6 Paket Stimulus Ekonomi Disiapkan Pemerintah, Ekonom Soroti Hal Ini

6 Paket Stimulus Ekonomi Disiapkan Pemerintah, Ekonom Soroti Hal Ini

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.-Bianca-

JAKARTA, DISWAY.ID - Dalam rangka untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran angka 5 persen, Pemerintah kembali mengumumkan enam paket stimulus ekonomi efektif.

Paket stimulus ini sendiri rencananya akan diterapkan pada 5 Juni 2025 mendatang.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pemberian enam paket stimulus ekonomi juga bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-2. 

BACA JUGA:Indeks Kepercayaan Industri Disebut Meningkat Meski Ekonomi Global Tidak Stabil

“Nah, ini beberapa program yang disiapkan tentunya untuk mendorong pertumbuhan melalui apa yang bisa ditingkatkan melalui konsumsi,” ujar Menko Airlangga dalam Rapat Koordinasi yang digelar di Jakarta, pada Jumat 23 Mei 2025.

Menanggapi hal ini, Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, juga mengingatkan bahwa alokasi APBN untuk enam paket stimulus hingga kini belum dirinci secara transparan. 

Selain itu, dirinya juga menyoroti dampak serta efek berganda (multiplier) yang dapat ditimbulkan dari penerapan stimulus ini.

BACA JUGA:Saat Istana Jelaskan Minuman Prabowo Jamu Macron: Bukan Wine itu Sari Apel

“Stimulus tanpa kajian multiplier effect dan kajian keberlanjutan mungkin memompa konsumsi jangka pendek, tetapi meninggalkan residu defisit kronis,” ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway, pada Jumat 30 Mei 2025.

Melanjutkan, Achmad juga menambahkan bahwa ada beberapa masalah yang harus dihadapi dari pemberian stimulus tanpa perencanaan dan tanpa orkestrasi yang matang ini.

Salah satunya adalah penumpukan hutang. Dalam hal ini, hutang pemerintah yang telah menyentuh 40,1 persen PDB (Q1 2025), dengan beban bunga Rp389 triliun per-tahun terancam makin membengkak apabila pemberian stimulus tersebut berjalan asal-asalan.

BACA JUGA:Kejar Target Jakarta Jadi 50 Top Kota Global, Ini Strategi Jitu Pramono

“Angka tersebut bisa melonjak jika penerbitan SBN dipaksakan di tengah kenaikan suku bunga global,” pungkas Achmad.

Di sisi lain, Achmad juga menekankan bahwa stimulus ekonomi tanpa dasar analitis yang kuat justru rentan menjadi “jatah” politis atau sekadar penyemangat konsumsi jangka pendek, bukan sebagai instrumen perbaikan kesejahteraan berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads