bannerdiswayaward

Kemenkes: Warga Jakarta Tempati Posisi Tertinggi dengan Depresi dan Kecemasan, 10 Kali Rentan Bunuh Diri

Kemenkes: Warga Jakarta Tempati Posisi Tertinggi dengan Depresi dan Kecemasan, 10 Kali Rentan Bunuh Diri

Temuan ini menunjukkan bahwa hampir satu dari sepuluh warga Jakarta mengalami gejala depresi atau kecemasan, sebuah kondisi yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat umum.-Disway/Hasyim Ashari-

Para ahli psikologi dan kesehatan mental mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka depresi dan kecemasan di Jakarta, antara lain:

BACA JUGA:Adexco 2025 Resmi Dibuka, BNPB Optimis Capai 7 Ribu Pengunjung

BACA JUGA:Telkomsel, Nuon, dan Bango Hadirkan Akses Microsoft PC Game Pass yang Terjangkau dan Praktis bagi Gamer Indonesia

* Tingginya Biaya Hidup: Beban ekonomi yang berat dan tingginya biaya kebutuhan pokok dapat menjadi pemicu stres kronis.

* Kemacetan Lalu Lintas: Waktu perjalanan yang panjang dan padat di tengah kemacetan dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental, serta meningkatkan tingkat frustrasi.

* Tekanan Sosial dan Pekerjaan: Persaingan yang ketat, tuntutan pekerjaan yang tinggi, dan ekspektasi sosial sering kali menimbulkan tekanan yang signifikan bagi individu.

* Faktor Lingkungan: Polusi udara dan kurangnya ruang hijau juga disebut sebagai faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis.

Respons Pemerintah dan Solusi

Kemenkes mengakui bahwa masalah kesehatan mental menjadi tantangan utama. Berbagai program telah diluncurkan, seperti peningkatan layanan psikologis di Puskesmas dan kampanye edukasi kesehatan mental.

BACA JUGA:ALERTA! Mahasiswa Kalimantan Desak PDIP Copot Deddy Sitorus dan Lasarus dari DPR

BACA JUGA:Bali Banjir Parah Akibat Hujan Ekstrem, Ruko-ruko Ambruk: 4 Orang Hilang

Namun, data ini menekankan perlunya langkah yang lebih komprehensif dan terfokus, khususnya untuk wilayah padat penduduk seperti Jakarta.

Para ahli menyarankan agar pemerintah daerah dan lembaga terkait memperkuat deteksi dini serta memperluas akses layanan rujukan bagi mereka yang membutuhkan. 

Selain itu, kolaborasi dengan komunitas dan swasta juga diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan mengurangi stigma terhadap masalah kesehatan mental.

Masyarakat juga didorong untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mental, seperti mencari bantuan profesional jika diperlukan, menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan teman, serta mengelola stres dengan cara yang sehat. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads