Tak Hanya Sekadar Olahraga, Jemparingan Kental dengan Filosofi Kehidupan
Dua orang tengah membidik bandulan saat memeragakan permainan panahan tradisional bernama Jemparingan-Disway.id/Candra Pratama-
TANGERANG, DISWAY.ID -- Gemercik aliran Sungai Cisadane di Tangerang, serta di bawah rimbunnya pohon beringin, tersimpan sebuah warisan budaya yang memiliki sarat makna dan keindahan. Jemparingan.
Olahraga panahan itu bukan hanya sekedar membidik dan melepaskan anak panah.
BACA JUGA:Menolak Punah, Komunitas Tangger Lestarikan Olahraga Jemparingan di Tangerang
Jemparingan merupakan sebuah filosofi yang menyelaraskan manusia dengan busur, jiwa dan raga, serta tradisi di masa kini.
"Iya, jadi bukan hanya sekedar memanah. Tetapi Jemparingan juga kental dengan filosofinya," ungkap Harrys Yasin Yudhanegara pendiri komunitas Tangger.
Komunitas tersebut tepatnya terletak di sebuah lapangan di Kampung Cacing, Kelurahan Cikokol, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Tangger sendiri, merupakan komunitas jemparingan yang telah didirikan Harrys Yasin sejak 10 November 2020 lalu.
Beda dengan Panahan modern. Jemparingan, adalah olahraga memanah tradisional yang dilakukan sambil duduk bersila.
Jemparingan, bukanlah olahraga kekinian. Busurnya terbuat dari bambu atau kayu pilihan. Senarnya, dari serat alami dan anak panahnya terbuat bambu yang diruncingkan.
"Beda (dari panahan modern). Ini (Panahan) yang terbuat dari Bambu. Masih Tradisional," tutur Harrys sambil tersenyum.
Harrys dengan busur panah di tangannya, ia menjelaskan filosofi jemparingan. "Kita olahraga juga gak semabarangan, ini juga ada makananya," ucap Pria 66 tahun itu.
Harrys pun melepaskan busur panah itu, suara lesatannya seperti kepakan burung, 'Woosshh'. Kemudian terdengar suara lonceng yang menandakan bahwa busur panah itu tepat menancap di bandul.
Bandulan sendiri merupakan sasaran yang berbentuk silinder kecil berwarna putih.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: