Guys! Jurusan IPA, IPS, Bahasa Ada Lagi, Pernah Dihapus di Era Kurikulum Merdeka
Ilustrasi: Rencana Kemendikdasmen untuk menghidupkan kembali penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun ajaran 2025/2026 mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk PGRI dan praktisi pendidikan.-Freepik.com-
JAKARTA, DISWAY.ID – Rencana Kemendikdasmen untuk menghidupkan kembali penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun ajaran 2025/2026 mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk PGRI dan praktisi pendidikan.
Penjurusan yang sempat dihapuskan dalam era Kurikulum Merdeka kini dipandang kembali sebagai solusi untuk memfasilitasi peminatan siswa sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Rencana ini berpotensi memperbaiki sistem pendidikan yang sempat mengalami kebingungannya selama masa transisi.
BACA JUGA:Mendikdasmen Abdul Mu'ti Sebut Kurikulum Sekolah Rakyat Multi Entry-Multi Exit, Apa Itu?
Pentingnya Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa
Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi, menyatakan bahwa dengan penjurusan, siswa dapat lebih fokus mendalami bidang studi yang sesuai dengan minat dan cita-citanya.
Ia menilai, tanpa peminatan yang jelas, siswa justru akan kesulitan menguasai ilmu secara mendalam.
“Harapannya agar siswa menguasai semua ilmu itu dengan baik, tapi jika tidak siap yang terjadi malah siswa tidak mendapatkan ilmu apa-apa atau hanya mendapatkan sedikit. Jadi dengan adanya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa itu bagus agar siswa bisa mempelajari ilmu sesuai dengan minatnya dan menjadi ahli,” ujar Unifah.
BACA JUGA:Sekolah Rakyat Gunakan Kurikulum Khusus, Kemendikdasmen dan Kemendiktisaintek Dilibatkan
Praktisi Pendidikan: Penjurusan Diperlukan
Heriyanto, seorang praktisi pendidikan, juga menyuarakan hal serupa, mengungkapkan bahwa penghapusan penjurusan di SMA tidak sepenuhnya berhasil di lapangan.
Menurutnya, terlalu dini bagi siswa untuk memilih profesi atau bidang studi di kelas XI, sementara masih ada mata pelajaran dasar yang penting untuk dikuasai.
“Contoh, jika siswa memilih jurusan kedokteran, mereka bisa melepas fisika dan fokus pada biologi dan kimia. Namun, masalah muncul jika pilihan profesi berubah. Misalnya, siswa yang ingin menjadi dokter kemudian beralih ke jurusan teknik, namun mereka tidak mempelajari fisika di dua semester sebelumnya,” jelas Heri.
Ia juga menambahkan bahwa tidak ada sinkronisasi yang memadai antara materi SMA dengan kebutuhan perguruan tinggi, sehingga beberapa perguruan tinggi memaksa mahasiswa untuk mengikuti pelajaran dasar seperti fisika, kimia, dan biologi, meskipun mereka memilih jurusan yang tidak berhubungan langsung.
Cerita Para Guru
Guru Geografi di SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, Ignasius Sudaryanto, juga menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh sekolah dalam mengelola mata pelajaran peminatan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
