Fitofarmaka Dukung Kemandirian 100% Bahan Baku Obat Alam dari Indonesia, Ini Contohnya

“100% itu dari Indonesia, kalau yang Fitofarmaka. Kecuali mungkin kemasannya, karena Indonesia masih ada beberapa kemasan yang belum bisa. Makanya TKDN kita sudah di atas 80%, bahkan ada yang 90%,” ungkapnya.

BACA JUGA:Halo Jasa Raharja, Keluarga Korban Truk Ugal-ugalan di Tangerang Tak Sanggup Biayai Pengobatan di EMC

Jahe memiliki kandungan gingerol yang mampu meredakan masuk angin. -freepik-

Contoh Bahan Alam Fitofarmaka dari Indonesia

Bahan alam misalnya menggunakan meniran, daun bungur, cacing tanah untuk protein, kayu manis kemudian bahan-bahan yang lain.

“Itu dari petani Indonesia, yang kita riset memiliki fraksi yang aktif untuk indikasi tertentu,” katanya.

Targetnya, industri mendorong Fitofarmaka masuk ke dalam sistem kesehatan formal di Indonesia termasuk ke dalam JKN.

BACA JUGA:Operasi 'Hari Pertobatan' Israel Sukses Hancurkan Pabrik Rudal Milik Iran, Teheran Belum Merespons!

“Jadi kita masih dalam under discussion. Harapannya pemerintah nanti sudah merubah undang-undang, kita sudah dimasukkan di sana, dan harapannya nanti turunan-turunan peraturannya akan sangat mendukung. Sehingga kami akan digunakan juga nantinya dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Itu harapan kami. Kalau itu sudah digunakan, pasti nanti akan meningkat permintaannya, dan petani pun akan terus dilibatkan untuk bisa memproduksi bahan-bahannya di Indonesia,” ujarnya.

Dekan Sekolah Farmasi ITB, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D. menilai peluang paling besar agar Indonesia bisa mandiri yakni mengandalkan bahan obat di bidang kesehatan farmasi yaitu bahan alam.

BACA JUGA:Operasi 'Hari Pertobatan' Israel Sukses Hancurkan Pabrik Rudal Milik Iran, Teheran Belum Merespons!

Jahe dan madu.--

“Kenapa? Karena resources kita, sumber daya alam kita, nomer satu di dunia. Kalau kita gabungkan darat dan laut ya, jadi sangat mungkin kita untuk mandiri dan tahan di bidang kesehatan. Itu yang pertama,” jelasnya.

Yang kedua, kata dia, salah satu staf pihaknya mendapatkan penghargaan inovator marker untuk tanaman obat.

“Itu fungsinya untuk apa? Untuk melakukan standarisasi bahan alam kita supaya standar kualitasnya, efikesi dan keamanannya,” ungkapnya.

Kemudian, yang ketiga adalah penyakit-penyakit degeneratif, stroke, kardiofaskular, kemudian diabetes dapat mengandalkan Fitofarmaka.

Sumber: