Danantara Jadi Alat untuk Tarik Investasi Asing, Ekonom Ungkap Potensi dan Risiko

Usai diprediksi akan menggantikan fungsi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, keberadaan dan fungsi organisasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) diperkirakan juga akan menjadi superholding BUMN.-dok disway-
JAKARTA, DISWAY.ID - Usai diprediksi akan menggantikan fungsi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, keberadaan dan fungsi organisasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) diperkirakan juga akan menjadi superholding BUMN.
Dalam hal ini, Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa Danantara juga dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan potensi keuntungan atau Leverage.
“Sehingga, bisa untuk melakukan investasi yang sifatnya lebih agresif,” ujar Bambang kepada Media di Jakarta, pada 5 Februari 2025.
BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR BSI 2025 Plafon Rp10-Rp300 Juta, Cek Syarat dan Cara Pengajuan
BACA JUGA:DPRD Kota Bekasi Umumkan Penetapan Pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Terpilih
Sementara itu menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, Danantara bisa menjadi alat bagi pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan negara yang merugi tanpa pertimbangan bisnis yang sehat, yang akhirnya akan merugikan rakyat.
“Dengan memanfaatkan mekanisme finansial yang lebih kompleks, Indonesia kini memiliki alat investasi baru untuk menopang proyek infrastruktur dan pembangunan nasional tanpa membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” ujar Achmad kepada Disway.id.
Kendati begitu, dirinya juga menambahkan bahwa meskipun memiliki potensi, sistem Danantara ini bukan berarti bisa berjalan tanpa risiko.
BACA JUGA:Mau Daftar KIP Kuliah 2025? Simak 3 Nomor yang Wajib Dicantumkan Camaba
BACA JUGA:Kejagung: Ada Keterkaitan Kelangkaan Gas LPG 3 Kg dalam Dugaan Korupsi Ditjen Migas ESDM!
Dalam hal ini, Leverage aset yang agresif dapat menjadi pedang bermata dua jika tidak dikelola dengan hati-hati.
“Keberhasilan skema ini sangat bergantung pada bagaimana tata kelola dan pengawasan terhadap Danantara dilakukan. Jika salah langkah, risiko keuangan yang ditanggung bisa jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diharapkan,” ucap Achmad.
Tidak hanya itu, bergantung pada investor asing juga berarti Indonesia akan lebih rentan terhadap perubahan kebijakan ekonomi global.
“Jika ada krisis atau perubahan aturan yang tidak menguntungkan, Indonesia bisa kehilangan kendali atas aset strategis yang seharusnya menjadi milik negara,” tutur Achmad.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: