab, "Tadi saya tidak mendengar dengan jelas dari belakang." --jL-

Achmad Faisol

mereka ga cuma baca, tetapi mengalami sendiri... namun, bagaimana lagi: aturannya begitu... dari dulu juga begitu... he he he...

Jokosp Sp

Saya baca dari awalnya sudah mau nangis. Tiba-tiba gemes kalau ada pistol maka akan aku bunuh, tapi siapa yang akan aku bunuh. Terus scrol ke bawah hampir tidak kuat membacanya, betapa rayap dan preman sama saja cara hidupnya sampai di kampuspun ternyata ada. Menggerogoti rekan dan selalu menekan cari uang ceperan. Terus scrol ke bawah rasanya tidak kuat membacanya, nasib seorang ibu yang punya jabatan tinggi, dengan gengsi yang tinggi, dengan keilmuan yang tinggi ternyata kehidupannya tetap melarat dan jadi sumber pemerasan para preman kampus dan sistem pendidikan. Akhir cerita tidak jadi nangis, saya malah akan ambil kampak untuk membunuhnya. Kenapa malah ikut terlibat jadi preman kampus juga diakhirnya setelah dapat S3?. Apakah lingkungan betul telah mengajarinya?. Yang tua pensiun diteruskan ke generasi yang lebih yuniornya, terus berjalan sampai hari ini?. Hanya satu kata "Masya Allah" yang bisa saya tulis. Dan menyisakan satu pertanyaan "Kenapa Ibu tidak berhenti saja dari kampus itu dan pilih pekerjaan di tempat lain yang halal?".

Leong Putu

Part I : Udang. LP : "Luh...hari ini kamu kok masak udang? Kamu kan tau kalau aku alergi udang!". Ni Luh : "Adanya cuma itu, Bli..!". Part II : Belum habis. LP :"Luh...ini sudah tiga hari, kok masih udang terus?". Ni Luh :"Udang yang dikasih tetangga kita itu belum habis, Bli!". Part III : Kenyataan. LP :"Luh....setelah tiga hari masak udang, hari ini kok kamu cuma masak tempe goreng saja?". Ni Luh:"Uang belanjanya cuma cukup untuk beli tempe,Bli..".

Tivibox

Selamat pagi, salam sehat.. ... Membaca cerita di atas saya jadi teringat sesuatu. Ini beneran. Nyata. Ada seorang teman. Dia dosen di PTN ternama di Indonesia bagian tengah. Dia lulus S1 di PTN yang sangat ternama di Surabaya. S2 nya juga dari PTN sangat ternama di Yogyakarta. Jurusannya tentu saja Teknik (Informatika). Nah setelah beberapa tahun jadi dosen, dia berkeinginan melanjutkan S3 untuk peningkatan jenjang karir di kampus tempatnya mengajar. Tapi apa terjadi ? Setengah jalan dia menemukan begitu banyak hambatan, birokrasi yang lumayan berbelit, termasuk juga hambatan dari pribadi-pribadi yang tidak ingin karirnya berkembang. Dia putuskan tidak melanjutkan S3 nya. Banting setir. Kebetulan pemerintah daerah sedang mengembangkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Dia akhirnya menjadi konsultan/staf ahli. Di beberapa Pemda. Ya propinsi, ya kabupaten. Di perusahaan swasta juga. Dia juga mendirikan perusahaan start up. Penghasilannya dari sana jauh melebihi dari gaji dosen yang dia dapat. Tapi dia tetap mengajar dan membimbing mahasiswanya, sebagaimana kewajiban seorang dosen yang sesungguhnya. Tidak ada lagi minatnya mengejar karir di kampus. Entah kenapa. Mungkin sudah patah arang.

Er Gham

Mungkin banyak yang mengalami juga. Dulu sekali, gaji dosen itu kecil. Saya masih ingat. Dari sekitar 15 dosen di jurusan, hanya 3 yang pakai mobil. Dua orang pakai sepeda motor. Sisanya pakai angkot. Dosen dosen itu berjalan dari gedung kuliah ke kantor jurusan, lalu pulang jalan kaki ke halte angkot. Di kampus yang luas luas banget. Yang seperti kebun raya atau taman margasatwa. Dosen jalan kaki bersama mahasiswa itu banyak. Dan hal yang lazim. Dosen sekarang mungkin akan malu, jika masih jalan kaki ke gedung kuliah bareng mahasiswa. Atau bareng naik angkot dengan mahasiswanya.

Muh Nursalim

halaoo presiden Jokowi. Yang saya tahu dari Disway. Bapak sering bongkar aturan-aturan yang ribet tak produktif. Boleh juga dong diujung pemerintahan bapak bongkar juga tu yang ribet-ribet untuk jadi guru besar. Biar dosen itu fokus riset dan riset. Fokus pengembangan ilmu sehingga dihasilkan karya-karya hebat untuk kemajuan bangsa. Bukan hanya bangga-banggaan di jurnal yang setelah terbit juga ndak ada yang baca lalu masuk sampah. Guru besar kalau hanya begitu-begituan, oalah tak ada manfaatnya buat masyarakat. Hanya buat karirnya sendiri untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Masyarakat dapat apa dari professor2 yang dihasilkan dari laku seperti itu.

Udin Salemo

salah satu hasil revolusi mental adalah: orang bisa lulus s2 duluan daripada lulus s1. contoh orangnya adalah ketua lembaga tertinggi negara sebelah kulon negara papua new guinea. wkwkwkwk....

doni wj

Tetangga saya, yg dulunya pernah masuk di daftar 500 pemikir terhebat di dunia, mentok "hanya" sampai tahap S3. Karena berkeras tidak mau masuk jalur "..jadi begini caranya..". Tidak pernah bablas sampai profesor. Meski mahasiswanya sudah banyak yg bergelar profesor. Meski setidaknya sudah mendirikan 2 universitas besar di 2 kota. Suatu saat malah, ketika musimnya bayar spp, saya pernah ketemu dg istrinya di outlet perusahaan yg ber tagline "menyelesaikan masalah tanpa masalah" (wlah.. ketahuan saya juga ke sana.. wkwkwkwk). Jadi. Meski bisa jadi namanya adalah nama samaran. Mungkin juga ceritanya rekaan. Namun saya percaya fakta2nya memang berstatus "anda sudah tahu.."

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Dosen biologi bertanya kepada mahasiswanya, “Bagian tubuh manusia manakah yang ukurannya bertambah hingga sepuluh kali lipat ketika mendapat rangsangan?” Tidak ada yang menjawab, sampai Mira berdiri dan berkata, “Bapak tidak seharusnya mengajukan pertanyaan tak senonoh seperti itu! Saya akan memberi tahu orangtua saya, dan mereka akan protes ke dekan dan rektor, yang kemudian akan memecat Bapak!” Pak Dosen mengabaikan Mira dan menanyakan hal yang sama lagi, “Bagian tubuh mana yang membesar hingga 10 kali lipat ukurannya ketika mendapat rangsangan?” Mulut Mira ternganga. Lalu, dia berkata kepada orang-orang di sekitarnya, “Wah, tunggu saja, dosen ini pasti akan mendapat masalah besar!” Pak Dosen tetap mengabaikan Mira dan berkata kepada mahasiswa lainnya, “Siapa yang bisa jawab?” Akhirnya, Albert berdiri, melihat sekeliling dengan gugup, dan berkata, “Bagian tubuh yang bertambah 10 kali lipat ukurannya saat mendapat rangsangan adalah pupil mata.” Pak Dosen memberi jempol, “Bagus sekali, Albert." Pak Dosen menoleh ke arah Mira, “Sedangkan untuk Anda, nona muda, ada tiga hal yang ingin saya katakan. Pertama, Anda mempunyai pikiran yang kotor. Kedua, Anda tidak mengikuti materi perkuliahan dengan baik. Dan, ketiga, suatu hari Anda akan sangat, sangat kecewa.”

M.Zainal Arifin

Jumlah pengeluaran= jumlah bayar hutang?

yea aina

"Pemilu Dungu" dan "Tugas S-3" ini menggambarkan carut marut birokrasi disini. Rasanya alokasi 20% APBN untuk bidang pendidikan akan sia-sia belaka. Didanai besar-besaran tanpa peningkatan kualitas SDM seperti yang didengungkan. Selain tugas pokoknya, mau tidak mau para pendidik dan dosen pengajar terjerat birokrasi bertele-tele untuk jenjang karir. Pun dukungan keuangan negara terhadap penelitian dan riset sangat minim. Janji kampanye makan siang gratis atau apapun namanya, kalau bisa menghasilkan anak-anak berpotensi cerdas, akhirnya mereka akan bertemu juga: aturannya begitu. Mentok.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 129

  • agus rudi Purnomo
    agus rudi Purnomo
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • alasroban
    alasroban
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • DeniK
    DeniK
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • yea aina
      yea aina
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
  • Edy Yanto
    Edy Yanto
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Johannes Kitono
      Johannes Kitono
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • yea aina
    yea aina
    • yea aina
      yea aina
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Er Gham
    Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Nurkholis Marwanto
    Nurkholis Marwanto
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Nurkholis Marwanto
      Nurkholis Marwanto
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Er Gham
    Er Gham
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
  • Em Ha
    Em Ha
  • M.Zainal Arifin
    M.Zainal Arifin
  • Yellow Bean
    Yellow Bean
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • Someone Random
      Someone Random
    • Selvi Apriliana
      Selvi Apriliana
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Xiaomi A1
      Xiaomi A1
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
  • Liam Then
    Liam Then
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
  • Kalender Pro
    Kalender Pro
  • Liam Then
    Liam Then
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Er Gham
    Er Gham
  • ALI FAUZI
    ALI FAUZI
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
  • Fa Za
    Fa Za
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
    • djokoLodang
      djokoLodang
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Heiruddin Arafah
    Heiruddin Arafah
    • Heiruddin Arafah
      Heiruddin Arafah
    • Heiruddin Arafah
      Heiruddin Arafah
  • yulian yulian
    yulian yulian
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • M.Zainal Arifin
    M.Zainal Arifin
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
  • Yellow Bean
    Yellow Bean
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
  • Jo Neca
    Jo Neca
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
  • Rizal Falih
    Rizal Falih
  • M.Zainal Arifin
    M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin

Berita Terkait