Kesatria dari Jogja, Langkah Penting Gus Miftah Membangun Bangsa

Kesatria dari Jogja, Langkah Penting Gus Miftah Membangun Bangsa

KH Imam Jazuli Lc MA-Dok.Disway.id -Disway.id

Apapun keputusan akhir Presiden pasti adalah yang terbaik. Jika permohonan Gus Miftah dikabulkan maka Presiden memiliki satu contoh yang kuat sekaligus menjadi peringatan dini bagi para menteri dan pembantu presiden agar tidak mengecewakan rakyat dalam bentuk dan konteks apapun. Presiden tidak akan segan-segan memberhentikannya dari jabatan dan tanggung jawab yang diemban.

Sebaliknya jika permohonan Gus Miftah tidak dikabulkan maka Presiden mengetahui dengan sangat jelas mana pemimpin negeri yang tulus dan berjiwa kesatria dalam memperjuangkan bangsa dan negara.

Sebab Gus Miftah adalah simbol pemimpin yang rela meninggalkan jabatannya demi bangsa dan negara tetap bersatu padu dan harmonis, sebagai mana tujuan UKP. Sehingga mempertahankan Gus Miftah adalah penting.

Penulis sendiri berpendapat bahwa tidak ada salahnya mempertahankan Gus Miftah, yang telah mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada korban, keluarga korban, dan kepada masyarakat Indonesia secara luas. Seorang pemimpin mengakui kesalahannya sendiri dan meminta secara terbuka kepada rakyat Indonesia adalah permata berharga. Kita tahu setiap orang pasti memiliki kesalahan, dan memberinya kesempatan kedua bukan sikap berlebihan.

Gus Miftah Aset Bangsa

Seseorang yang lahir di jalanan, bergaul dengan para preman, berdakwah di klub malam, memiliki perilaku yang secara lahiriah sarkas namun memiliki hati yang tulus untuk rakyat adalah jauh lebih baik dari pada seseorang yang secara lahiriah berperilaku sopan dan santun, berwawasan luas dan berpendidikan tinggi, serta dengan simbol-simbol agama yang melekat pada tubuhnya namun memiliki hati pengkhianat kepada bangsa dan negara.

Gus Miftah dipilih oleh Presiden Prabowo dan dipercaya untuk menjadi Utusan Khusus Presiden bukan karena tampilan luarnya yang urakan.

BACA JUGA:Alquran dan Tafsir dalam Pemahaman Sufistik

Presiden mengerti betul bahwa nilai Gus Miftah tidak serta merta diukur dengan bidang akademisnya dan betapa seriusnya dia di belakang meja, tetapi pengalaman bergaul dengan cakupan yang luas, bahkan lintas profesi dan diterima dengan baik adalah kelebihan lainnya. Dalam hal ini Gus Miftah sebagaimana pengakuannya sendiri sering dinobatkan sebagai presiden para pendosa. 

Maka tak heran, ia memiliki jiwa kesatria, dengan mengakui kesalahannya, dan sudah meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, juga pihak korban.

Pertanyaannya, siapa yang berhasil mencetak karakter semacam itu, lembaga pendidikan atau kehidupan jalanan? Mana yang lebih penting, tampilan lahiriah yang urakan dengan hati tulus ataukah tampilan luar yang mempesona dengan hati nurani yang gelap? Bangsa Indonesia kelebihan kaum intelektual dan kaum santun, namun minus orang-orang jujur, tulus dan berjiwa kesatria. *)

*) KH Imam Jazuli Lc., MA, Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri dan Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads