Akselerasi Yasonna

Akselerasi Yasonna

Yasonna Laoly saat masih menjadi menkum HAM. -Kemenkum HAM-

SEMUANYA  persis sesuai dengan skenario. Sampai ke tanggal-tanggalnya. Termasuk tanggal dilakukannya pergantian anggota kabinet periode kedua Presiden Jokowi kemarin.

Babak pertamanya: Airlangga mundur dari jabatan ketua umum Partai Golkar. Sudah dilakukan. Tepat waktu. Guyonnya, saat duduk di mana pun kini Airlangga enggan berdiri –khawatir kursinya diambil orang. Babak kedua: Rapim Golkar. Juga sudah terjadi. Juga sesuai dengan skenario –tanggalnya dan personalianya.

Jadwal berikutnya pergantian Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM) Yasonna Laoly. Harus sebelum tanggal 20 Agustus –harus sebelum Munaslub Golkar. Sudah terjadi kemarin. Yasonna yang PDI-Perjuangan diganti Supratman Andi Agtas dari partai Gerindra. 

Anda pun sudah tahu babak selanjutnya: siapa yang bakal jadi ketua umum Partai Golkar. Pastilah Bahlil Lahadalia. Yang kemarin mendapat jabatan baru sebagai menteri energi dan sumber daya mineral.

Meski dari profesional, Arifin Tasrif –yang diganti Bahlil– diidentifikasi sebagai orangnya ketua umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Yang bukan analis politik pun tahu: hasil Munaslub Golkar harus dimintakan pengesahan pemerintah. SK pengesahan dari menkum HAM. Harus cepat. Sudah harus ditandatangani sebelum 25 Agustus. Maksudnya, agar ketua umum yang baru bisa menandatangani surat rekomendasi pencalonan para kepala daerah sebelum jadwal pendaftaran di KPU tanggal 27 Agustus.

Semua sudah diatur rapi. Yang kira-kira jadi faktor penghambat harus disingkirkan lebih dulu. Tidak boleh ada ewuh pakewuh. Tidak boleh ada rasa sungkan. Tujuan harus tercapai. Yang tidak mau mendukung tidak boleh menghambat.

Yasonna belum terbukti menghambat. Atau akan menghambat. Tapi bukti tidak penting. Di pengadilan pun bukti juga kalah oleh lembaran Benjamin Franklin. Apalagi ini bukan proses peradilan. Ini proses politik.

Maka siapa saja hanya bisa geleng-geleng kepala –itu pun bagi yang masih punya leher.

Agar tidak terus geleng-geleng kepala sampai bulan November, baiknya jangan punya kepala –terutama isinya.

Harus diterima apa adanya: presiden punya hak prerogatif. Pun di masa injury time. Periodisasi kepresidenan tidak mengenal istilah injury time.

Apakah semua yang terjadi itu kejam? Tidak.

Apakah semua yang terjadi itu bisa dibenarkan? Bisa.

Apakah semua yang terjadi itu legal? Sangat legal.

Apakah ada peristiwa politik yang lebih dahsyat dari yang sekarang ini? Ada.

Jadi untuk apa terus-menerus geleng-geleng kepala.

Anda masih ingat jargon "Akselerasi Pembangunan 25 tahun"?

Itu adalah ''buku induk'' untuk mengawali Orde Baru. Itu adalah tahapan pembangunan jangka panjang yang terencana. Agar negara bisa tinggal landas menuju kemajuan.

Setelah ''akselerasi'' itu ada Trilogi Pembangunan: stabilitas, pertumbuhan, pemerataan. Keamanan harus stabil. Politik harus stabil. Pertentangan politik kanan-kiri harus dibasmi. Partai-partai kanan disatukan dalam PPP. Partai-partai sekuler dilebur dalam PDI. Diciptakanlah partai tengah yang dominan yang tidak disebut partai: Golkar.

Penentangan luar biasa. Tapi yang menentang ditendang. Komando Jihad diciptakan sebagai jebakan untuk memberangus ekstremis dalam Islam.

Partai nasionalis, Partai Kristen dan Katolik disatukan dengan konsensus: ketua umumnya harus Banteng, sekjennya harus dari partai Kristen.

Kata ''konsensus'' menjadi mantra saat itu –mirip mantra demokrasi saat ini. Mantra ''konsensus'' dipuja sebagai tandingan atas konsep demokrasi –yang distigmakan secara negatif dengan istilah demokrasi liberal.

Semua keputusan diambil berdasar konsensus. Bukan dengan pemungutan suara. Hasil pemilu bisa diketahui dengan cepat –Golkar pasti menjadi pemenangnya.

Apa yang terjadi sekarang sama sekali tidak sekejam yang terjadi pasca ditetapkannya ''Akselerasi Pembangunan 25 tahun''.

Bagi yang merasa drama politik sekarang ini kejam, ketahuan: Anda tidak pernah menikmati lezatnya KKN di masa Orde Baru. (DAHLAN ISKAN)





Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Tulisan Berjudul : No Day

djokoLodang

Judul buku Veddriq yg paling mengena bagi saya: "Berani Tidak Disukai". ...

Mirza Mirwan

Hari ini, nanti malam, bertempat di gedung United Center, Chicago, Illinois, Konvensi Nasional Demokrat akan dimulai -- sampai Kamis 22/8 nanti. Menjelang konvensi, polling terbaru menunjukkan Kamala Haris kian meninggalkan Donald Trump. Reratanya Kamala unggul 2,6% -- Kamala 46,4%, Trump 43,8%. Elite GOP menyadari bahwa tertinggalnya Trump dari Kamala tak lain disebabkan model kampanye Trump yang tidak fokus, cenderung menyerang pribadi Kamala. "Kampanye tak bisa dimenangi dengan membicarakan banyaknya jumlah pengunjung," kata Nikki Haley, mantan rival Trump dalam primary tetapi kini mendukung Trump. "Tak ada gunanya membicarakan apa ras Kamala Harris. Tak ada gunanya membicarakan apakah ia bodoh. Sampeyan tak bisa memenangi (pilpres) dengan (bicara) hal-hal seperti ini. Saya pikir kampanye itu memerlukan fokus, itulah yang utama. Ini adalah pilpres yang bisa dimenangi, tetapi sampeyan harus fokus," tambah Haley di Fox News Selasa 13/8. Tadi malam dalam acara "Meet the Press" di NBC, Lindsay Graham, senator dari South Carolina, setuju dengan pendapat Nikki Haley itu. Kepada host Kristen Welker, Lindsay Graham menambahkan: "The provocateur, showman, may not wins this election." Lindsay Graham dan Nikki Haley jelas lebih matang dalam politik ketimbang Trump. Keduanya sudah puluhan tahun menjadi Republikan. Sedang Trump baru menjelang pilpres 2016. Kalau Trump mengabaikan peringatan Nikki Haley dan Lindsey Graham, alamat bakal keok.

Yellow Bean

Asli saya pernah belajar panjat tebing. Bahkan tanpa sengaja suami menyiapkan sebuah tebing buatan di obyek wisata yang cukup populer di kampung kami. Dinas pun memiliki sarana kelengkapan untuk memfasilitasi pengunjung obyek wisata yang ingin belajar tentang panjat tebing. Setelah ada mutasi dan rotasi maka semua tinggal wallohua'lam

Juve Zhang

Khusus Bolkin dibawah papan panjat sediakan Kolam Ikan kedalaman 2 m biar jatuh aman...isi kolam dengan Ikan Koi dan Buaya Sungai ....wkwkwk

Mbah Mars

INTERMEZZO Setelah Veddriq menyabet emas panjat tebing olimpiade Bolkin ingin mencoba sensasi olah raga tersebut. Yah, untuk selingan di sela-sela aktifitasnya sebagai pengusaha sukses. Ia mendatangi instruktur panjat tebing. “Saya tertarik untuk ikut latihan Pak”, kata Bolkin pada instruktur “Silahkan. Datanglah setiap Minggu pagi di sini”. Jawab instruktur “Tolong dikasih gambaran resiko panjat tebing Pak” “Tenang saja. Persentase jatuh hanya 1%. Di antara 100 orang hanya ada satu yang jatuh” Bolkin manggut-manggut. “Selama ini Bapak sudah melatih berapa orang ?”, tanya Bolkin. “Sudah 99 orang. Tak satupun yang pernah jatuh”, jawab instruktur. “Waduhh...”, timpal Bolkin. Ia tidak jadi ikut latihan panjat tebing.

Yuli Triyono

Saran untuk Pak Sumaryanto, ayah Veddriq Leonardo. Kalau usaha kayu ukirnya terus menurun, dia bisa belajar dari kesuksesan tukang kayu Solo yang sekarang tinggal di Jjakarta. Antara lain sudah terbukti sukses menebang pohon beringin.

• No Disway No Day No Rocky No Party No Anis No Manis No Wowo No Legowo Hehehe... Apalagi? Salam hormat dari Lombok (Iqbal)

Lègég Sunda

No pry No cry

Amat K.

Bersyukur. Nikmat sekali tulisan Abah kali ini. Masa kecil saya juga senang sekali memanjat pohon. Apalagi kala musim buah. Bermodal pisau lipat. Sudah menjadi rutinitas sehari-hari bersama kawan-kawan di atas dahan dan ranting-ranting. Pohonnya rindang, logistik makanan mencukupi, menjadi markas ideal saat itu untuk bersantai. Kebiasaan kecil itulah yang menempa dan membentuk saya. Di usia saat ini pun masih suka memanjat, minimal dua kali dalam seminggu. Menaik dan menuruni tebing, secara horizontal. No Disway No day

Jokosp Sp

Kok belum ada ya keinginan Abah DI ketika ke daerah sekaligus nyambangi perusuh setianya?. Pasti akan lebih lengkap dan dalam di tulisannya misal ketemu sama Ko@Liam. Misal....misal loh ya, ngajak incip-incip durian di sekitar Jln. Kolonel Sugiyono yang lagi rame. Kan Ko@Liam bisa pamer tulisannya di sini biar saya ikut ngiler, biar gag ikut makan tapi bisa merasakan nikmatnya durian Kal Bar khususnya Pontianak.

adi Nugraha

saran buat veddrik, orang ponti itu suke ngopi ngopi, padukan arena panjat tebing dan warkop. yg manjat suke dilihat, yg ngopi suke melihat

iyeh

Veddric yang membungkamnya.. sindiran, cibiran dan nyinyiran. ya begitulah jagad penghakiman di medsos. yang suka cibir, nyinyir dan sindir mungkin bisa masuk kategori "gajah di pelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan tampak". seperti gambaran penyakit hati yang tertulis di kitab Ihya Ulumuddin, semut hitam berjalan dibatu hitam di kegelapan malam.

iyeh

dari foto buku,, hanya satu buku yang tidak saya suka. buku bahasa jepang. yang buku "jangan membuat masalah kecil jadi masalah besar" apakah sama dengan paribasan "kriwikan jadi grojokan".

iyeh

Pak Bos iki piye to, anak buahe ditinggal tunangane kok disebarke kejagad awang awang. saya yakin ada kisahnya yang sampai Pak Bos memasukkan dalam tulisannya, mungkin dugaan saya kisahnya lucu menurut Pak Bos

Juve Zhang

Pak Joko S komen kenapa Pak Bos ke Ponti ke ngajak perusuh setia nya makan durian....memang pejabat dan mantan Pejabat kita itu Raja Tega... wkwkwk...coba siapa yg bela pak Bos mati mati an ketika zaman Prof Pry hantam Pak Bos dalam kisah "nilep saham"....saya baca diantara semua Perusuh hanya satu yg bela mati mati an pak Bos...anda baca lagi saja kilas balik zaman "panas panas" nya serangan Prof Pry ke Pak Bos....sampai konon pak Bos "panas hati"nya di serang terus prof Pry.....dan yģ ikutan kebawa "gilanya" prof Pry...hanya satu Pak Liam Then....beliau ujung tombak Pertahanan pak Bos...di belanya mati matian sampai yg "Gila" prof Pry mengajak Pak Liam Taruhan Rumah...atas kebenaran "nilep saham" versi Prof Pry....perjuangan Pak Liam membela pak Bos memang Luar Biasa....saya kagum...membela mati mati an pak Bos....tapi akhirnya dilupakan begitu saja...itulah karakter kita umumnya...di cerminkan secara sempurna oleh Bos Kita....wkwkwk. pak Liam anda layak dapat Bintang Maha...puter puter Pontianak bersama pak Bos sebenarnya....wkwkwkw

M.Zainal Arifin

Cinta karena cantik? Cantik karena cinta? Kalau sudah tak cantik, tak cinta lagi? Kalau sudah tak cinta, tak cantik lagi. Cantik selama nya? Cinta selama nya? 13.15.

Mirza Mirwan

Kata berita, Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah masing-masing akan mendapat bonus Rp 6 miliar, sedang pelatihnya Rp2,75 miliar. Sementara Gregoria Mariska akan menerima Rp1,65 miliar dan pelatihnya Rp675 juta. Jumlah yang besar? Banget, malah. Tetapi tak jadi soal, mereka membawa nama negara, kok. Saya malah berharap semoga dalam Paralimpiade 28 Agustus - 8 September nanti lebih banyak medali yang diraih atlet kita. Dalam Paralimpiade Tokyo 2020 kontingen kita meraih 9 medali (2 emas, 3 perak, 4 perunggu) -- kontingen Olimpiade meraih 5 medali (1 emas, 1 perah. 3 perunggu). Bonus peraih medali Paralimpiade sama dengan medali Olimpiade. Tetapi, waini, tahukah Anda bahwa peraih medali Olimpiade dari negara kaya seperti AS, Jepang dan Korea Selatan bonusnya tidak sebesar di Indonesia? AS yang kemarin meraih 126 medali (40-44-42) hanya memberi $37.000 (emas), $22.500 (perak), $15.000 (perunggu). Jepang dengan 45 medali (20-12-13) hanya $45.000 -- $18.000 -- $9.000. Korea Selatan 32 medali (13-9-10) hanya $54.767 -- 30.426 -- $21.733. Australia 53 medali (18-19-16) hanya $20.000 -- $18.000 -- $10.000. Itu ekivalennya dalam USD. Dalam rupiah ya kalikan saja Rp15.569. Di Tiongkok urusan bonus diserahkan ke provinsi masing-masing. Untuk medali emas CN¥1,2 juta. Tapi juga dapat rumah dan mobil. Masih ada bonus dari pemerintah kota. Toh total nilainya tak sampai Rp6 miliar. Dan jangan kaget, Inggris, Norwegia dan Swedia malah tidak memberi bonus blas.

TM

"Kata sang ayah: sejak saat itu Veddriq sudah tahu bakal jadi juara di Paris." Ini sepertinya alasan paling tepat ketika melihat ekspresi wajah Veddriq sebelum pertandingan dimulai.. Dingin, tenang, tanpa ekspresi.. yang ternyata karena keyakinan bahwa dia akan membawa pulang emas untuk negaranya...

