Program Magrib Mengaji Dikritik, Timses RIDO Jelaskan Manfaatnya

Program Magrib Mengaji Dikritik, Timses RIDO Jelaskan Manfaatnya

Pasangan Cagub dan Cawagub Jakarta 2024, Ridwan Kamil-Suswono.-Fajar Ilman-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Program Magrib Mengaji yang digagas Calon Gubernur (Cagub) Jakarta nomor urut 01, Ridwan Kamil, mendapat respon yang kurang baik dari lawan politiknya, cagub nomor 3, Parmono Anung.

Cagub nomor urut 03 itu menilai, program Magrib Mengaji akan membebani pelajar. Selain itu, program tersebut dianggap berbau politisasi agama.

"Sama sekali tidak. Bahwa ada yang mengusulkan untuk sampai magrib di SMA-nya, kemudian mengaji, ya silakan lah mereka saja, kami tidak," katanya Pramono di hadapan warga di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, pada Sabtu 28 September 2024.

BACA JUGA:Paslon RIDO Ingin Sistem Sirekap dalam Pilkada DKI Jakarta Digunakan Jujur dan Adil

"Karena bagi kami yang namanya Pilgub ini bukan hal yang bersifat keagamaan, tetapi inilah bagaimana membangun Jakarta menjadi lebih baik," lanjutnya.

Menanggapi pernyataan Pramono Anung tersebut, Sekretaris Tim Pemenangan Ridwan Kamil - Suswono (RIDO), Basri Baco, menjelaskan bahwa Program Magrib Mengaji merupakan program yang membudayakan kembali tradisi membaca Al-quran dengan memberikan materi pembelajaran membaca Iqro’ dan Al-Qur’an.

Program ini sudah diterapkan Ridwan Kamil saat menjabat Gubernur Jawa Barat. Pun program Magrib Mengaji ini juga pernah diluncurkan oleh Gubernur Jakarta sebelumnya, Anies Baswedan.

"Program ini bertujuan untuk menggantikan tradisi berkumpulnya anak-anak di masjid setelah magrib hingga isya'. Daripada mereka sibuk main gadget, kita arahkan untuk belajar atau mengaji Al-quran," kata Basri Baco, saat dihubungi pada Selasa 1 Oktober 2024.

BACA JUGA:Ridwan Kamil Perkenalkan Program Gerbang Betawi: Bangun Identitas Betawi

Baco juga menyangkal pernyataan Pramono Anung bahwa Program Magrib Mengaji ini akan membebani pelajar, karena siswa-siswi akan tetap berada di sekolah sampai magrib.

"Pramono ini gagal paham. Nggak begitu konsepnya. Siswa tetap belajar di sekolah seperti biasa dan pulang juga sama seperti biasa. Hanya saja, ketika sudah sampai rumah, pelajar diharuskan mengaji di masjid, mushala atau ke guru ngaji di sekitar tempat tinggal masing-masing," jelasnya.

Nantinya, lanjut anggota Komisi E (Bidang Pendidikan) DPRD DKI Jakarta 2019-2024 ini, pelajar akan diberi buku monitoring dari sekolah.

"Di situ ada batas akhir mengaji, tanda tangan guru ngaji dan diketahui orang tua," terangnya.

Selain untuk meningkatkan pengetahuan agama bagi siswa muslim, Program Magrib Mengaji juga bertujuan untuk mengurangi kenakalan remaja, seperti tawuran, geng motor, mabuk miras, narkoba dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: