bannerdiswayaward

Drama Kaesang dan 'Raja Tanpa Mahkota' Jokowi di Bursa Ketua Umum PSI: Ada Apa di Solo?

Drama Kaesang dan 'Raja Tanpa Mahkota' Jokowi di Bursa Ketua Umum PSI: Ada Apa di Solo?

Kolase Kaesang Pangarep dan Jokowi. -ist -

Ketua DPW PSI Jawa Tengah, Antonius Yogo Prabowo, pada 24 Juni 2025, membenarkan rencana kehadiran dua tokoh penting tersebut, meskipun ia menegaskan bahwa konfirmasi final masih ditunggu.

Jika terwujud, kehadiran Gibran dan Prabowo akan menjadi sinyal kuat dukungan terhadap PSI, sekaligus menegaskan posisi partai ini sebagai salah satu poros penting dalam konstelasi politik mendatang.

Jokowi: "Partai Berjalan" yang Tak Terbendung

Meskipun tidak akan menduduki posisi formal di PSI, pengaruh Jokowi dalam politik Indonesia tetaplah tak terbantahkan.

Ketua Relawan Jokowi Mania, Immanuel Ebenezer (Noel), pada 22 Juni 2025, bahkan menyebut Jokowi sebagai "partai yang berjalan".

"Jokowi itu adalah magnet politik tersendiri. Beliau punya pengaruh besar di politik Indonesia sebagai entitas independen," ujar Noel.

Pernyataan ini bukan isapan jempol. Terbukti, endorsement (dukungan) Jokowi, baik secara langsung maupun tidak langsung, seringkali menjadi faktor penentu dalam kontestasi politik, mulai dari pilkada hingga pilpres.

Absennya Jokowi dari bursa caketum PSI, dinilai justru bisa menjadi strategi yang lebih cerdas.

BACA JUGA:Puan Belum Lihat Surat Purnawirawan TNI Soal Pemakzulan Gibran

Dengan tetap berada di luar struktur formal partai, Jokowi dapat mempertahankan posisi sebagai figur pemersatu dan penentu arah di belakang layar, tanpa terikat oleh mekanisme internal partai.

Ini memungkinkannya menjadi "raja tanpa mahkota" yang pengaruhnya meresap ke berbagai lapisan politik.

Konfirmasi bahwa Jokowi tidak akan menjadi caketum PSI, ditambah dengan persiapan Kongres Nasional di Solo dengan Kaesang sebagai salah satu kandidat kuat, menunjukkan bahwa PSI sedang menata ulang strategi dan identitasnya.

Dengan Kaesang di pucuk pimpinan, PSI berpotensi semakin erat dengan lingkaran kekuasaan, menjadi jembatan antara generasi muda dan figur-figur politik senior.

Di sisi lain, posisi Jokowi sebagai "partai berjalan" menegaskan bahwa kekuatan politiknya melampaui batas-batas partai. Ini adalah fenomena menarik dalam demokrasi Indonesia, di mana figur individu dapat memiliki daya tarik dan pengaruh yang lebih besar daripada institusi partai itu sendiri.

Dengan segala dinamikanya, Kongres Nasional PSI di Solo bulan depan patut dinantikan. Apakah Kaesang akan benar-benar menakhodai kapal PSI? Dan seberapa besar pengaruh Jokowi akan tetap terasa, meski tak ada di daftar nama caketum? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads