Jelang 50 Hari Pemerintahannya Berakhir, Jokowi Tekankan Pentingnya Kolaborasi Global Hadapi Perubahan Iklim

Jelang 50 Hari Pemerintahannya Berakhir, Jokowi Tekankan Pentingnya Kolaborasi Global Hadapi Perubahan Iklim

Presiden Jokowi dalam sambutannya dalam Opening Ceremony Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024--BPMI Setpres

JAKARTA, DISWAY.ID - Presiden Joko Widodo mengungkapkan Indonesia berkomitmen untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai net zero emission melalui berbagai potensi energi hijau.

Maka, Joko Widodo menegaskan pentingnya melibatkan kolaborasi global dalam menangani perubahan iklim. 

Dia menyampaikan bahwa masalah tersebut tidak dapat terselesaikan apabila dunia masih menggunakan pendekatan ekonomi dan mementingkan egosentris.

Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutannya dalam Opening Ceremony Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024, yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada Kamis, 5 September 2024.

BACA JUGA:Jelang 51 Hari Pemerintahannya Berakhir, Jokowi dan Paus Fransiskus Usung Semangat Perdamaian Hadapi Konflik Global

“Untuk menyelesaikannya butuh pendekatan yang kolaboratif, butuh pendekatan yang berperikemanusiaan, dan kolaborasi antara negara maju dan berkembang, dan juga kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil,” ucap Jokowi.

Kepala Negara menegaskan bahwa ekonomi hijau tidak hanya mengenai perlindungan lingkungan, tetapi tentang menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakat. 

Jokowi menuturkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai net zero emission melalui berbagai potensi energi hijau.

BACA JUGA:Jokowi Apresiasi Sikap Vatikan yang Serukan Perdamaian di Palestina

“Indonesia memiliki potensi energi hijau yang melimpah, mencapai lebih dari 3.600 gigawatt. Kami juga memiliki PLTS, PLTS Apung Pembangkit Listrik Tenaga Surya Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 megawatt peak (MWp) terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia,” jelas Jokowi.

Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3,3 juta hektare yang dapat menyerap karbon secara efektif dan memiliki salah satu kawasan industri hijau terbesar di dunia. 

Namun, Jokowi menekankan hal tersebut tidak dapat memberi dampak signifikan apabila dukungan serta akses riset dan teknologi masih terbatas.

BACA JUGA:Profil dan Biodata Silfester Matutina, Relawan Jokowi yang Viral Ngamuk ke Rocky Gerung

“Semua itu tidak akan memberi dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi, selama riset dan teknologi tidak dibuka secara luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang. Tiga hal itu penting untuk menjadi catatan kita semuanya,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads