bannerdiswayaward

Kolaborasi Kunci Wujudkan Ketahanan Pangan dan Energi, Dirut PalmCo: Dukung Program BUMN Untuk Sawit Rakyat

Kolaborasi Kunci Wujudkan Ketahanan Pangan dan Energi, Dirut PalmCo: Dukung Program BUMN Untuk Sawit Rakyat

Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa menyatakan kolaborasi menjadi kunci dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dan energi nasional.-dok disway-

BACA JUGA:Heboh Isu Nampan MBG Mengandung Minyak Babi, Begini Klarifikasi MUI dan BGN

Hingga 2024, PalmCo telah mendukung pencairan dana BPDPKS untuk areal peremajaan sawit mitra KUD seluas 15.321 hektare.

Keberhasilan model kemitraan ini terlihat dari produktivitas tanaman menghasilkan (TM) plasma yang mencapai rata-rata 12,57 ton/Ha, bahkan ada yang mencapai 18,05 ton/Ha, melampaui standar nasional 12 ton/Ha.

"Peremajaan sawit rakyat (PSR) adalah kunci. Tanpa itu, kita akan kehilangan daya saing sekaligus melemahkan kontribusi sawit bagi ketahanan pangan dan energi. Dan melalui forum ini, kami berharap ke depan kita akan saling berkolaborasi dan bersinergi untuk bersama-sama memperkuat inisatif ini," jelas Jatmiko yang disampaikannya menggunakan bahasa Inggris. 

Jika kolaborasi untuk intesifikasi tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka bukan hanya ketahanan pangan dari sektor sawit yang dapat di wujudkan, melainkan target pemerintah dalam implementasi B50 pada 2027 bisa terpenuhi. Untuk diketahui, target alokasi biodiesel B50 itu diperkirakan membutuhkan pasokan sekitar 20,11 juta kiloliter. 

Lebih jauh, dalam paparannya, Jatmiko turut menyinggung bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan kenyataan yang berpotensi berdampak terhadap produktivitas pertanian global, termasuk komoditas kelapa sawit Indonesia.

BACA JUGA:30 Contoh Poster Maulid Nabi 2025 Lengkap Ucapannya, Desain Islami Cocok Share di Media Sosial

BACA JUGA:PB SEMMI Kecam Tindakan Anarkis pada Aksi Demonstrasi di Indonesia

Tantangan ini jika tidak disikapi dengan bijak, maka sejarah Indonesia yang pernah menjadi eksportir gula di tahun 1930-an silam, dan kini malah menjadi salah satu importir gula terbesar dunia, juga dikhawatirkan akan terjadi dengan komoditas CPO. 

Berdasarkan data yang ia paparkan, selama dekade 2015-2024 yang tercatat sebagai periode terpanas dalam sejarah, dengan konsentrasi COâ‚‚ mencapai level tertinggi.

Dampaknya, setiap kenaikan suhu 1°C menurunkan hasil panen antara 3,1 hingga 7,4 persen sehingga memicu yang disebut sebagai 'climateflation'-kenaikan harga pangan akibat anomali iklim.

"Sehingga ini memerlukan solusi berkelanjutan yang hanya dapat diwujudkan melalui kolaborasi seluruh stakeholders, termasuk bapak ibu akademisi," tuturnya lagi.

Sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar dunia yang menyumbang sekitar 60% pasokan global, ia menyebut Indonesia memiliki peran krusial.

BACA JUGA:Ria Ricis Siap Wujudkan Impian Keluarga Affan Kurniawan, Tawarkan Bantuan Umroh dan Buka Donasi Rumah

BACA JUGA:Imbas 7 Halte Dibakar, Transjakarta Tidak Beroperasi Hari Ini

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads