Makna Malam Takbiran di Indonesia, Perpaduan Budaya dan Spiritualitas
Malam takbir menjadi momen istimewa umat Islam dalam menyambut Hari Raya Idulfitri.-Pexels/ Ahmed Aqtai-Pexels/ Ahmed Aqtai
JAKARTA, DISWAY.ID - Malam takbir menjadi momen istimewa umat Islam dalam menyambut Hari Raya Idulfitri.
Gema takbir yang berkumandang dan bersahutan dari satu kampung ke perkampungan lain menjadi tanda kemenangan umat usai berpuasa sebulan penuh.
Di Indonesia, malam takbir bukan sekadar ritual ibadah, melainkan juga warisan budaya yang kaya dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Tradisi takbiran di Nusantara telah ada sejak masa kesultanan Islam pada abad ke-15 hingga ke-18 M dan masih identik dengan tradisi keagamaan Islam.
Pada masa kolonial, sekitar abad ke-19 hingga ke-20 M, takbiran hanya bisa dilaksanakan secara terbatas.
Bahkan, pakar budaya Islam Fakultas Ilmu Budaya UNAIR, Ahmad Syauqi, S.Hum., M.Si., mengungkapkan bahwa takbiran sering kali menjadi bentuk perlawanan simbolis terhadap penjajahan.
BACA JUGA:Ratusan Remaja Diamankan di Jakut Saat Malam Takbir
Seiring perkembangan zaman, jika dahulu takbiran identik dengan tabuhan bedug yang menggema, kini teknologi turut memperluas tradisi malam takbir hingga ke dunia digital.
“Saat ini kita melihat fenomena takbiran virtual, melalui siaran langsung. Ini membuktikan bahwa esensi takbiran tetap bertahan, meskipun bentuknya terus beradaptasi,” terangnya.
Ia juga menyikapi tradisi takbiran di beberapa wilayah Indonesia yang memiliki keunikan masing-masing.
BACA JUGA:Ratusan Remaja Diamankan di Jakut Saat Malam Takbir
“Di Indonesia, elemen budaya sangat kental, dan Islam berakulturasi dengan budaya menghasilkan pawai obor, gema bedug, serta takbir keliling,” ungkapnya.
Sebagai contoh, terdapat tradisi takbir keliling di Pulau Jawa, seperti di Yogyakarta dan Solo.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
