Dukung Nol Emisi Karbon di Tingkat Global, Perbankan Siap Kucurkan Pendanaan

Dukung Nol Emisi Karbon di Tingkat Global, Perbankan Siap Kucurkan Pendanaan

Perbankan melihat kesiapan proyek dari sisi environmental, sustainable and governance (ESG)--Katadata

JAKARTA, DISWAY.ID - Dunia perbankan berkomitmen pada transisi energi yang berkomitmen terhadap nol emisi karbon di tingkat global. 

Komitmen juga ditunjukkan Bank DBS dengan bergabung dalam Net-Zero Banking Alliance (NZBA) dan Glasgow Financial Alliance for Net-Zero (GFANZ). 

Bank DBS Indonesia melihat berbagai proyek transisi energi di Indonesia memiliki banyak peluang untuk mendapat pendanaan. 

BACA JUGA:50 Tahun Hadir di Indonesia, Yamaha Terus Upayakan Reduksi Emisi Karbon

Namun, Bank DBS Indonesia selalu mempertimbangkan kesiapan proyek sebelum mengucurkan pendanaan.   

Menurut Executive Director Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia Heru Gautama Hatman, Bank DBS melihat kesiapan proyek dari sisi environmental, sustainable and governance (ESG). 

Langkah ini merupakan bagian dari advokasi keuangan berkelanjutan (sustainable finance) dalam pendanaan perusahaan.  

BACA JUGA:Turunkan Emisi Karbon, Sebar Solar Panel ke Komunitas Pendidikan

Keuangan berkelanjutan merupakan ekosistem kebijakan, regulasi, norma, standar, produk, transaksi, dan jasa keuangan yang menyelaraskan kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial dalam pembiayaan kegiatan berkelanjutan.

“Proyek transisi energi di Indonesia saat ini memiliki berbagai peluang dan risiko. Termasuk (risiko) pergerakan valuasi komoditas di pasar. Ini mempengaruhi pertimbangan berinvestasi pada berbagai proyek transisi energi,” ujar Heru dalam sesi diskusi bertema: Transition Finance: Catalyzing Climate Ambition di acara Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2024 yang diselenggarakan oleh Katadata di Hotel Kempinski, Jakarta Rabu 7 Agustus 2024.

BACA JUGA:Jawab Tantangan Zero Emisi 2060, Pertamina Kenalkan Pertamax Green 95 di GIIAS 2024

Heru menambahkan, Bank DBS Indonesia juga mendorong lebih banyak pelaku usaha lokal bisa terlibat dalam transisi energi di Indonesia. 

Semisal untuk penyediaan panel solar yang semestinya bisa dibuat di dalam negeri.

Dengan produk lokal bisa terserap sehingga dapat mengurangi impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: