Sosiologi Ekonomi
Arif Afandi saat dikukuhkan sebagai doktor seusai sidang terbuka di Universitas Brawijaya, Jumat 6 September 2024.--
Saya didudukkan di sebelah Ganjar Pranowo kemarin. Di Malang. Di Universitas Brawijaya. Kami sama-sama menghadiri pengukuhan gelar doktor sosiologi ekonomi Arif Afandi.
Arif mengaku: saya adalah mantan bos-nya. Di Jawa Pos dulu.
Ia juga mengaku: Ganjar adalah ketua umumnya --di Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Yogyakarta.
Ia memang pemimpin redaksi Jawa Pos selama lima tahun. Lalu menjadi wakil direktur.
Kariernya dimulai dari bawah: wartawan di lapangan. Sebagai wartawan ia telah mencapai puncak karir: menjadi pemimpin redaksi.
Waktu itu jabatan pemimpin redaksi sangat prestisius. Tidak sembarang wartawan bisa menjadi pemred. Tidak seperti sekarang. Semua orang bisa jadi pemred. Kalau tidak ada yang mau mengangkatnya, orang itu bisa mengangkat dirinya sendiri menjadi pemimpin redaksi.
Setelah Arif sampai puncak, saya pun harus mencarikan jalan keluar: what next. Masih agak panjang untuk bisa naik menjadi direktur. Apalagi menjadi dirut.
Di swasta tidak ada pengaturan masa jabatan direksi. Direksi yang lain pun masih muda-muda. Prestasi mereka juga hebat –tidak mungkin diganti. Apalagi dirutnya. Siapa yang punya gambaran bahwa saya akan diganti. Saya sendiri selalu ge-er: mengira akan terus di Jawa Pos sampai meninggal dunia.
Masa itu tiba. Wali Kota Surabaya Bambang D.H. menginginkan maju lagi. Ia minta berpasangan dengan orang Jawa Pos. Saya bersyukur. Arif pun kami dorong ke politik.
Bambang itu tokoh PDI-Perjuangan. Sejak partai itu masih jadi musuh Presiden Soeharto. Ia sudah bergerak lincah di bawah tanah.
PDI-Perjuangan adalah pemenang telak Pemilu di Surabaya. Tidak tergoyahkan sampai sekarang. Besar kemungkinannya pasangan Bambang-Arif terpilih.
Berhasil. Jadilah Arif wakil wali kota. Lima tahun.
Lalu maju sebagai cawali. Bersaing dengan calon PDI-Perjuangan: Tri Rismaharini.
Saat itu Jawa Pos lebih memihak Risma. Arif gagal terpilih.
Surat suara Pilwali Surabaya 2010 ketika Arif Afandi menghadapi Tri Rismaharini dan Bambang DH.--
Sejak itu Arif tidak mau lagi di politik. Tapi saya mendorongnya untuk menjadi dirut PT Panca Wira Usaha, sebuah grup perusahaan daerah Pemprov Jatim.
Sayangnya Perusda harus berurusan dengan politik. Ia tipe orang yang tidak bisa mencampurkan urusan profesionalisme dengan kongkanglingkong politik. Ia hanya satu periode di Perusda. Tidak mau lagi lebih lama.
Di Jawa Pos Arif tergolong generasi pertama yang bergelar sarjana. Sebelum itu siapa saja bisa menjadi wartawan Jawa Pos –asal bisa menulis.
Arif sarjana komunikasi UGM. Lalu mendapatkan gelar S2 dari Unair. Dan kini menjadi doktor di Universitas Brawijaya.
Disertasinya mengenai swasembada gula. Yang menurut pemerintah akan tercapai di tahun 2028 –empat tahun lagi. Itu dicapai lewat restrukturisasi BUMN dan pembentukan ekosistem pergulaan.
Promotor Arif adalah Prof Dr Ir Darsono Wisadirana.
Karangan bunga berjajar sangat panjang di kampus sejuta mahasiswa itu.
UB adalah universitas dengan mahasiswa terbanyak di Indonesia: 100.000 orang. Juga pemilik prodi terbanyak.
Menurut Arif, restrukturisasi BUMN gula sangat berhasil. Sebanyak 36 pabrik gula kini berada di satu perusahaan –anak usaha holding PTPN III. Dengan demikian tidak ada lagi persaingan tidak sehat antar sesama pabrik gula. Misalnya: rebutan tebu. tebu rakyat di dekat pabrik gula A tidak lagi bisa dikirim ke pabrik gula G yang jauh.
Sejak pabrik gula BUMN disatukan di bawah satu perusahaan, dilakukanlah rayonisasi. Tebu dari kebun dekat pabrik A harus digiling di pabrik A.
Arif memang pernah menjadi komisaris di salah satu perusahaan BUMN bidang gula. Rupanya ia terus mengamati apa yang terjadi. Lahirlah disertasi ini: Arif memperoleh predikat cumlaude.
Saat diminta bicara, saya bertanya pada promovendus: setelah jadi doktor akan ke mana, kerja apa.
Saya memang pernah punya kesimpulan: masa depan terbaik wartawan adalah menjadi dosen. Dosen yang ilmunya banyak.
Saya pernah mendorong wartawan untuk jadi pebisnis. Banyak gagal. Wartawan itu punya jiwa mudah terharu. Pebisnis tidak boleh mudah terharu.
Saya juga sering mendorong wartawan jadi politisi. Banyak juga yang gagal: wartawan terlalu sering memakai hati nurani. Jadi politisi tidak perlu punya hati nurani.
Saya berpendapat, saat itu, seseorang yang sudah 10 tahun jadi wartawan sebaiknya kuliah lagi mengambil S2. Dengan biaya sendiri. Kalau berhasil lulus semua biaya S2 diganti Jawa Pos.
Dengan gelar S2 mereka bisa jadi dosen. Apalagi S3. Tidak perlu lagi harus habis-habisan banting tulang di lapangan. Akan kalah dengan wartawan yang muda-muda.
Saya tidak tahu apakah kebijakan S2 dapat uang pengganti dari perusahaan itu masih berlaku sampai sekarang.
Kelihatannya, setelah jadi doktor pun Arif belum tertarik menjadi dosen. Tapi dengan gelar itu Arif sebenarnya bisa diperebutkan universitas swasta. Ia bisa memperbaiki ratio antara mahasiswa-dosen di universitas swasta.
Saya tahu jiwa Arif tetap ingin jadi orang merdeka. Saya melihat itu saat Pilpres lalu.
Ia begitu sulit: sebagai orang dekat Mensesneg Prof Pratikno ia harus membantu calon presiden yang didukung Jokowi.
Apalagi Arif pernah jadi direktur lembaga pro-otonomi yang saya dirikan. Salah satu anggotanya adalah Prof Pratikno.
Tapi sebagai sahabat Ganjar dan Mahfud MD ia seharusnya memihak Ganjar.
Dan Arif pilih menjadi orang merdeka. Dengan bergelar doktor ia bisa lebih merdeka.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 5 September 2024: Nostra Aetate
Wilwa
@JokoSp. Minimal, Sri Mulyani menerapkan ilmu ekonomi yang dipelajarinyi agar secara “makro” ekonomi Indonesia terjaga dengan baik. Entah “mikro” ekonomi Indonesia. Selama pejabat “ngebor” jangan harap “mikro” ekonomi kita seperti dompet yang isinya Soekarno Hatta semua. Tapi isinya 5x2000 seperti yang terus dipopulerkan Juve :):):)
Jokosp Sp
Bu Sri Mulyani berkata "Indonesia kehilangan suara jujur untuk memperbaiki bangsa". Namun Bu Sri Mulyani hanya mengikuti apa yang dikata penguasanya, tidak dari hati dan pikiran ekonominya.
herry isnurdono
Saya pernah berfoto berdua dgn alm. FB, th. 2015 di kampus UII Yogyakarta, di acara Seminar yg mengundang FB, Ganjar P. (Gub. Jateng). FB humble, ramah, tampak seperti orang biasa, memperkenalkan diri seorang dosen di UI Jkt.Di panggung/mimbar dihadapan para mahasiswa/i, dosen dan Rektor UII Yk. FB tampil mempresentasikan dengan data2 dan grafik khas ekonom/akademisi. Tentang perkembangan ekonomi Indonesia. Ganjar tampil lebih hidup dibandingkan FB yg kaku ciri akademisi. GP banyak mempromosikan potensi ekonomi Jateng. Tentang kopi Temanggung, yg dipromosikan dipameran luar negeri, dimana GP mengikuti dan hadir dipameran tsb. Saya datang di acara, karena anak menjadi mahasiswa UII Yk., dan menjadi panitya, jual tiket undangan seminar. Saya beli utk istri, anak yg satunya/mahasiswa UGM saat itu, bonus ikut Seminar dpt ngobrol dan selfie dengan FB. Sebetulnya saya sudah baca, melihat di TV Nasional, dan mengikuti kiprah politik FB dipilkada dan berita2 Nasional. Terakhir mengkritisi Opung LBP yg Menko Kelautan & Investasi. Dan ditanggapi oleh Deputy LBP Seto. Saya mengikuti podcast Seto dgn Prof. Rhenal Khasali. Indonesia kehilangan seorang Faisal Basri. FB pantas menjadi Menteri Keuangan atau Menko Perekonomian. Tapi pasti tidak akan lama karena idealismenya. Menkeu SMI mengakui peran FB dalam membantu reformasi birokrasi Kemenkeu di jaman SBY. Seperti remunerasi pegawaj ASN di Kemenkeu, yg lebih tinggi dibandingkan Kementrian lainnya. Dan diirikan oleh ASN lainnya.
Mbah Mars
Faisal Basri adalah senior Sri Mulyani di FE UI. Sri Mulyani kenal pertama Faisal Basri sebagai asisten dosen mata kuliah Perekonomian Internasional, kemudian bersama menjadi peneliti di LPEM-FEUI. Dalam perkembangan karir mereka, Faisal lebih banyak berada di luar birokrasi pemerintah, kecuali di masa pemerintahan presiden Gus Dur. Adapun Sri Mulyani lebih banyak berada di dalam lingkungan birokrasi pemerintah. Dalam posisi yang berbeda tersebut, Faisal sering mengkritisi kebijakan-kebijakan Sri Mulyani. Saat melayat, Sri Mulyani mengaku selalu menghargai pandangan dan kritikan Faisal Basri karena tahu niatnya tulus dan jujur untuk memperbaiki Indonesia. Selamat jalan Pak Faisal. Semoga mulia di sisiNya. Amiin.
Hendro Purba
Mencerdaskan kehidupan bangsa : Adalah tugas yang tidak boleh dihianati pemerintah. Kita harus cerdas hal sakit kita harus cerdas hal sehat Kalau ada tokoh 65 tahun meninggal dunia beranikah kita menarik kesimpulan bahwa kita tidak cerdas hal sehat ? Setujulah kita bahwa harus ada yang bertanggung jawab supaya kita tidak sakit dan harus semakin sehat. Ayo ramai ramai kita usul agar ada kementerian "Supaya kita tidak sakit dan kita semakin sehat" Kalau kita sakit uang habis Kalau kita sehat bisa mencari uang Kita harus cerdas Ini tugas pemerintah kita .. Ayo kita pilih pemerintah yang Cerdas.
Wilwa
@Yea. Kalau Anda mendalami sejarah politik ekonomi USA, maka vocational macam “pra kerja” itu pernah diterapkan di USA untuk mengatasi unemployment. Namun hanya sukses sebentar saja. Jelas sistem kapitalisme “brutal” segera melibasnya. Dan hancur lebur ketika Reaganomics yang kapitalistik merajalela. Zaman Clinton ada sedikit kemajuan. Namun terpuruk lagi di era Bush. Sistem ekonomi kapitalistik seperti USA memang hanya akan menciptakan “hewan buas ekonomi” dimana berlaku hukum rimba
djokoLodang
-o-- SERANGAN JANTUNG Setelah mengalami serangan jantung dan menjalani operasi bypass, seorang lelaki terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah rumah sakit Katolik dengan para biarawati yang merawatnya. Saat dia sudah sehat kembali, salah seorang biarawati bertanya apakah dia memiliki asuransi kesehatan. “Tidak,” jawabnya, “Tidak ada asuransi kesehatan.” “Apakah kamu punya uang di bank?” tanya biarawati itu. “Tidak. Tidak ada uang di bank.” ... “Apakah kamu punya saudara yang bisa kamu minta bantuan?” Setelah berpikir sejenak, dia menjawab: “Saya hanya punya adik perempuan, seorang biarawati perawan tua.” Mendengar itu, biarawati itu menjadi jengkel. “Biarawati bukanlah perawan tua. Biarawati menikah dengan Tuhan!” “Baiklah,” kata lelaki itu. “Kalau begitu, tolong kirim tagihannya kepada adik iparku.” --jL-
djokoLodang
-o-- ALAT-BANTU DENGAR Alwi, seorang pria tua, menyadari bahwa ia perlu membeli alat bantu dengar, tetapi ia enggan mengeluarkan banyak uang. "Berapa harganya?" tanyanya kepada pramuniaga. "Itu tergantung modelnya," jawab pramuniaga. "Harganya mulai dari 20ribu hingga 20 juta." "Coba saya lihat yang 20 ribu," kata Alwi si kikir. Pramuniaga mengalungkan alat itu di leher Alwi. "Pasang bagian ini ke telinga Anda dan masukkan tali kecil ini ke saku Anda," katanya. "Bagaimana cara kerjanya?" tanya Alwi. "Dengan harga 20 ribu, alat ini tidak menghasilkan apa-apa," jawab pramuniaga. "Tetapi ketika orang melihat Anda memakainya, mereka akan berbicara lebih keras." --jL-
djokoLodang
-o-- Di BAWAH MEJA Sepasang pria dan wanita sedang menikmati makan malam yang tenang dan romantis di sebuah restoran mewah. Mereka berpegangan tangan dan saling menatap penuh cinta. Saat melayani pesanan pelanggan di meja terdekat, pelayan melihat sesuatu yang aneh—wanita itu perlahan meluncur turun dari kursinya dan menghilang di bawah meja. Namun, pria itu tampaknya tidak menyadarinya. Dia masih terus menatap lurus ke arah pintu masuk restoran. Pelayan itu berjalan mendekati pria itu dan berkata, "Maaf, Tuan, tetapi saya rasa istri Anda baru saja menyelinap ke bawah meja." Pria itu menatap sang pelayan dan dengan tenang menjawab, "Tidak, Nona. Dua menit yang lalu saya melihat istri saya baru saja masuk dari pintu depan." --jL-
Wira
Abah, apakah ahli ekonomi juga memahami ucapan Ibnu Khaldun, bahwa Tanda sebuah negara akan hancur, semakin besar dan beraneka ragam Pajak yang dipungut?
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
MASIH TENTANG SEPATU SANDAL.. Saat kuliah di FE UGM, saya belum jatuh cinta ama sepatu sandal "Gus Dur". Tetapi saya punya dosen sepuh, yang setiap mengajar kami, cirinya ada dua, yaitu: 1). Bajunya tidak pernah di masukkan ke celana. 2). Selalu pakai sepatu sandal ala Gus Dur itu. Nama beliau adalah: pak Sukamto. Beliau mengajar mata kuliah: Teori Akuntansi. Matakuliah Teori Akuntansi adalah ilmu yang lahirnya lebih belakangan dari "praktek akuntansi". Teori Akuntansi dipakai untuk menjelaskan, "mengapa" praktek akuntansi itu "seperti itu". Jadi matakuliah akuntansi adalah pelajaran akuntansi, yang sama sekali tidak berbicara tentang angka.. Dan diberikan di menjelang akhir kelulusan akuntan.. ### Rupanya saya terpikat pelajarannya. Dan juga terpikat dosennya.. (Untung dosennya laki-laki, dan sudah aki-aki)..
Jimmy Marta
Ikut berduka wafatnya Faisal Basri. Seorang ekonom peneliti garis lurus. Kaya ilmu hidup bersahaja. Faisal Basri, sosok idealis dan berintegritas. Prinsipnya kuat, ekonomi dan politik harus dikelola untuk kepentingan rakyat. Independensinya FB membuat ia bisa bicara kritis. Analisanya lepas dari kepentingan parpol tertentu. Sebagai salah satu pendiri ICW, ia menyesalkan pengkebirian lembaga KPK. Selamat jalan bung..!
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
RANSEL.. Karena bacanya "tidak sekaligus", saya baru tau ciri khas pak FB selain sepatu sandal. Yaitu ke mana-mana tidak pernah bawa tas. Tapi sebagai penggantinya, ke mana-mana suka bawa ransel.. Lha kok keduanya persis saya 10 tahun lalu. Saya suka sepatu sandal karena praktis. Dan suka bawa ransel, juga karena praktis.. Maksudnya praktis, semua keperluan bisa masuk tas. Dari A sampai Z. Tempatnya pun sudah hafal. Jadi kalau perlu apa-apa, di manapun, selalu tersedia. Sampai teman-teman kantor mengomentari saya: "Seperti auditor Ernst & Young".. ### Kalau auditor Ernst & Young pantes begitu. Karena tiap hari, dari rumah, mereka langsung ke kantor klien. Jadi bawaannya komplit: Laptop. Modem. Alat tulis. Dan seterusnya. Termasuk botol tempat air dan kotak makan siang. (Bawaan komplit, biar tidak dijamu klien. Supaya tetap bisa bersikap independen)..
Udin Salemo
Sewaktu almarhum FB memberikan Outlook ekonomi dunia 2014 di salah satu perusahaan pedagang besar farmasi yang berkantor di Pulo gadung, inyong menyaksikan kesederhanaan Beliau seperti yang ditulis pak boss 4t. Inyong bukan salah satu peserta yang ikut Outlook itu. Kebetulan inyong lagi gawe ngaduk semen di gedung yang sama. Semoga Beliau husnul khotimah. Aamiin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber:
Komentar: 119
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google