Strategi Satgas Operasi Damai Cartenz di Balik Aksi Pembebasan Pilot Susi Air Philip Mark Merthens
Pilot Susi Air, Philip Mark Merthens asal Selandia Baru telah bebas usai disandera oleh KKB pimpinan Egianus Kagoya selama 19 bulan atau sekitar 1,5 tahun-Dok.Satgas Damai Cartenz -
JAKARTA, DISWAY.ID -- Strategi Satgas Operasi Damai Cartenz di balik aksi pembebasan pilot susi air, Philip Mark Merthens dengan melalui pendekatan soft approach.
Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024, Kombes Bayu Suseno mengatakan, pembebesan Philip Mark Merthens mengedepankan pendekatan melalui tokoh agama, tokoh gereja, tokoh adat dan keluarga dekat dari Egianus Kogoya.
“Pendekatan ini penting dilakukan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa baik dari aparat, masyarakat sipil dan sekaligus menjaga keselamatan dari pilot itu sendiri," jelas Bayu Suseno.
BACA JUGA:KPK Panggil Joice Triatman Sebagai Saksi Dugaan Korupsi X-ray di Kementan
Sebelum dilakukan pembebasan Philip Mark Merthens, KKB mengeluarkan proposal terkait hal tersebut.
Pernyataan Egianus Kogoya, pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), terkait pembebasan Kapten Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air yang telah disandera selama lebih dari satu tahun, beredar luas di media sosial.
Dalam pernyataan tersebut, KKB mengeluarkan sebuah proposal pembebasan pilot.
Proposal tersebut diterbitkan pada Selasa, 17 September 2024, dan menunjuk fasilitator untuk mediasi pembebasan Philip Mark Mehrtens.
Menurut juru bicara KKB, Sebby Sambon, proposal ini untuk merespons tuntutan yang selama ini disuarakan oleh berbagai pihak.
BACA JUGA:Hasil Survei Pilkada Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah
BACA JUGA:Awal Mula Pilot Susi Air Disandera KKB Selama 1,5 Tahun Hingga Dibebaskan
Menanggapi perkembangan tersebut, Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Damai Cartenz-2024, Kombes Bayu Suseno, menyatakan bahwa timnya masih mempelajari isi proposal tersebut.
“Pentingnya kami memastikan bahwa proposal ini benar-benar upaya serius untuk membebaskan pilot, mengingat KKB sebelumnya kerap membuat propaganda serupa yang tidak terealisasi" jelas Bayu Suseno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: