Historisitas Haji antara Ritual, Festival Seni dan Motif Ekonomi
Ilustrasi Mekkah.--Freepik
JAZIRAH Arab, dalam hal ini terkhusus Kota Mekkah adalah wilayah yang sangat penting untuk dibicarakan dalam konteks qablah risalah (sebelum kedatangan islam) dan fathu Mekkah (saat menerima Islam).
Kota ini merupakan satu-satunya di daerah Arab yang belum pernah dijajah oleh kerajaan manapun. Hal ini karena, selain tanahnya yang gersang, tandus dan kurang strategis, juga dilatar belakangi kondisi sosial dengan tingkat kesukuan yang amat kuat. Sehingga kerajaan manapun, akan berpikir dua kali untuk menaklukan.
Pada awalnya Mekkah dikuasai suku Amaliqah, kemudian pindah tangan ke suku Jurhum. Di masa akhir kekuasaan suku Jurhum inilah Nabi Ibrahim AS. datang ke Mekkah bersama istrinya Hajar, berikut putra mungilnya Ismail, yang kemudian mengubah kondisi yang gersang menjadi subur, berkat air zam-zam, kemudian menetap di sana.
BACA JUGA:380 Jamaah Haji Indonesia Tiba di Mekkah, Disambut Hangat dan Meriah di Hotel Al-Qadir
Kelak, setelah Ismail cukup umur, ia menikah dengan salah seorang putri pembesar suku Jurhum, kemudian dari sinilah lahir Bani Ismail, dan salah satu keturunannya adalah Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana cerita yang sering kita dengar, selanjutnya kisah keluarga itu mendirikan bangunan kubus, berupa Ka’bah sebagai pusat peribadatan agama tauhid. Karena proses perpindahan Mekkah dari gersang menuju subur berkat serangkaian kisah ajaib berupa air zam-zam.
Kemudian penduduk Mekkah menjadikankan Ka’bah dan sekitarnya sebagai tempat suci dan keramat, karena itu hampir semua kerajaan menaruh hormat dan menghargai keberadaannya, kecuali satu kerajaan, yaitu Habasyah, dengan rajanya Abrahah al-Asyram. Tetapi penaklukan Mekkah dan Ka’bah itupun gagal karena serangkaian kisah yang ajaib pula, dengan datangnya burung ababil sebagai pasukan Tuhan. (Syed Amir Ali, The Spirit of Islam, 125)
Karena serangkaian kisah heroik dan mistis itu, keadaan Mekkah begitu terkenal, hingga pada suatu waktu datanglah suku Khuza’ah, dari Negeri Yaman dengan jumlah pasukan yang sangat besar, sehingga berhasil merangsek keberadaan suku Jurhum yang sudah eksis berabad-abad.
Tentu yang menjadi motif utama selain Ka’bah sebagai pusat peribadatan, juga motif ekonomi yaitu Mekkah sebagai pusat perdagangan. Tetapi suku Khuza’ah ini tak sampai lama menguasai Mekkah, sebab suku Quraisy datang menggantikan.
Suku Quraisy ini adalah keturunan dari Bani Ismail yang terkenal dengan sebutan Bani Adnan, dari Bani Adnan inilah muncul nama Fihr Ibnu Malik yang disebut Quraisy, dan salah satu dari keturunannya, lahir Qusai Ibnu Kilab, tokoh inilah yang merebut Mekkah dari tangan Khuzu’ah, kemudian estafet diteruskan oleh Abdul Muthalib, yaitu kakek Nabi Muhammad, tokoh besar yang begitu dihormati. Ia berprofesi sebagai Siqya, yaitu pelayan Ka’bah dan kota suci Mekkah.
Sejak suku Khuza’ah menetap di Mekkah hingga estafet kepemimpinan berganti ke suku Quraisy inilah masyarakat arab pada umumnya, telah berjibaku dengan dunia seni, terutama seni sastra (syair; puisi) dan seni rupa.
Karya Seni Sastra
Zaman Jahiliyah itu, sastra adalah tolak ukur dari segalanya; pengetahuan, juga kehormatan, dan sastrawan atau penyair, menempati tempat yang istimewa di tengah kaum Arab-Jahiliyah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