Lagarenze 1301

Penggemar bola pasti tahu nama Leonardo yang menempel di belakang nama Veddriq. Yang diidolakan oleh Sumaryanto, ayah Veddriq. Leonardo Nascimento de Araujo, kelahiran Brasil lahir 5 September 1969, adalah legenda hidup I Diavolo Rosso, AC Milan. Leonardo, yang berposisi gelandang serang, pernah membela AC Milan seama empat musim, 1997-2001. Setelah sempat kembali ke Brasil bermain untuk Sao Paulo dan Flamengo, ia mengakhiri karier profesionalnya di AC Milan (2002-2003). Leonardo pernah menjadi pelatih AC Milan (2009-2010). Dan, menjadi kontroversi ketika ia berpindah menjadi pelatih Inter Milan (2010-2011). Karena, itu tadi, ia dianggap sebagai legenda Milan.

Liam Then

Pak Anies punya pesona, tapi tak punya basis modal struktural partai politik. Jika Pak Anies mau lama eksis di perpolitikan Indonesia. Harus gabung dengan partai, jadi pengurus ataupun bagian pengendali. Tak bisa model kayak kembang desa ,kayak bunga nunggu kumbang datang. Bunganya layu kumbangnya kabur. Ujungnya nanti hanya bakal seperti burung kicau dalam kandang, yang bakal selalu didekati wartawan untuk rekam gacorannya. Tapi cuma sebatas itu saja, karena ada diluar lingkaran kekuasaan, bakal seperti banyak tokoh-tokoh yang muncul diacara panel debat TV, nggacor sering,impact minim. Dulu sempat jadi Gubernur, kesempatan untuk bangun basis politik yang kuat,tak digunakan dengan baik.

Tivibox

Ada satu hal lagi yang istimewa pada diri Veddriq menurut saya. Dia seorang kutu buku. Dari liputan CHDI hari ini kita tahu begitu banyak buku yang dia baca, termasuk buku yang "isinya berat" seperti filsafat. Ini bisa jadi contoh generasi seusianya. Disaat banyak anak-anak milenial tenggelam dalam gadgetnya seharian, Veddriq memilih tenggelam dalam buku-buku kesukaannya, yang tentu saja "berisi" semua. Dia menemukan banyak hal dengan membaca buku-buku itu. Dia bisa diangkat jadi "Duta Membaca Buku", untuk mengembalikan pemahaman betapa pentingnya membaca itu. Sangat berbeda, membaca di gadget dengan membaca di buku yang sesungguhnya. Setidaknya itu yang saya alami.

Liam Then

Kalau Gym, 4 milyar itu pas-pasan. Ruko lebar 4 meter tergantung kawasan, satu unit rentang harga 1,3-2,5 milyar. Untuk gym minimal butuh 8 meter. Belum lagi alat gym, yang puluhan juta per unit. Belum lagi renovasinya. Jika Veddriq pakai sewa, rerata tarif sewa ruko, 40-70jt tergantung lokasi, jika sewa gandeng dua, itu sudah 80-140jt per tahun. Umpamanya pakai angka minimal 80jt. Itu ibaratnya tiap pagi buka pintu ,duluan habis biaya 219 ribu. Pendapatan gym dari langganan keanggotaan, misalnya Veddriq sewa tempat, dan beli peralatan, 4-5 miliar kayaknya kurang ,untuk kasih usaha gym nafas panjang. Membership yang awet dan ramai, kumpulinnya butuh waktu cukup lama. Meleng dikit, selip dikit, duit Veddriq bisa habis percuma. Kalo 4m dibeliin ruko gandeng 2 juga bagus, sewakan keorang per unit 30jt saja, tiap tahun sudah masuk duit tambahan 60jt. Tidak perlu resiko apa-apa. 60jt bisa dapat sekeping kebon agak masuk kedalam sedikit di Punggur. Panjang lebar ngomong ngarahka. Veddriq beli kebon langsat dan durian. Ini apa maksudnya. Anu, siapa tahu, nanti panen saya bisa ikut manjat. Ndjaluk langsat dan durian yang paling enak (dikasih).

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 211

  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Kurniawan Roziq
    Kurniawan Roziq
  • Yellow Bean
    Yellow Bean
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
  • Evo’S Zhang
    Evo’S Zhang
  • alasroban
    alasroban
    • alasroban
      alasroban
  • hoki wjy
    hoki wjy
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Madison Madison
    Madison Madison
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
  • Madison Madison
    Madison Madison
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Rihlatul Ulfa
    Rihlatul Ulfa
    • Rihlatul Ulfa
      Rihlatul Ulfa
    • Rihlatul Ulfa
      Rihlatul Ulfa
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
  • Liam Then
    Liam Then
    • Wilwa
      Wilwa
    • Liam Then
      Liam Then
    • Wilwa
      Wilwa
    • Evo’S Zhang
      Evo’S Zhang
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Liam Then
    Liam Then
    • Tivibox
      Tivibox
    • Wilwa
      Wilwa
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • Wilwa
      Wilwa
  • Liam Then
    Liam Then
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Tivibox
    Tivibox
    • Tivibox
      Tivibox
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • Tivibox
      Tivibox
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Tivibox
      Tivibox
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Fra Wijaya
    Fra Wijaya
  • iyeh
    iyeh
  • iyeh
    iyeh
  • iyeh
    iyeh
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • yea aina
      yea aina
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Liam Then
    Liam Then
    • Tivibox
      Tivibox
    • Liam Then
      Liam Then
  • Wilwa
    Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Tivibox
      Tivibox
    • Wilwa
      Wilwa
    • Liam Then
      Liam Then
  • Tivibox
    Tivibox
    • yea aina
      yea aina
    • Tivibox
      Tivibox
  • yea aina
    yea aina
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • djokoLodang
      djokoLodang
  • Fa Za
    Fa Za
    • Liam Then
      Liam Then
    • rian
      rian
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
  • Jo Neca
    Jo Neca
    • Liam Then
      Liam Then
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Jo Neca
      Jo Neca
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Evo’S Zhang
    Evo’S Zhang
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Jo Neca
      Jo Neca
    • Evo’S Zhang
      Evo’S Zhang
    • Evo’S Zhang
      Evo’S Zhang
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
    • Kang Sabarikhlas
      Kang Sabarikhlas
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Liam Then
      Liam Then
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
  • Beny Arifin
    Beny Arifin
    • Warung Faiz
      Warung Faiz
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • Liam Then
      Liam Then
  • Hery Purwanto
    Hery Purwanto
  • Rebut Sugianto
    Rebut Sugianto
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Jo Neca
      Jo Neca
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Tivibox
      Tivibox
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • herry isnurdono
    herry isnurdono
    • Wilwa
      Wilwa
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Edyanto
      Edyanto
  • hikends
    hikends
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Wilwa
      Wilwa
    • herry isnurdono
      herry isnurdono
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Wilwa
      Wilwa
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Fa Za
    Fa Za
  • Pintar Tiap Hari
    Pintar Tiap Hari
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
    • ACEP YULIUS HAMDANI
      ACEP YULIUS HAMDANI
    • Liam Then
      Liam Then
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Jo Neca
    Jo Neca
  • Fauzan Samsuri
    Fauzan Samsuri
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Jo Neca
    Jo Neca
  • Wilwa
    Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Fa Za
      Fa Za
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • alasroban
    alasroban
    • alasroban
      alasroban
  • alasroban
    alasroban
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
  • Ketut Bagiarta
    Ketut Bagiarta
    • Hery Purwanto
      Hery Purwanto
  • Ketut Bagiarta
    Ketut Bagiarta
    • Liam Then
      Liam Then
  • rid kc
    rid kc
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
  • Captain Bejo
    Captain Bejo
    • Captain Bejo
      Captain Bejo
  • M.Zainal Arifin
    M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin

Berita Terkait